Benarkah Plastik Terkandung di Aliran Darah yang Tersumbat? Begini Kata Peneliti
Siapa sangka aliran darah yang tersumbat bisa mengandung plastik. Ternyata ini fakta sebenarnya menurut penelitian.
Benarkah Plastik Terkandung di Aliran Darah yang Tersumbat? Begini Kata Peneliti
Plastik saat ini merupakan suatu kebutuhan. Keberadaanya pun cukup banyak karena bisa dipakai untuk berbagai hal.
Produksi plastik telah meningkat pesat dalam dua dekade terakhir dan hanya sebagian kecil yang didaur ulang.
Meski bermanfaat, plastik juga berdampak buruk bagi kesehatan terutama jika terkontaminasi secara langsung.
Meski secara spesifik tidak dimakan, ada beberapa kasus pecahan kecil plastik justru masuk dan ditemukan di organ utama tubuh.
Tentu karena partikel mikroskopis mudah menyusup ke jaringan kita, sangat penting untuk mengetahui dengan tepat resiko apa yang dapat ditimbulkannya terhadap kesehatan.
- Penelitian: Mikroplastik Sudah Ditemukan di Jantung dan Otak Manusia
- Mengerikan Penelitian Terbaru Ungkap Mikroplastik di Otak Manusia: Dampak dan Bahayanya
- Penelitian Temukan Kandungan Mikroplastik Sudah Mulai Memasuki Otak Manusia
- Dari Masalah Jantung Hingga di Testikel, Ketahui Bahaya Paparan Mikroplastik Terhadap Tubuh Kita
Melansir dari Science Alert, Jumat (26/7) para peneliti saat ini tengah mempelajari dampak mikroplastik pada replika mini organ tubuh lewat sampel pada tikus, untuk mengetahui dampaknya terhadap tubuh manusia.
Namun, konsentrasi mikroplastik yang digunakan dalam penelitian tersebut mungkin tidak mencerminkan paparan manusia di dunia nyata.
Sebuah penelitian kecil di Italia juga pernah dilakukan dan ditemukan pecahan mikroplastik dalam timbunan lemak yang diambil melalui pembedahan dari pasien yang menjalani operasi untuk membuka arteri yang tersumbat.
Operasi tersebut ditujukan untuk menghilangkan plak lemak dari arteri yang menyempit untuk mengurangi risiko stroke di masa depan.
Peneliti medis di Universitas Campania di NaplesRaffaele Marfella membandingkan bagaimana resiko stroke, serangan jantung dan kematian antara pasien yang memiliki mikroplastik di plaknya dan mereka yang memiliki plak mikroplastik.
Setelah observasi dilakukan kepada 257 pasien selama 34 bulan, para peneliti menemukan hampir 60 persen dari mereka memiliki sejumlah polietilen dalam plak yang diambil dari arteri mereka yang menebal.
Polietilen sendiri adalah termoplastik yang digunakan secara luas oleh konsumen produk sebagai kantong plastik.
Jenis polietilen paling umum diproduksi, digunakan untuk kantong plastik, film, dan juga botol.
Selain itu 12 persen juga memiliki polivinil klorida (PVC) dalam timbunan lemak yang diekstraksi.
PVC biasanya digunakan untuk membuat pipa air, botol plastik, lantai, dan pengemasan.
Penelitian berbasis laboratorium menunjukkan mikroplastik dapat memicu peradangan dan stres oksidatif pada sel jantung, serta mengganggu fungsi jantung, mengubah detak jantung, dan menyebabkan jaringan parut pada jantung pada hewan seperti tikus.
“Data observasi dari studi paparan di tempat kerja juga menunjukkan peningkatan risiko penyakit kardiovaskular di antara orang-orang yang terpapar polusi terkait plastik, termasuk polivinil klorida, dibandingkan dengan yang terlihat pada populasi umum,” kata Marfella dan rekannya.
Lewat studi tersebut, pasien dengan mikroplastik pada plak yang dipotong memiliki kemungkinan 4,5 kali lebih besar untuk mengalami stroke, serangan jantung non-fatal, atau meninggal karena sebab apa pun setelah 34 bulan.
Sebaliknya orang yang tidak memiliki mikroplastik terdeteksi pada plak yang telah diangkat oleh ahli bedah memiliki resiko kesehatan yang rendah.
Jumlah mikroplastik, dan partikel nanoplastik, diukur menggunakan teknik yang disebut pirolisis kromatografi gas-spektrometri massa.
Keberadaannya dikonfirmasi menggunakan metode lain, yaitu analisis isotop stabil, yang dapat membedakan antara karbon di jaringan manusia dan karbon di jaringan manusia. plastik yang terbuat dari petrokimia.
Studi observasional seperti ini tidak dapat secara pasti menyimpulkan bahwa mikroplastik menyebabkan efek hilir pada jantung.
Studi tersebut tidak mempertimbangkan faktor resiko lain untuk penyakit kardiovaskular, seperti merokok, kurangnya aktivitas fisik, dan polusi udara.