Sentra Kain Pantai Mojolaban di Tepian Bengawan Solo
Pada tepian Sungai Bengawan Solo kain-kain yang sudah dipoles ini dijemur berjejer rapi. Di antara padang rumput di bawah sinar terik matahari, kain pantai polesan Mojolaban terlihat cantik dengan warna-warna cerah yang memikat hati
Berkunjung ke Kota Solo tak hanya ke Keraton Surakarta saja. Sekitar 10 km dari kota Solo, cobalah menyusuri pedesaan Mojolaban, Sukoharjo. Berbeda dari desa-desa lainnya, desa Mojolaban dikenal sebagai tempat industri kain pantai.
Ya, meski kain pantai lebih sering dikenal dari Bali. Namun di Kota Budaya ini menjadi salah satu tempat produksinya. Banyak dari warga di Mojolaban bekerja sebagai pembuat kain pantai. Dari tangan-tangan mereka, kain pantai bercorak cantik, tipis dan sangat nyaman ini lahir.
-
Siapa yang pertama kali membuat Sosis Solo? Konon kabarnya Kanjeng Susuhunan Pakubuwono X sendiri yang pertama kali menggubah dan meracik Sosis Solo.
-
Mengapa foto Bumi pertama dari luar angkasa dianggap penting? Foto hitam-putih yang buram merupakan tonggak penting di zaman ketika teknologi belum maju.
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
-
Siapa yang terlihat gagah mengenakan seragam dinas dalam foto pertama yang dibagikan? Sementara itu sang suami, Jenderal TNI Maruli Simanjuntak berdiri gagah mengenakan seragam dinasnya.
-
Kapan Soenting Melajoe pertama kali terbit? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Apa yang digambarkan foto pertama di koran? Foto ini menggambarkan jalan-jalan Paris yang dibarikade akibat aksi mogok kerja.
Tak hanya berburu kain pantai, para pelancong menikmati proses pembuatannya. Pembuatannya yang masih manual dan atraktif membuat pelancong terpikat.
©2021 Merdeka.com/Dika Sinatra
Ada proses yang panjang di balik kain pantai atau kain jumput yang cantik ini. Mulai dari pewarnaan, pencucian, hingga penjemuran. Prosesnya bermula dari pewarnaan kain rayon putih.
Kain yang semula kosong polos ini diberi warna. Bak pelukis, para pekerja pun menuangkan warna-warna di atas kain dengan panjang 1,7-2 meter dan lebar 1,15-2 meter. Ada yang yang digambar sesuai pola yang diinginkan, disablon, atau diwarnai secara manual.
Warna pun menjadi kunci kain pantai cantik ini. Semakin ramai warnanya, semakin meriah kain khas Mojolaban.
©2021 Merdeka.com/Dika Sinatra
Pada tepian Sungai Bengawan Solo kain-kain yang sudah dipoles ini dijemur berjejer rapi. Kain terlihat cantik dengan warna-warna cerah yang memikat hati di antara padang rumput di bawah sinar terik matahari. Semakin terik, semakin cepat kering kain pantai ini.
Susunan kain warna-warnai dan corak yang beraneka ragam membuat desa ini bak memiliki kanvas lukisan raksasa. Tak heran, proses penjemuran menjadi salah satu momen yang ditunggu wisatawan. Momen ini juga menjadi spot andalan para fotografer.
©2021 Merdeka.com/Dika Sinatra
Setiap harinya mereka mampu menghasilkan 60 kain pantai sepanjang 27 meter per hari.Harga kain pantai pun sekitar Rp15.000 hingga Rp30.000, tergantung motif dan ukurannya.
Meski tak sepopuler kain Batik Solo, namun kain pantai Mojolaban ini tak kalah kualitasnya dengan Batik Solo. Pemesannya datang dari Bali, Sumatra, Kalimantan, dan hampir seluruh daerah di Pulau Jawa bahkan sampai ke mancanegara.
©2021 Merdeka.com/Dika Sinatra
Kain pantai Mojolaban memang menjadi andalan para penikmat pantai. Mudah digunakan, tipis dan nyaman dengan corak yang menarik kain pantai Mojolaban sayang jika tak dimiliki.
Selain memproduksi kain pantai, Kecamatan Mojolaban Sukoharjo dikenaldalam pembuatan kerajinan gamelan di Desa Wisata Wirun. Kerajinan ini bahkan sudah dikenal secara global. Jika berkunjung ke Mojolaban, tak ada salahnya menilik pembuatan musik khas Indonesia, gamelan.
(mdk/Tys)