Tado, aplikasi tanya jawab berbasis video
Tado, aplikasi tanya jawab berbasis video. Media sosial yang mereka buat ini cukup unik. Sebab, apapun persoalannnya bisa ditanyakan di platform ini. Menariknya, yang menjawab pun expert di bidangnya. Sebut saja pertanyaan soal kesehatan. Pertanyaan yang dilontarkan itu akan dijawab oleh dokter.
Belakangan ini kerap muncul startup-startup baru. Menawarkan layanan-layanan yang inovatif. Dan tentunya, dibutuhkan bagi masyarakat negeri ini. Misalnya startup media sosial Tado. Tado singkatan dari Tanya Dong. Perusahaan rintisan digital yang berdiri sejak pertengahan tahun 2017 ini digawangi oleh tiga pemuda. Mereka adalah Steven Koesno, Dominic, dan Ignatius Acil.
Media sosial yang mereka buat ini cukup unik. Sebab, apapun persoalannnya bisa ditanyakan di platform ini. Menariknya, yang menjawab pun expert di bidangnya. Sebut saja pertanyaan soal kesehatan. Pertanyaan yang dilontarkan itu akan dijawab oleh dokter. Cara menjawabnya pun dengan melalui video.
-
Bagaimana smartphone memengaruhi bentuk tengkorak manusia? Secara mengejutkan, tanduk hingga sepanjang 30 milimeter mulai muncul di kepala masyarakat saat ini. Benjolan yang muncul pada bagian bawah tengkorak dan sedikit di atas leher ini sangat langka pada 100 tahun lalu. Hal aneh ini muncul karena penggunaan smartphone, yang biasanya membuat orang menunduk dan bahkan jika diakumulasi bisa sampai empat jam dalam sehari. Hal ini membuat leher bekerja lebih keras dan tubuh meresponsnya.
-
Bagaimana manusia beradaptasi dengan teknologi smartphone di masa depan? Tubuh manusia pada umumnya beradaptasi dengan keadaan lingkungan di sekitarnya. Jika demikian, bisa saja bentuk tangan dan leher manusia di masa depan akan berbeda.
-
Bagaimana cara orang Indonesia menggunakan smartphone dalam sehari? Indonesia juga termasuk ke dalam daftar negara yang tidak bisa hidup tanpa ponsel. Menduduki urutan ke enam, netizen Indonesia mengantongi angka sebanyak 29,1 persen dari waktu harian mereka untuk dihabiskan di depan layar HP.
-
Apa yang sering dibandingkan dari pengguna Android dan iPhone? Di tengah banyaknya pilihan, pengguna Android dan iPhone sering kali menjadi dua kelompok utama yang sering dibandingkan.
-
Apa yang dimaksud dengan kemampuan "menguping" smartphone dalam konteks iklan? “mereka tidak mendengarkan,” jawabnya. Lantas hal ini menjadi pertanyaan, mengapa platform seperti Facebook begitu sering menampilkan iklan tertentu. Bahkan, beberapa contoh iklan yang hadir menampil produk-produk yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
-
Di mana kita bisa menemukan informasi tentang beragam aplikasi yang dapat dioperasikan di handphone? Hingga kini, terdapat berbagai aplikasi atau software yang dapat digunakan untuk melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Seperti aplikasi membuat dokumen, pengiriman dokumen dengan menggunakan internet, hingga aplikasi dasar seperti alarm, kalkulator, hingga konverter.
"Kalau saat ini kan kebanyakan jawaban dari pertanyaan yang sering ditanyakan menggunakan teks. Sementara, kita tidak tahu siapa yang menjawab pertanyaan itu. Nah, di Tado ini, kita transparan. Dengan menggunakan video singkat berdurasi 60 detik, seperti apa orangnya kita tahu," kata Co-Founder Tado, Steven Koesno saat bincang santai dengan media di Jakarta, Kamis (1/2).
Ignatius Acil yang juga sebagai pendiri Tado menceritakan ikhwal dari ide ini muncul. Dikatakannya, munculnya ide ini dilandasi dari pertanyaan-pertanyaan yang tidak tahu harus ditanyakan kepada siapa. Jika bukan sumber atau orang yang tahu, kemungkinan besar jawaban atas pertanyaannya itu bisa keliru. Maka, kala project pertama ini jalan, kebetulan terdapat isu mengenai politik terutama soal seputar pemberitaan Ahok.
"Akhirnya, di awal itu dulu, kita pakai jurnalis untuk menjawab seputar pemberitaan tersebut dengan konten video. Respon dari user juga bagus," terangnya.
Singkat cerita, sepanjang perjalanan Tado di tahun lalu, membuat platform mereka digunakan oleh orang-orang untuk bertanya apapun. Imbasnya, terbentuklah sebuat komunitas dengan concern-nya masing-masing. Contohnya sepak bola, horror, dan lain sebagainya. Saat ini sudah ada 11 kategori yang terbagi di aplikasi media sosial itu.
Pelan tapi pasti, platform mereka dipenuhi banyak pertanyaan dari para penggunanya. Terlebih, digandengnya YouTuber dan influencer menjadikan aplikasi ini marak dikunjungi. Deddy Corbuzier salah satu social influencer ternama telah bergabung untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari netizen.
Salah satu pendiri Tado yang lain juga berpendapat bahwa dengan influencer yang bergabung di aplikasinya juga bisa mendapatkan keuntungan. Mekanismenya tentu saja berbayar. User membayar dengan cara memotong pulsa untuk konten-konten ‘premium’ dari influencer.
"Proses monetisasinya seperti itu untuk para influencer. Influencer dapat dari user," kata Dominic.
Nah, belum lama ini, Tado membuka kesempatan bagi siapa saja yang ingin bergabung menjadi influencer. Bukan hanya dari kalangan YouTuber atau influencer papan atas.
Saat ini Tado telah memiliki 500 influencer dan akan terus bertambah di tahun ini. Sementara untuk total penggunanya, mencapai kurang dari 100 ribu users. Targetnya di tahun ini bisa meraih 500 ribu.
"Kalau bisa lebih dari angka 500 ribu, pastinya kita lebih senang lagi," tutur Steven.
Tantangan dan Investasi
Harus diakui, mendirikan perusahaan rintisan digital seperti Tado ini tak sekadar butuh ide cemerlang, namun juga hal-hal yang lainnya. Steven pun mengamini hal itu. Menurutnya, tantangan dalam setiap membangun bisnis, pasti ada. Termasuk yang dialaminya bersama rekan-rekannya.
"Tantangan pasti ada. Saat awal memulai project ini, tantangannya yakni pendanaan. Karena mau bagaimanapun pasti diperlukan," katanya.
"Kemudian, tantangan selanjutnya bagaimana mengajak influencer untuk bergabung. Dan tentunya, kita harus selalu berinovasi. Ke depan pastinya bakal ada kompetitor yang akan bersaing di ranah ini juga. Makanya, inovasi menjadi tantangan," jelasnya.
Ketika disinggung siapa di balik pendanaan Tado, Steven pun blak-blakan. Mereka menyebut nama-nama angel investor dan venture capital ternama di negeri. Seperti Ben Soebiakto, GDP Venture, Arya Setiadharma, dan salah satu orang dari Singapura.
"Pendanaan itu gak hanya berbentuk cash. Tetapi melihat dari value yang diberikan mereka. Misalnya saja koneksi," terangnya.
Dikatakan Steven, bila dijumlahkan, total pendanaan sampai saat ini yang diterima tak lebih dari USD 1 juta.
"Masih pre-seed-lah," jelasnya.
Baca juga:
Telkom Group perkuat bisnis fintech
Startup Ralali.com gandeng ARK Xpress untuk pengiriman barang
Pemerintah harus lakukan uji publik RPM pajak e-commerce
Google konfirmasi investasinya di Go-Jek
Startup besutan Kaesang Pangarep gandeng Grab dan Paytren