Asal Usul Kampung Madras di Medan, Suasana India di Sumatra Utara
Kampung Madras adalah salah satu dari sedikit komunitas masyarakat India yang terdapat di Nusantara.
Kampung Madras terletak di Medan, Sumatra Utara. Nama kampung ini terinspirasi dari salah satu wilayah di India. Sesuai dengan namanya, Kampung Madras salah satu dari sedikit kawasan yang dihuni oleh masyarakat India di Indonesia. Keberadaan kampung ini bahkan telah dikenal di berbagai belahan dunia. Mengutip dari indonesia.go.id, luas Kampung Madras mencapai sekitar 10 hektare. Kampung ini terletak di antara Kecamatan Polonia dan Kecamatan Petisah, mencakup wilayah sekitar Jalan KH Zainul Arifin, Jalan Gajah Mada, hingga Jalan S Parman.
Kampung Madras ditandai dengan adanya gapura besar yang didominasi warna kuning, dihiasi dengan ornamen burung merak dan berbagai ukiran. Di ujung Jalan KH Zainul Arifin terdapat tulisan "Welcome to Little India". Julukan Little India memang tepat disematkan pada kampung ini. Sekitar 100 kepala keluarga keturunan India mendiami kawasan ini. Kehadiran masyarakat India di Medan dan sekitarnya tidak terlepas dari pengaruh seorang pengusaha perkebunan tembakau Deli asal Belanda, Jacobus Nienhuys, yang membuka lahan di wilayah Sumatra Timur, nama lama dari Sumut.
- 72 Orang Jalani Pendidikan Kader Ulama di Mekkah untuk Penguatan Lembaga Pendidikan Islam Indonesia
- Uskup Agung Semarang dan Tokoh Lintas Agama Datangi Masjid Agung Jawa Tengah, Beri Ucapan Selamat Idulfitri ke Umat Muslim
- Madrasah Adabiah Minangkabau, Sekolah Islam Pertama di Indonesia Sejak Tahun 1909
- Sakasanwira Mesra, Program Pemberdayaan UMKM di Lingkungan Masjid Raya Al-Mashun Medan
Mayoritas orang India yang tinggal di sini adalah imigran dari Tamil Nadu yang tiba di Medan pada tahun 1873. Mereka bekerja sebagai buruh di kebun tembakau Deli. Seperti halnya pendatang lainnya, mereka kemudian membentuk komunitas dan mengelompokkan diri di Kota Medan. Pada tahun 1880, Sultan Deli Mahmud Al Rasyid memberikan izin kepada komunitas pendatang, termasuk orang-orang India, untuk menempati lahan milik kesultanan.
Mengenal Kampung Madras
Orang-orang India juga menyebar ke daerah seperti Binjai, Tebing Tinggi, Tanjungbalai, Pematang Siantar, dan Deli Serdang. Kawasan tempat tinggal masyarakat India ini kemudian dikenal dengan sebutan Kampung Keling, yang diambil dari nama Kalingga, sebuah kerajaan kuno di India. Namun, seiring waktu, mereka merasa tidak nyaman dengan sebutan tersebut karena dianggap rasis. Istilah 'keling' dalam bahasa Melayu memiliki arti 'gelap', yang membuat masyarakat ingin mengubah nama tersebut. Pada bulan Agustus 2008, Kampung Keling resmi berganti nama menjadi Kampung Madras. Sejak itu, angkutan kota mulai beroperasi melalui rute Sambu-Kampung Madras-Tanjung Sari.
Masyarakat di Kampung Madras dikenal selalu menjaga toleransi dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun mayoritas penduduknya menganut agama Hindu dan Sikh, terdapat juga warga yang beragama Islam. Hal ini tercermin dari keberadaan berbagai rumah ibadah di kampung tersebut, seperti gurdwara untuk umat Sikh dan Kuil Shri Mariamman. Selain itu, Kampung Madras juga memiliki Masjid Ghaudiyah, yang namanya terinspirasi dari sebuah komunitas keturunan India Muslim di Iran. Menariknya, semua tempat ibadah di Kampung Madras dibangun berdekatan satu sama lain, menciptakan suasana harmonis.
Warga Kampung Madras aktif bergotong royong dan saling membantu dalam menyiapkan berbagai kegiatan saat perayaan hari besar keagamaan. Toleransi yang terjaga dengan baik ini membuat etnis lain, seperti Tionghoa dan Melayu, yang juga tinggal di sana merasa nyaman dan diterima. Dengan adanya kerukunan antarumat beragama, Kampung Madras menjadi contoh nyata dari kehidupan masyarakat yang saling menghargai dan menghormati perbedaan. Hal ini menciptakan lingkungan yang kondusif bagi semua warga, tanpa memandang latar belakang etnis atau agama.
Penulis: Resla