Cerita Istri Jenderal TNI Diminta Tes Keperawanan Sebelum Nikah, Mati-matian Menolak
Cerita Paulina Pandjaitan istri Jenderal TNI saat diminta tes keperawanan sebelum menikah.
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa menginstruksikan merevisi aturan kepada jajaran. Khususnya mengenai persyaratan kesehatan dalam rekrutmen prajurit Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad).
Sejumlah kalangan mengartikan pernyataan tersebut sebagai langkah menghapus tes keperawanan. Menengok pernyataan itu juga, istri Jenderal TNI membagikan ceritanya saat diminta tes keperawanan sebelum menikah. Lantas bagaimana cerita istri Jenderal TNI ini saat diminta lakukan tes keperawanan?
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Kapan TNI dibentuk secara resmi? Sehingga pada tanggal 3 Juni 1947 Presiden Soekarno mengesahkan secara resmi berdirinya Tentara Nasional Indonesia (TNI).
-
Siapa sosok penemu ransum TNI? Pencipta ransum TNI ternyata bukanlah seorang tentara, melainkan seorang dokter.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Kapan Jenderal Wismoyo menjabat sebagai Kepala Staf TNI AD? Jenderal TNI Wismoyo Arismunandar menjabat Kepala Staf TNI AD dari tahun 1993 sampai 1995.
Melansir dari akun Instagram pandjaitanuli, Selasa (10/8), simak ulasan informasinya berikut ini.
Cerita Istri Jenderal TNI
Istri Jenderal TNI membagikan ceritanya saat diminta untuk tes keperawanan sebelum menikah. Wanita bernama lengkap Paulina Pandjaitan ini mengaku menolak tes tersebut mati-matian. Bahkan dia memilih lebih baik tidak menikah daripada hak perempuan nya di injak-injak.
Instagram pandjaitanuli ©2021 Merdeka.com
"Tahukah teman-teman kalau mau jadi tentara atau kawin sama tentara, perempuan harus test keperawanan? Termasuk saya," tulisnya dalam keterangan foto.
"Namun, waktu itu saya mati-matian mengatakan tidak. Lebih baik enggak menikah daripada hak saya sebagai perempuan di injak-injak. Apa hubungan nya test keperawanan dan langgeng nya pernikahan?," sambungnya.
"Termasuk menjadi seorang tentara? Apakah lebih baik tentara perempuan yang perawan? Bagaimana dengan laki2? Peraturan itu sudah lama ada dan bertahun-tahun Istri tentara dan tentara wanita Indonesia Harus mengalami itu," paparnya.
Diskriminasi Perempuan
Wanita yang akrab disapa Uli ini mengatakan sudah banyak organisasi yang menentang kebijakan tersebut. Menurutnya, ini sebagai salah satu bentuk diskriminasi yang dialami perempuan. Dia juga mengatakan seksualitas perempuan yang paling menyakitkan dan diintervensi yakni tes keperawanan dan sunat perempuan.
Instagram pandjaitanuli ©2021 Merdeka.com
"Bertahun-tahun banyak organisasi perempuan sudah menentang perbuatan tersebut termasuk @rumahfaye dan Faye sendiri. Sebagai perempuan Faye memahami betul bentuk diskriminasi yang dialami perempuan," ungkapnya.
"Dan seksualitas perempuan yang paling diintervensi dan menyakitkan adalah pemeriksaan keperawanan dan sunat perempuan. Faye malam ini tlp saya, sayang nya saya tidak mendengar dan karena perbedaan waktu, ketika saya mau tlp dia kembali dia sudah tidur," jelasnya.
"Lalu dia wa dan menangis (lengkap) dengan selfie dia, memberitahu bahwa peraturan tersebut sudah tidak akan diperpanjang," lanjutnya.
Bahagia Dengar Kebijakan Diubah
Putri Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia ini lantas mengucapkan terima kasihnya. Terutama untuk KASAD yang sudah berani mendobrak dan menjunjung tinggi harkat perempuan Indonesia.
"Terima kasih bapak KASAD karena berani mendobrak dan menjunjung tinggi harkat perempuan Indonesia. Terima kasih sudah membuat anak perempuan saya yang saya sayangi "overwhelming with joy" karena peraturan bapak," ucapnya.
Instagram pandjaitanuli ©2021 Merdeka.com
"Mungkin bapak tidak mengerti betapa penting nya ini buat anak saya dan tentunya perempuan-perempuan Indonesia yang ingin menjadi tentara wanita Indonesia atau menikah dengan seorang tentara AD," sambungnya.
"Namun, ini adalah hadiah terindah untuk kami perempuan Indonesia khususnya di lingkungan Angkatan Darat," tutupnya.
Kasad Andika Ubah Aturan Rekruitmen Kowad
"Kita fokus tidak ada lagi pemeriksaan di luar tujuan, dan tujuan rekrutmen tadi adalah seleksinya antara lain agar yang diterima itu bisa mengikuti pendidikan pertama, yang berarti hubungannya dengan mayoritas fisik," tutur Andika lewat akun Youtube TNI AD yang dikutip, Senin (9/8).
"Oleh karena itu ada hal-hal yang memang peserta ini harus memenuhi, tetapi ada juga hal-hal yang tidak relevan, tidak ada hubungannya, dan itu tidak lagi dilakukan pemeriksaan," lanjutnya.
Andika meminta jajarannya dapat mengetahui perubahan aturan tersebut, khususnya Pusat Kesehatan TNI AD hingga ke rumah sakit. Sehingga ke depan, dalam proses pendidikan Kowad tidak ada lagi tes yang tidak relevan untuk dilakukan.
Channel YouTube TNI AD ©2021 Merdeka.com
"Ini yang kemudian menonjol dalam perubahan kali ini, karena memang kita harus konsekuen juga. Kita lakukan seleksi terhadap pria harus sama dengan apa yang kita lakukan terhadap wanita, dalam hal tadi, kemampuan mereka untuk mengikuti pendidikan pertama atau dasar militer," jelas Andika.
"Nanti rekan-rekan semua akan mendengar dari Kakesdam maupun kepala rumah sakit yang mungkin sudah diberitahu Kapuskes, ada hal-hal yang tidak perlu lagi dilakukan, dan bukan tidak perlu, tidak boleh, sekarang nggak ada hubungan," sambungnya.
Andika juga membahas terkait pengajuan persyaratan pernikahan personel TNI AD. Dalam arahannya, dia menyatakan bahwa prajurit hanya perlu melakukan pemeriksaan administrasi sehingga tidak lagi wajib melalui pemeriksaan kesehatan terhadap para calon mempelai.
"Apakah mereka sudah melakukan pemeriksaan kesehatan sendiri atau belum ya biarkan saja pada mereka. Mereka ya sudah dewasa, dan manakala mereka sudah memutuskan untuk menikah ya kita yakin prajurit kita sudah cukup dewasa dan matang untuk memutuskan apa yang perlu dan tidak perlu dilakukan," jelas Andika.