Cegah Kebutaan, Begini Cara Aman Menikmati Gerhana Matahari
Saat bulan bergeser menutupi matahari, langit akan berangsur-angsur menjadi gelap dan pada saat proses inilah sangat berbahaya menyaksikan matahari secara langsung.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin menghimbau agar seluruh wisatawan berhati-hati saat menikmati Gerhana Matahari Total (GMT).
-
Bagaimana proses terjadinya Gerhana Matahari Total? Gerhana matahari total terjadi saat matahari, bulan, dan bumi terletak dalam satu garis lurus. Posisi ini didapatkan tidak lain karena bumi dan bulan sama-sama berputar melakukan revolusi mengelilingi matahari. Kemudian pada waktu tertentu, baik bumi maupun bulan akan menempati posisi orbit yang sejajar hingga membentuk garis lurus. Setelah menempati posisi garis lurus, bagian belakang bulan yang tidak terkena sinar matahari akan membentuk bayangan sendiri, yaitu bayangan inti (umbra) dan bayangan samar-samar (penumbra).
-
Apa yang terjadi saat gerhana matahari total? Gerhana matahari total merupakan fenomena alam yang memukau, di mana bulan sepenuhnya menutupi matahari, menciptakan momen singkat ketika siang menjadi malam.
-
Apa penyebab Gerhana Matahari Total? Gerhana matahari total merupakan fenomena yang terjadi ketika matahari, bulan, dan bumi berada dalam satu garis lurus. Di sini seluruh bagian matahari akan tertutup dengan bayangan bulan. Sehingga cahaya matahari akan menghilang secara total selama beberapa waktu. Dalam kondisi ini, bumi akan mengalami suasana yang gelap seperti malam hari.
-
Kapan Gerhana Matahari Total akan terjadi? Bumi akan mengalami kembali fenomena gerhana matahari total pada tanggal 8 April 2024 mendatang.
-
Dimana gerhana matahari total 2024 akan melewati? Jalur gerhana ini akan melintasi Amerika Utara, melewati Meksiko, Amerika Serikat, dan Kanada.
-
Di mana bayangan bulan saat Gerhana Matahari Total jatuh di permukaan bumi? Kemudian, bayangan umbra dan penumbra akan mengenai permukaan bumi. Di sini, bagian permukaan bumi yang terkena bayangan umbra maka akan mendapatkan fenomena gerhana matahari total. Sedangkan pada permukaan bumi yang terkena penumbra hanya mengalami gerhana matahari sebagian.
Alasannya, saat bulan bergeser menutupi matahari, langit akan berangsur-angsur menjadi gelap. Inilah proses paling berbahaya karena mata manusia bisa menyaksikan matahari secara langsung.
Thomas menyarankan agar orang-orang menyiapkan kacamata khusus agar terhindar dari kebutaan. Tapi pada saat posisi matahari sudah tertutup bulan dengan sempurna, wisatawan malah disarankan untuk melepas kacamata tersebut untuk menyaksikan keindahan korona.
Memancarkan aneka cahaya seperti merah, hijau, Korona inilah yang menjadi daya tarik dan paling ditunggu para pemburu gerhana. Nah, pada saat inilah GMT menjadi tak lagi berbahaya disaksikan dengan mata telanjang.
"Kalau sudah muncul korona malah harus dicopot kacamatanya karena kalau masih dipakai nanti malah tidak bisa menikmati keindahan korona," ungkap Thomas saat dijumpai di kawasan Thamrin, Jakarta, kemarin.
Ditegaskan Thomas, kacamata yang dikenakan bukan sembarang kacamata dan harus dilengkapi dengan filter khusus. Selain itu, dilarang juga menggunakan kacamata hitam biasa.
"Saat matahari belum semuanya tertutup jangan melihat tanpa kacamata khusus karena sebagian sinar matahari masih memancar kuat hingga bisa merusak retina mata. Kalau hanya lihat sebentar tidak apa-apa, setelah itu melihat ke tempat lain," tegas Thomas.
Namun, masyarakat tetap harus waspada, kejadian GMT hanya terjadi selama 2-3 menit saja. Selebihnya bulan akan bergeser kembali mengelilingi matahari dari barat ke timur. Setelah itu, kenakan kembali kacamata khusus hingga matahari normal kembali.
"Piringan matahari yang terang itu akan menyilaukan sekali padahal pupil mata sedang membesar dan itu yang bisa merusak retina mata," kata Thomas.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya menambahkan agar semua masyarakat dan wisatawan yang berada di daerah perlintasan GMT sudah mempersiapkan kacamata khusus itu. Ia mengatakan bahwa Kemenpar telah menyiapkan kacamata tersebut, namun tidak bisa dibagikan gratis kepada semua wisatawan di 12 provinsi di seluruh Indonesia.
"Nanti kita bantu bagikan tapi tidak bisa semuanya. Kalau 5 juta wisatawan kita kasih gratis semua tidak ada anggarannya. Satu kacamata harganya Rp 25 ribu," ungkap Arief.
Selain kacamata khusus, hendaknya masyarakat juga memilih tempat yang strategis saat menyaksikan GMT seperti di lapangan dan pantai. Sehingga dapat leluasa melihat proses gerhana tanpa terhalang pohon atau benda-benda tinggi lainnya.
(mdk/dream)