Penelitian: Mikroplastik Sudah Ditemukan di Jantung dan Otak Manusia
Studi baru menemukan bahwa mikroplastik tidak hanya mencemari lingkungan kita, tetapi juga tubuh manusia, ditemukan di jantung, otak, dan kaki.
Awal tahun 2024, sebuah penelitian penting mengungkap bahwa mikroplastik, yaitu partikel kecil plastik yang berasal dari pemecahan potongan plastik yang lebih besar, ditemukan dalam lebih dari 50% deposit lemak pada arteri yang tersumbat di tubuh manusia. Ini merupakan data pertama dari penelitian yang mengaitkan mikroplastik dengan dampak kesehatan manusia.
Selanjutnya, sebuah studi baru yang dilakukan oleh peneliti di China melaporkan penemuan mikroplastik dalam gumpalan darah yang diangkat melalui operasi dari arteri jantung dan otak, serta dari pembuluh darah dalam di kaki bagian bawah. Dilansir dari *Science Alert* pada Minggu (14/7/2024), penelitian ini merupakan studi kecil yang melibatkan 30 pasien, jauh lebih sedikit dibandingkan penelitian plak arteri yang diterbitkan pada bulan Maret, yang melibatkan 257 pasien selama 34 bulan.
-
Siapa yang menemukan mikroplastik di otak? Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Jurnal JAMA Network Open, ilmuwan mengambil sampel dari 15 mayat manusia yang meninggal pada usia antara 33 sampai 100 tahun.
-
Mengapa mikroplastik di otak mengkhawatirkan? Temuan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan para peneliti bahwa jalur penciuman dapat memungkinkan mikroplastik mengakses otak dan berpotensi mencapai area otak di luar bulbus olfaktorius.
-
Bagaimana mikroplastik bisa masuk ke otak? 'Setelah muncul di ‘bulbus olfaktorius’, dapat terjadi translokasi ke daerah lain di otak,' kata Luís Fernando Amato-Lourenço, ilmuwan lingkungan di Universitas Berlin, kepada CNN.
-
Dimana mikroplastik ditemukan? Mikroplastik ini dapat ditemukan di berbagai lokasi, termasuk perairan laut, estuari, sedimen, terumbu karang, serta bahkan di awan.
-
Bagaimana mikroplastik masuk ke tubuh? Plastik yang kita gunakan sehari-hari bisa terurai menjadi partikel kecil yang disebut mikroplastik. Partikel ini bisa masuk ke dalam tubuh kita melalui udara, makanan, dan minuman.
Meskipun demikian, tim yang dipimpin oleh peneliti dari Italia menemukan bahwa keberadaan mikroplastik dalam lapisan plak dapat meningkatkan risiko serangan jantung atau stroke. Peneliti dari China juga menemukan kemungkinan hubungan antara kadar mikroplastik dalam gumpalan darah dengan tingkat keparahan penyakit yang dialami pasien.
Ke-30 pasien yang terlibat dalam penelitian ini menjalani operasi untuk mengangkat gumpalan darah setelah mengalami stroke, serangan jantung, atau trombosis vena dalam, yang merupakan kondisi di mana gumpalan darah terbentuk di pembuluh darah vena dalam, biasanya di kaki atau panggul.
Berbagai bentuk dan ukuran
Rata-rata usia pasien yang diteliti adalah 65 tahun, dan mereka berasal dari berbagai latar belakang kesehatan serta gaya hidup, termasuk kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, hipertensi, dan diabetes.
Setiap hari, para pasien ini menggunakan produk plastik dalam kehidupan mereka. Selain itu, mereka berasal dari berbagai daerah, dengan hampir seimbang antara yang tinggal di pedesaan dan perkotaan. Peneliti menemukan mikroplastik dengan berbagai bentuk dan ukuran dalam 24 dari 30 gumpalan darah yang dianalisis.
Penemuan ini dilakukan melalui teknik analisis kimia, dan jumlah mikroplastik yang terdeteksi bervariasi di setiap gumpalan darah. Dalam pengujian, juga ditemukan jenis plastik yang sama dengan yang teridentifikasi dalam penelitian di Italia mengenai plak arteri, yaitu polivinil klorida (PVC) dan polietilena (PE).
Penemuan ini tidak mengejutkan, mengingat PVC sering digunakan dalam konstruksi, sementara PE banyak digunakan untuk membuat botol dan tas belanja, yang merupakan dua jenis plastik paling umum yang diproduksi dan digunakan.
Tingkat D-Dimer yang Meningkat
Sebuah studi terbaru menemukan keberadaan poliamida 66, yaitu polimer termoplastik semi-kristal yang transparan, dalam gumpalan darah. Poliamida 66 ini adalah jenis plastik yang sering digunakan dalam kain dan tekstil.
Dari 15 jenis plastik yang diidentifikasi dalam penelitian ini, polyethylene (PE) menjadi yang paling umum, menyumbang 54 persen dari total partikel yang dianalisis. Peneliti juga mencatat bahwa individu yang memiliki tingkat mikroplastik lebih tinggi dalam gumpalan darah mereka menunjukkan kadar D-dimer yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasien yang tidak terdeteksi mikroplastik dalam gumpalan darahnya.
D-dimer adalah fragmen protein yang dilepaskan saat gumpalan darah pecah, dan biasanya tidak terdeteksi dalam plasma darah. Kadar D-dimer yang tinggi dalam tes darah dapat menjadi indikasi adanya gumpalan darah, sehingga para peneliti menduga bahwa mikroplastik mungkin berkontribusi pada pembekuan darah yang lebih parah.
Diperlukan penelitian tambahan
Meskipun hasil yang diperoleh sudah ada, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menggali informasi ini secara lebih mendalam. Penelitian ini tidak mengukur keberadaan mikroplastik dalam darah pasien, dan karena bersifat observasional, penelitian ini hanya dapat menunjukkan kemungkinan adanya hubungan, bukan sebab-akibat.
"Temuan ini menunjukkan bahwa mikroplastik mungkin menjadi faktor risiko yang berhubungan dengan kesehatan pembuluh darah," ungkap Tingting Wang, seorang dokter dan ilmuwan di Rumah Sakit Afiliasi Pertama dari Shantou University Medical College di China, bersama rekan-rekannya dalam makalah penelitian mereka.
"Diperlukan penelitian di masa mendatang dengan sampel yang lebih besar untuk mengidentifikasi sumber paparan dan mengonfirmasi kecenderungan yang terlihat dalam studi ini," tambahnya.