Tak Banyak Orang Tahu, AI Belum Bisa Mengeja Kata 'Strawberry'
Keterbatasan AI dalam memahami konsep dasar seperti huruf dan suku kata menunjukkan bahwa meski canggih, AI belum berpikir seperti manusia.
Meskipun teknologi kecerdasan buatan (AI) seperti GPT-4 dapat menulis esai dan menyelesaikan persamaan matematika dalam hitungan detik, mereka masih sering gagal dalam tugas-tugas sederhana, seperti menghitung jumlah huruf "r" dalam kata "strawberry".
Kesalahan ini menunjukkan bahwa AI tidak memiliki pemahaman seperti manusia, melainkan bekerja dengan cara yang berbeda.
Mengutip TechCrunch, Jumat (30/8), sebagian besar model bahasa besar (LLM) didasarkan pada arsitektur transformer, jenis pembelajaran mendalam yang memecah teks menjadi token, yang bisa berupa kata, suku kata, atau huruf, tergantung pada modelnya.
Menurut Matthew Guzdial, peneliti AI dari University of Alberta, AI tidak benar-benar "membaca" teks, melainkan mengonversi teks menjadi representasi numerik. Ini berarti AI mungkin tahu bahwa kata "strawberry" terdiri dari token "straw" dan "berry," tetapi tidak memahami bahwa kata itu terdiri dari huruf "s," "t," "r," dan seterusnya.
Keterbatasan ini adalah hasil dari cara kerja dasar arsitektur transformer, yang mengubah teks menjadi representasi numerik untuk memahami konteks. Kesulitan ini menjadi lebih rumit karena masalah tokenisasi di berbagai bahasa, di mana beberapa bahasa seperti Cina atau Jepang tidak menggunakan spasi untuk memisahkan kata.
Menurut para ahli, ada upaya yang sedang dilakukan untuk memperbaiki kelemahan ini. OpenAI, misalnya, sedang mengembangkan produk AI baru bernama "Strawberry" yang dapat menghasilkan data sintetis akurat untuk membuat model AI mereka lebih baik.
Sementara itu, Google DeepMind meluncurkan sistem baru untuk pemecahan masalah matematika formal yang disebut AlphaProof dan AlphaGeometry 2, yang berhasil memecahkan beberapa masalah dari Olimpiade Matematika Internasional.
Meskipun ada kemajuan dalam teknologi AI, contoh-contoh sederhana seperti ketidakmampuan AI untuk mengeja kata menunjukkan bahwa masih ada tantangan yang harus diatasi sebelum AI benar-benar dapat berpikir dan memahami seperti manusia.