Adab Pemotor di Indonesia Dikritik Bule, Dibandingkan dengan Pengendara di Thailand
Ini bukan kali pertama kreator konten asing yang sudah tinggal di Jakarta selama hampir 20 tahun itu menyindir adab pengendara motor di Indonesia.
Konten mengenai etika berkendara di jalan kembali diangkat oleh kreator asing, Johan's Travel. Kali ini, pria yang telah menetap di Jakarta sejak 2006 ini membandingkan perilaku pengendara motor di Indonesia dan Thailand.
"Ini ditujukan untuk para pengkritik di Indonesia. Meskipun tidak sempurna, Thailand hanya berjarak penerbangan singkat dari Indonesia. Anda akan melihat bahwa mayoritas orang di sana benar-benar mematuhi peraturan lalu lintas. Jika orang Thailand dapat melakukannya, mengapa orang Indonesia tidak? Ayo! Jadikan Indonesia tempat yang lebih baik bagi semua dengan mematuhi aturan," tulisnya dalam Bahasa Inggris sebagai keterangan video Instagram yang diunggah pada 20 September 2024.
Dalam video tersebut, ia menyatakan bahwa di tengah jalan yang padat, pengendara motor tetap menggunakan jalur yang seharusnya, bukan trotoar.
"Mereka (pengendara motor) bisa saja menggunakan trotoar, karena ada cukup ruang untuk itu, tetapi mereka tidak melakukannya," ungkapnya dalam Bahasa Inggris.
Melalui rekaman lain yang dibagikan pada 30 September 2024, Johan menulis, "Pengendara sepeda motor di Bangkok, Thailand, mungkin belum sepenuhnya berhenti sebelum garis putih saat lampu merah, tetapi setidaknya mereka menjaga agar zebra cross tetap bebas untuk pejalan kaki."
"Di Indonesia, hal ini sangat jarang terlihat, karena banyak dari mereka dengan mudahnya memblokir jalur penyeberangan tanpa memperhatikan pejalan kaki," tambah kreator konten tersebut.
Reaksi Netizen Indonesia
Di kolom komentar, sindiran Johan mendapat respons positif dari banyak warganet Indonesia. Salah satu pengguna menulis, "Tolong teruslah mengejek kami. Saya ingin masyarakat kami berubah. Saya sudah lelah harus menaati hukum dengan ketat sementara melihat orang lain seenaknya menerobos lampu merah."
Ada juga yang menanggapi, "Betul sekali, Thailand, Singapura, bahkan Malaysia LEBIH BAIK daripada Indonesia dalam segala hal. Indonesia terlihat seperti India."
Sementara itu, yang lain berkomentar, "Saya setuju jika Anda membandingkannya dengan Jakarta. Jakarta memang tidak bisa diselamatkan. Namun jika Anda mengunjungi kota-kota lain, seperti Yogyakarta misalnya, mereka sebagian besar sangat mematuhi peraturan lalu lintas. Jadi saya sarankan untuk menyebutkan Jakarta daripada Indonesia."
"Masih banyak masyarakat Indonesia, termasuk politisi dan elit, yang beranggapan bahwa zebra cross hanya hiasan agar pemandangan kota terlihat 'seperti di luar negeri.' Tak ada yang memahami fungsinya, yang sangat mencolok dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, bahkan negara-negara yang jauh lebih miskin dari Indonesia," ungkap pengguna lainnya.
Bukan yang Pertama Kalinya
Johan kembali mengungkapkan keluhannya mengenai perilaku buruk pengguna jalan di Indonesia, khususnya pengendara sepeda motor. Di awal tahun ini, sebuah video yang diunggah di akun Instagram @johanstravel menunjukkan tindakan tidak pantas sejumlah pengendara motor yang melintas di trotoar saat kemacetan terjadi.
Video yang di-posting pada Minggu, 28 April 2024, memperlihatkan hampir sepuluh motor yang melaju di atas trotoar di Jalan Pramuka, yang menghubungkan Jakarta Timur dan Jakarta Pusat.
"Lihat, semua orang (berkendara) di atas trotoar karena tidak ada yang peduli," tulis pemilik akun tersebut.
Ia tampak sengaja merekam dari trotoar hingga banyak pengendara motor akhirnya memilih kembali ke jalan. Dalam keterangan video, disebutkan bahwa pengambilan gambar dilakukan pada waktu makan siang.
Johan juga menambahkan bahwa di Jakarta, jumlah pengendara motor jauh lebih banyak dibandingkan pejalan kaki di trotoar. Salah satu penyebabnya adalah pejalan kaki merasa terintimidasi untuk menggunakan trotoar karena telah dikuasai oleh kendaraan roda dua.
"Siapa yang akan menghentikan kekacauan ini?" terlihat dalam tulisan besar di video tersebut.
Meskipun tiang pembatas telah dibangun, para pengendara motor masih dapat melewati celah yang cukup lebar. Trotoar yang ada di Jalan Pramuka baru saja direvitalisasi pada tahun 2019, bersamaan dengan trotoar di jalan-jalan arteri lainnya di Jakarta Pusat, dengan total biaya mencapai Rp75 miliar.
"Saya rasa kita bisa pergi sekarang karena kita harus ke sana," kata Johan di akhir video.
Johan juga sempat mengunggah tentang keanehan dan kekacauan lain yang terjadi di Jakarta. Dalam unggahan terpisah, ia memviralkan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di area Terowongan Kendal di Dukuh Atas, Jakarta Pusat.
Dalam video yang diunggah pada hari yang sama, ia merekam para PKL yang kembali mengisi area pejalan kaki di terowongan tersebut. Bahkan, mereka berjualan tepat di garis kuning yang seharusnya membantu penyandang disabilitas untuk mengakses trotoar.
"Lihat siapa yang kembali lagi ke Terowongan Kendal! Para PKL ini memilih berjualan di garis kuning yang seharusnya menjadi penunjuk bagi tunanetra," tulisnya dalam keterangan.