Batu ini Ditancapkan Gajah Mada saat Sumpah Palapa, Tak Ada yang Bisa Mencabut
Sebuah batu yang ada di Dusun Nglinguk, Desa Sentonorejo, kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto dipercaya merupakan sebuah batu yang ditancapkan oleh Gajah Mada saat mengucap sumpah palapa.
Gajah Mada sebagai salah seorang patih Majapahit yang sangat terkenal. Dia dicatat dalam sejarah sebagai orang yang berhasil menguasai Nusantara.
Usaha penyatuan Nusantara itu merupakan pembuktian dari Gajah Mada setelah dia melakukan sumpah palapa. Sumpah palapa adalah sumpah yang diucapkan Gajah Mada saat upacara pengangkatan menjadi patih.
-
Di mana Gajah Mada sering memandikan kerbau? Sendang Krapyak Di tempat ini dulu Gajah Mada sering memandikan kerbau-kerbaunya. Bahkan diduga di dasar sendang terdapat bekas tapak kaki di atas batu.
-
Apa yang menjadi cita-cita Gajah Mada dalam Sumpah Palapa? Dalam Sumpah Palapa, Gajah Mada tidak akan menikmati duniawi sebelum menyatukan Nusantara
-
Apa yang terjadi di Istana Gajah Ayutthaya? Seekor gajah Asia berusia 36 tahun bernama Chamchuri berhasil melahirkan sepasang bayi gajah kembar yang langka di sebuah Istana Gajah Ayutthaya dan Royal Kraal, Thailand, pada Jumat, (7/6) lalu.
-
Apa yang tertulis di sisir gading tertua? Pada sisir itu tertulis kalimat “semoga gading ini membasmi kutu dari rambut dan janggut”.
-
Apa yang digambarkan dalam patung gajah Pasemah? Dalam satu batu ini menggambarkan tiga kehidupan. Pertama hewan gajah, lalu dua manusia dan hewan yang diduga babi rusa saat tengah dilahirkan gajah.
-
Apa yang terjadi di pesta hajatan di Garut? Sebuah hajatan di Kabupaten Garut punya cara sendiri dalam menghibur tamu undangan. Pemilik acara mengundang pasien rehabilitasi kelainan jiwa sebagai penyanyi di acara tersebut.
Sebuah batu yang ada di Dusun Nglinguk, Desa Sentonorejo, kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto dipercaya merupakan sebuah batu yang ditancapkan oleh Gajah Mada saat mengucap sumpah palapa. Berikut ulasannya.
Batu Patok Gajah Mada
©2022 Merdeka.com/youtube.com/TelusuRINusantara
Sebuah video memperlihatkan batu panjang yang menancap di tanah. Batu itu bukan sembarang batu. Sebab, diyakini batu tersebut merupakan sebuah patok yang ditancapkan oleh Gajah Mada ketika mengucapkan sumpah palapa.
Batu yang diberinama dengan batu Pathok Gajah tersebut merupakan batuan andesit yang memiliki panjang sekiatar 134 cm dengan ketinggian 81 cm dari permukaan tanah.
Batu itu ditemukan melalui sejarah yang panjang. Pertama kali ditemukan pada tahun 1927 oleh seorang arsitek dari Belanda Ir. Hendi Maclaine Pont, dan kemudian diteliti pada 1976 sampai 1982.
Sulit Dicabut dengan Alat Berat
©2022 Merdeka.com/youtube.com/TelusuRINusantara
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, batu Patok Gajah tersebut merupakan batu yang tidak bisa dicabut. Bahkan dikatakan tidak bisa dicabut meski menggunakan alat berat.
Masyarakat yakin bahwa batu itu memiliki ukuran yang sangat panjang. Bahkan dikatakan bahwa panjangnya bisa sampai ke kolam segaran yang jaraknya mencapai 1 km.
Batu yang berdiri miring tersebut juga pernah digali oleh warga untuk menemukan pangkalnya namun gagal. Batu tersebut terletak di belakang pendopo agung Trowulan.
Siapakah Gajah Mada?
©2022 Merdeka.com/youtube.com/TelusuRINusantara
Melansir dari laman Wikipedia, Gajah Mada adalah seorang patih Majapahit yang sangat fenomenal.
Gajah Mada menjadi patih Amangkubumi pada masa pemerintahan Ratu Tribuana Tunggadewi pada tahun 1258 S/1336 M.
Ia terkenal dengan salah satu sumpahnya untuk menaklukkan Nusantara. Sumpah itu disebut sebagai sumpah palapa.
Sumpah Palapa Gajah Mada
©2022 Merdeka.com/youtube.com/TelusuRINusantara
Sumpah palapa adalah suatu pernyataan yang diucapkan oleh Gajah Mada pada upacara pengangkatannya menjadi patih pada tahun 1336 M.
Isinya adalah sebagai berikut:
“Kamu Gajah Mada Patih Amangkubumi tidak ingin melepaskan puasa. Kamu Gajah Mada, "Jika telah menundukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa,"