Salah satu bukti bahwa orang Indonesia maniak gadget
Mayoritas orang Indonesia rela menabung sampai 1 tahun lebih untuk beli gadget terbaru.
Tidak heran apabila ada anggapan bahwa Indonesia adalah salah satu negara di dunia dengan masyarakat yang memiliki 'budaya konsumtif.'
Hal itu dibuktikan dengan hasil sebuah survei yang dilakukan oleh Accenture beberapa waktu sebelumnya. Dalam hasil survei tersebut terungkap bahwa ternyata salah satu kebutuhan penting masyarakat Indonesia sampai mereka rela untuk menyisihkan uang adalah untuk membeli gadget atau juga perangkat mobile.
Dari seribu konsumen, 55 persen mengatakan demi untuk membeli gadget baru, mereka harus menabung lebih dari satu tahun lamanya. Dikarenakan dalam survei ini para konsumen rata-rata memberikan lebih dari satu jawaban, maka jumlah persentasenya lebih dari 100 persen.
81 persen dari para konsumen tersebut mengatakan bahwa mereka ingin membeli smartphone baru dan 61 persen lagi ingin memiliki perangkat mobile dengan layar lebih lebar dari yang mereka gunakan saat ini.
Selain itu, dalam survei Accenture ini juga terungkap bahwa 41 persen konsumen ingin menjadi yang pertama dalam memiliki sebuah gadget yang baru saja dirilis atau setidaknya mencoba perangkat baru tersebut untuk yang pertama kali.
"Konsumen ingin perangkat yang terbaru dan paling inovatif. Mereka tidak hanya berencana untuk mengejar ketinggalan teknologi dan mengganti produk yang ada, namun kebanyakan dari mereka akan menambah jumlah perangkat dari yang mereka miliki saat ini," kata Managing Director for Communication, Media & Technology dan Customer Relationship Management Accenture Tore Berg, seperti yang dikutip dari Antara (08/10).
Jumlah peminat perangkat terbaru dan inovatif itu disebut Berg lebih banyak dibanding pasar yang berkembang di negara lain, menjadikan Indonesia sebagai pasar gadget yang potensial.
Konsumen Indonesia juga sedang mempersiapkan diri untuk menyambut gaya hidup yang serba digital, antara lain disebabkan karena para inovator mendorong konsumen memakai lebih dari satu perangkat.
"Jejaring sosial atau aplikasi juga menjadi satu bagian dari produk akhir, maka dari itu perusahaan perlu mempertimbangkan hal ini sebagai aspek yang penting dalam mengembangkan perangkat," kata Berg menambahkan.
Riset Accenture Digital Consumer tahun 2014 mensurvei 1.000 pengguna internet di Indonesia mengenai penggunaan dan kecenderungan dalam membeli perangkat elektronik, konten dan layanan digital.
Selain gadget, riset tersebut juga melemparkan pertanyaan mengenai koneksi internet dan hasilnya menunjukkan sebagian besar pengguna internet di Indonesia merasa kecewa dengan kualitas layanan.
Sebanyak 86 persen melaporkan gangguan dan adanya isu dalam mengakses program TV dan film dari koneksi broadband di rumah.
Kekecewaan itu menyebabkan sebanyak 60 persen konsumen menyatakan bersedia membayar lebih untuk koneksi yang lebih cepat dan 62 persen rela membayar lebih untuk akses cepat kapan dan di mana saja.
"Riset ini menunjukkan bahwa koneksi broadband tidak berhasil memenuhi ekspektasi konsumen. Konsumen bersedia untuk membayar lebih agar koneksi sama sekali tidak terganggu. Riset ini menyoroti pentingnya kualitas," kata Communication, Media & Technology Lead, Accenture Indonesia Wong Tjin Tak.
Untuk tahun 2014, Accenture melakukan survei konsumen digital terhadap 23.000 pengguna internet di 23 negara di seluruh dunia sesuai dengan keadaan pasar saat ini dan pasar berkembang, termasuk 1.000 konsumen di Indonesia.