Metatah, Tradisi Potong Gigi Penanda Kedewasaan di Bali
Bagi umat Hindu di Bali penanda seseorang sudah dewasa bisa ditandai dengan tradisi potong gigi atau Metatah. Memotong 6 gigi bagian atas berbentuk taring. Ritual keagamaan ini merupakan salah satu ritual yang harus dilalui anak ketika beranjak dewasa atau akil balig.
Seseorang dikatakan dewasa bisa dilihat dari usia, fisik dan pola pikir. Namun, bagi umat Hindu di Bali penanda seseorang sudah dewasa bisa ditandai dengan tradisi unik potong gigi. Ritual keagamaan potong gigi atau Metatah merupakan salah satu ritual yang harus dilalui anak ketika beranjak dewasa atau akil balig.
Sambil berbaring, seorang wanita muda memperlihatkan giginya. Di sampingnya, petugas siap memotong 6 gigi bagian atas berbentuk taring ini. Mengikis perlahan giginya dengan sebuah alat ditangannya.
-
Bagaimana tradisi Ngejot dilakukan di Bali? Tradisi Ngejot merupakan bentuk jalinan silaturahmi antara umat Islam dan Hindu di Bali. Tradisi ini berwujud dalam bentuk mengantarkan makanan kepada sanak saudara maupun tetangga yang berbeda agama, terutama saat hari besar keagamaan seperti Galungan dan Iduladha. "Tradisi ini sudah tumbuh dan berkembang dalam keberagamaan masyarakat Bali. Saling memberi makanan, kue-kue, buah-buahan antar tetangga terdekat di setiap desa atau lingkungan. Selain bentuk persaudaraan, ini juga bentuk kerukunan, yang sudah terbangun sejak lama sampai sekarang,"
-
Kapan bayi diizinkan untuk menginjak tanah untuk pertama kalinya dalam tradisi Bali? Pada usia enam bulan digelar Ngenem Bulanin, di mana bayi diizinkan menginjak tanah untuk pertama kalinya.
-
Apa yang sebenarnya terjadi pada foto gurita raksasa di pantai Bali? Foto gurita raksasa terdampar di Bali merupakan gambar hasil Artificial intelligence (AI).
-
Bagaimana Prilly terlihat mempesona dalam foto-fotonya di Bali? Tanpa sentuhan makeup, kecantikan asli Prilly bersinar dengan mempesona, memperlihatkan pesona bare face yang menakjubkan.
-
Siapa yang mengaku membuat foto gurita raksasa di Bali? Namun, temukan gambar yang dibagikan di Instagram bestai_, yang mengaku sebagai "Pembuat Digital" yang bereksperimen "dengan mesin, tema, dan gaya AI yang berbeda".
-
Apa itu Tradisi Ujungan? Warga di kampung adat Cibadak, Desa Warung Banten, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak memiliki sebuah tradisi unik bernama Ujungan.
Sebagai penanda menjadi sosok yang telah dewasa. Melangkah kehidupan dengan babak baru. Menopang tanggung jawab, meninggalkan masa kanak-kanaknya.
©2021 Merdeka.com/I Wayan Arfian
Meski disebut potong gigi, bukan berarti gigi dipotong hingga habis, tapi dikikir agar rapi. Gigi peserta yang ikut Metatah Masal kurang lebih di potong kurang dari 2 mm. Gigi yang telah dipotong lantas diletakkan di atas sebuah kain berwarna cokelat kekuningan. Nantinya, didoakan bersama dengan sepiring sesaji.
Setelah gigi dikikir, peserta metatah diminta untuk mencicipi enam rasa. Dari pahit dan asam, pedas, sepat, asin dan manis. Setiap rasa ini memiliki makna di dalamnya. Rasa pahit dan asam adalah simbol agar tabah menghadapi kehidupan yang keras. Rasa pedas sebagai simbol tentang kemarahan, senantiasa sabar apabila mengalami hal yang membuat naik pitam.
Rasa sepat sebagai simbol agar taat pada peraturan atau norma-norma yang berlaku. Rasa asin menandakan kebijaksanaan sedangkan rasa manis sebagai penanda kehidupan yang bahagia.
©2021 Merdeka.com/I Wayan Arfian
Tradisi ini memang bermakna mendalam. Diartikan juga pembayaran utang oleh oran tua ke anaknya karena sudah bisa menghilangkan keenam sifat buruk dari diri manusia. Dalam tradisi, orang tua akan memberi sebuah nasihat yang menuntun menjadi pribadi yang lebih dewasa.
Keenam sifat buruk manusia yaitu kama, loba, krodha, mada, moha, dan matsarya. Kama yaitu hawa nafsu yang tak terkendalikan, loba sifat ketamakan. Krodha marah yang melampaui batas, sedangkan Mada yaitu mabuk.
Moha kebingungan dan kurang berkonsentrasi sehingga tak dapat menyelesaikan tugas dengan baik. Selain itu, Matsarya atau sifat iri hati.
©2021 Merdeka.com/I Wayan Arfian
Setiap peserta menggunakan pakaian adat Bali yang khas, Payang Agung. Busananya khas dengan corak Pulau Dewata. Mewah dan berkelas. Tampilan para peserta potong gigi tampil dengan rambut disanggul. Bagian kepala dhiiasi oleh mahkota berbahan emas yang mewah. Bak ratu kebangsaan. Begitu juga dengan peserta Metatah pria.
Dalam tradisi Metatah, Mesanggih atau Mepandih wanita hamil tidak diizinkan mengikuti adat sakral ini. Menurut kepercayaan, wanita yang tengah mengandung membawa janin yang suci. Sedangkan saat Metatah, seseorang berada dalam fase yang tidak suci atau disebut masa cuntaka.
©2021 Merdeka.com/I Wayan Arfian
Terlihat sederhana, namun tradisi Metatah menghabiskan dana yang cukup menguras kantong. Alhasil, banyak orang yang menunda proses adat pemotongan gigi. Tak kehilangan ide, masyarakat Bali juga menyiasatinya dengan melakukan metatah secara massal.
Biasanya, Metatah dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan upacara Ngaben, pernikahan, dan Ngeresi, serta dilakukan pada hari-hari tertentu saja (sad ripu) pada yang bersangkutan.
Sudah dilakukan sejak dulu. Hingga kini, tradisi Mentatah di Pulau Dewata Bali ini masih lestari.
(mdk/Tys)