Pola pikir e-commerce Indonesia tertinggal perlu diubah
Pola pikir e-commerce Indonesia tertinggal perlu diubah. Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Aulia E. Marinto menegaskan tak perlu membanding-bandingkan pertumbuhan e-commerce Indonesia dengan negara lain. Misalnya saja Tiongkok. Tiongkok lebih dahulu menerapkan e-commerce sekitar 10 tahun
Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Aulia E. Marinto menegaskan tak perlu membanding-bandingkan pertumbuhan e-commerce Indonesia dengan negara lain. Misalnya saja Tiongkok. Tiongkok lebih dahulu menerapkan e-commerce sekitar 10 tahun lebih dibandingkan negeri ini. Hal ini, tentu saja tak sama dan rasanya tak layak dibandingkan.
Bila meniliki progresnya berdasarkan berbagai sumber, memang pertumbuhan e-commerce di Indonesia masih di angka 1-2 persen. Progres itu, dikata dia, merupakan hal yang lumrah. Sebab, negeri ini terbilang baru menerapkan.
-
Apa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace? Meskipun keduanya seringkali digunakan secara bergantian, namun sebenarnya ada perbedaan yang signifikan di antara keduanya.
-
Siapa yang melakukan riset tentang kepuasan berbelanja online di e-commerce? Melihat situasi pasar digital di awal tahun 2024 yang terus bergerak mengikuti perkembangan kebutuhan dan preferensi masyarakat, IPSOS melakukan riset dengan tajuk ”Pengalaman dan Kepuasan Belanja Online di E-commerce”.
-
Bagaimana cara kerja e-commerce dalam mengelola sistem pembayaran? Pada marketplace, sistem pembayaran dan pengiriman sudah diatur hingga tuntas tanpa melibatkan penjual ataupun pembeli. Namun, pada e-commerce tentu saja semuanya harus dijalankan secara independen. Mulai dari sistem pembayaran yang dipilih hingga metode pengiriman yang digunakan.
-
Apa saja tanda-tanda yang menunjukkan bahwa sebuah ulasan produk di e-commerce adalah palsu? Ulasan produk palsu biasanya ditulis dalam bentuk singkat, tidak jelas, dan tidak menjelaskan detail kegunaan produk yang dijual. Hal ini terlihat dari kalimat yang biasa dipakai yaitu “saya akan merekomendasikan” dan “produk ini sangatlah hebat.” Pertanda lain dari ulasan palsu adalah adanya antusiasme yang berlebih dan hiperbola dalam menjelaskan suatu produk yang dibeli. Biasanya hal ini terjadi pada peralatan dapur atau barang elektronik. Selain itu, tanda ulasan palsu lainnya adalah biasanya reviewer ini berasal dari orang yang tidak tinggal di negara tersebut.
-
Kapan biasanya review palsu sering muncul di platform e-commerce? Menjelang perayaan tertentu biasanya tersedia penawaran khusus atau bahkan diskon besar-besaran. Namun, dalam hal ini biasanya ada beberapa kecurangan yang terjadi di dalamnya, khususnya pada kolom ulasan pembeli.
-
Mengapa program afiliasi menjadi semakin penting bagi platform e-commerce? Astrid Williadry, Director Snapcart Indonesia mengatakan kehadiran program afiliasi dapat dikatakan sebagai salah satu strategi ampuh para pemain e-commerce, karena secara tidak langsung membantu trafik kunjungan ke platform e-commerce itu sendiri.
"Jadi ya lumrah jika negara-negara seperti Tiongkok dan lainnya bisa mencapai 7-10 persen pertumbuhan e-commerce-nya dibandingkan dengan kita. Kita kan baru memulai sekitar 2-3 tahun yang lalu," terang dia.
Angka pertumbuhan e-commerce itu, jelasnya, jangan dijadikan sebagai landasan tolok ukur ketertinggalan negeri ini. Justru, seharusnya mengubah pola pikir bahwa negeri ini memiliki potensi yang luar biasa untuk digenjot di mana angka itu baru sekitar 2 persen yang dicapai. Berbeda hal, jika sudah lama menerapkan e-commerce. Angka 2 persen itu layak untuk dikritisi.
"Mindset tertinggal itu perlu diubah. Itu justru potensi Indonesia yang harus dicapai karena masih 2 persen. Belum ada ini, belum ada itu, bukan sesuatu kekurangan. Itu malah harus segera dilakukan. Kita punya potensi yang belum tergali dan digital ekonomi besar sekali," ungkapnya.
Kendati begitu, diakuinya, percepatan pertumbuhan e-commerce di negeri ini bisa dibilang lebih cepat dibandingkan saat awal-awal negara lain mulai menerapkan. Ini terletak pada keikutsertaan seluruh stakeholder untuk mempercepat penetrasi dari pertumbuhan perdagangan online.
"Kita membangun industri ini pasti benchmark dengan negara-negara yang menerapkan lebih dulu. Di sisi lain, kita juga menyadari bahwa semua stakeholder sudah terlibat. Oleh karenanya, kita optimis pertumbuhan kita lebih cepat, prosentase antara online dengan offline akan terakselerasi lebih cepat. Kalau negara lain, kan mereka memulai dulu baru pemerintahnya. Kita kan berbeda. Pemerintah pun sudah mendukung dengan adanya road map e-commerce," kata dia.
Sebagaimana diketahui, road map e-commerce tersebut tertuang dalam paket kebijakan ekonomi jilid 14. Dalam peta jalan itu, terdapat tujuh poin utama yakni logistik, pendanaan, perlindungan konsumen, infrastruktur komunikasi, pajak, pendidikan dan sumber daya manusia, dan keamanan siber.
Bila peta jalan ini benar-benar dijalankan, maka prediksi nilai transaksi e-commerce di Indonesia pada tahun 2020 mencapai USD 130 miliar bisa jadi bukan sebuah isapan jempol belaka. Bahkan sanjungan dan harapan menjadi negara yang kuat se Asia Tenggara dari sisi digital ekonomi, benar-benar terjadi.
Baca juga:
Tak hanya Google, LINE dan Mataharimall pun ikut perangi berita hoax
E-commerce produk kesehatan ini jamin keamanan dan keaslian barang
Sah, Ciputra World 2 Jakarta ganti nama Tokopedia Tower
Chairul Tanjung: E-commerce tingkatkan pengangguran di Indonesia
Bos Lippo sebut e-commerce dapat kurangi kemiskinan
Sempat tepis kabar diakuisisi, akhirnya Kudo sah dimiliki Grab
Ketahuan bohong, produk Ivanka Trump ramai-ramai diboikot warga AS