Setelah Laku Rp 57 Triliun, Pendiri Startup ini Menyesal Jual Perusahaannya
Ia menyesali langkah dalam hidupnya menjual perusahaannya.
Jyoti Bansal adalah seorang entrepreneur yang telah mencapai sesuatu yang menjadi impian banyak orang. Ia mendirikan sebuah perusahaan rintisan (startup), menerima tawaran akuisisi yang sangat menggiurkan, dan akhirnya menjualnya dengan nilai miliaran dolar atau triliunan rupiah.
Namun, keputusan tersebut justru menjadi salah satu penyesalan terbesarnya.
-
Siapa saja yang terlibat dalam pendanaan startup nasional ini? PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui entitas Corporate Venture Capital (CVC) MDI Ventures, dan juga Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), berpartisipasi dalam penandatanganan Perjanjian Partisipasi Merah Putih Fund di Jakarta, Senin (4/9).
-
Kenapa BNI menggandeng startup? Tak hanya itu, BNI juga menggandeng startup agar bisnis terus bertumbuh.
-
Bagaimana TelkomGroup mendukung pendanaan startup nasional? Dalam hal ini, TelkomGroup memiliki kesamaan visi dengan Merah Putih Fund (MPF) untuk memajukan pertumbuhan ekonomi digital nasional dengan memperkuat peran Telkom digital venture yang dijalankan melalui MDI Ventures dan TMI.
-
Kenapa TelkomGroup mendukung pendanaan startup nasional? Merah Putih Fund, yang diinisiasi oleh Kementerian BUMN dengan menggandeng kelima CVC BUMN yaitu MDI Ventures, Telkomsel Mitra Inovasi, Mandiri Capital Indonesia, BRI Ventures, dan BNI Ventures, disiapkan untuk menstimulasi gairah pertumbuhan startup nasional di tengah tech winter yang masih berlangsung saat ini.
-
Apa tujuan TelkomGroup dalam mendukung pendanaan startup nasional? Selain bertujuan menciptakan sinergi yang kuat, seluruh dana kelolaan MDI yang ditanamkan, termasuk Merah Putih Fund, berorientasi pada kerja sama yang saling menguntungkan antara startup yang berada di bawah naungan MDI dengan TelkomGroup, BUMN, dan perusahaan swasta lainnya,” ungkap Donald.
-
Apa saja ide bisnis startup yang ditawarkan peserta Jagoan Digital? Dalam presentasi (pitching) Jagoan Digital sejumlah ide bisnis start up diangkat oleh peserta. Seperti layanan jasa servis elektronik, jasa pendidikan, kesehatan hingga pariwisata. Juga ada marketplace untuk UMKM, fashion batik lokal, pertanian hingga produk digital. Selain itu ada juga ide pengembangan usaha dan investasi yang semuanya dikembangkan lewat platform teknologi digital.
Menurut laporan dari CNBC pada Jumat (4/10), Bansal adalah pendiri perusahaan pengembang perangkat lunak bernama AppDynamics, yang didirikan pada tahun 2017. Ketika perusahaannya bersiap untuk melantai di bursa saham, Cisco, perusahaan teknologi besar, tiba-tiba menawarkan untuk membeli AppDynamics dengan harga USD 3,7 miliar atau sekitar Rp 57,34 triliun (dengan estimasi kurs Rp 15.497 per USD).
Kesepakatan ini membuat ratusan karyawan, termasuk Bansal, mendadak kaya. Namun, momen yang seharusnya menjadi kebahagiaan bagi Bansal justru berubah menjadi "hari paling menyedihkan" dalam hidupnya, seperti yang diungkapkannya kepada CNBC Make It.
Sejak kecil, Bansal memiliki cita-cita untuk menjadi seorang pengusaha. Ia bekerja sebagai insinyur perangkat lunak di Silicon Valley selama delapan tahun sebelum akhirnya mendapatkan Green Card.
Lahir di India, ia mendirikan perusahaannya sendiri, AppDynamics, yang lahir dari berbagai masalah yang sering ia temui selama berkarir sebagai insinyur. Bansal juga menciptakan alat-alat yang dapat membantu mengatasi gangguan dan kelemahan aplikasi perangkat lunak lainnya.
"Saat memulai AppDynamics, saya tidak memikirkan aspek finansial," ungkap Bansal. "Saya hanya fokus pada satu hal, yaitu masalah ini perlu dipecahkan."
- Startup di RI Masih Punya Banyak Tantangan Besar, Menteri UMKM: Akses Pembiayaan Belum Terpenuhi
- Startup Bakal Anjlok Gara-Gara UMP dan PPN 12 Persen? Begini Kata Wakil Menteri Komdigi
- Daftar Startup Besutan Kemenperin Beri Solusi Manajemen Bisnis, Mulai Pajak Hingga Kuliner
- Perusahaan Startup Mobil Listrik Ini Bangkrut, Tak Tahan dari Gempuran Ekonomi Global
Buatlah Perusahaan Startup yang Baru
AppDynamics pada akhirnya diakui sebagai perusahaan yang membantu perusahaan-perusahaan besar dalam memperbaiki aplikasi yang mengalami masalah. Namun, setelah menjualnya kepada Cisco, Bansal merasa bahwa tugasnya di AppDynamics belum selesai.
Ia berpendapat bahwa perusahaan tersebut berpotensi menjadi "jauh lebih besar" jika ia tetap terlibat dalam pengembangannya. Setelah penjualan itu, Bansal juga merasakan kehilangan arah karena tidak ada lagi tantangan besar yang bisa ia hadapi.
Setelah enam bulan berkeliling dunia, ia mendirikan sebuah startup baru di San Francisco yang bernama Harness, yang juga mengembangkan alat untuk para pengembang perangkat lunak.
Pada tahun 2022, valuasi Harness mencapai USD 3,7 miliar, angka yang setara dengan harga jual AppDynamics.
Dalam wawancara ini, Bansal berbagi tentang keputusan sulit yang diambilnya untuk menjual AppDynamics, penyesalan yang muncul setelahnya, serta mengapa ia kemungkinan besar akan menolak tawaran serupa jika hal itu terjadi pada perusahaan rintisannya saat ini.