Dirgahayu Kostrad, Ini Deretan Operasi Militer Libatkan Korps Baret Hijau
Komando Strategis Angkatan Darat atau Kostrad adalah satuan tempur yang dimiliki TNI Angkatan Darat.
Komando Strategis Angkatan Darat atau Kostrad adalah satuan tempur yang dimiliki TNI Angkatan Darat. Pasukan Baret Hijau selalu siap beroperasi atas perintah Panglima TNI.
Dalam sejumlah pertempuran sejak era Presiden Soekarno, pasukan Kostrad selalu dilibatkan. Saat ini Kostrad terdiri dari tiga Divisi.
-
Apa yang menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD? Soegito lulus Akademi Militer dan bergabung dengan Korps Baret Merah yang saat itu bernama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pasukan elite ini menjadi cikal bakal Kopassus TNI AD. Berbagai penugasan tempur pernah dijalani oleh Soegito. Termasuk terjun ke Dili saat Indonesia menyerbu Timor Timur.
-
Di mana prajurit TNI AD ini berasal? Diungkapkan oleh pria asli Kaimana, Papua Barat ini bahwa sebelum memutuskan menikah, Ia sudah menjalin asmara atau berpacaran selama 3 tahun.
-
Bagaimana KGB mengintai Jenderal TNI Sayidiman Suryohadiprojo di Moskow? Sejak mendarat di Bandara, Sayidiman digeledah dengan ketat. Semua dokumen, uang dan koper miliknya diperiksa dengan detil.
-
Kapan HUT Korps Marinir TNI AL diperingati? Setiap tanggal 15 November diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Korps Marinir TNI AL.
-
Siapa yang kagum dengan kekuatan TNI? Gamal Abdul Nasser Adalah Sahabat Dekat Presiden Sukarno Keduanya menjadi pelopor gerakan Non Blok. Karena dekat, Nasser bicara terus terang pada Presiden Sukarno.
-
Di mana TNI dibentuk? Dahulu TNI dibentuk dan dikembangkan dari sebuah organisasi bernama Badan Keamanan Rakyat (BKR).
Pertama Divisi Infanteri 1/Kostrad berada di Cilodong, Depok, lalu Divisi Infanteri 2/Kostrad berada di Singosari, Malang dan terakhir Divisi Infanteri 3/Kostrad berada di Bontomarannu, Gowa.
©Instagram/Puspen TNI
Hari ini, Kostrad sudah berusia 59 tahun. Berikut deretan operasi militer melibatkan pasukan Kostrad:
Sejarah Berdirinya Kostrad
Cikal bakal Kostrad ketika Indonesia pertama kali berurusan dengan isu kemerdekaan Irian Barat pada 1960. Kostrad kemudian dibentuk 6 Maret 1961 dengan nama Korps Tentara Ke-1 / Cadangan Umum Angkatan Darat(KORRA I / CADUAD), berdasarkan surat keputusan Men/pangad No. ML/KPTS 54/3/1961.
Sebagai kesatuan paling muda, Kostrad merupakan inti kekuatan Komando Mandala (Operasi Trikora atau pembebasan Irian Barat). Kemudian berganti nama menjadi Kostrad pada tahun 1963.
Mayjen Soeharto Panglima Kostrad Pertama
Mayor Jenderal Soeharto dipercaya sebagai orang pertama yang menjabat Panglima Kostrad (Pangkostrad). Pada 1 April 1998, Panglima Kostrad dijabat oleh Letnan Jenderal Prabowo Subianto yang saat itu anak mantu Soeharto.
Jejak Pasukan Kostrad
Selama masa Orde Baru, Korps Baret Hijau tidak pernah absen dari berbagai operasi militer di Indonesia, seperti penumpasan Gerakan 30 September, Operasi Trisula, penumpasan Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU) serta Operasi Seroja di Timor Timur.
Kostrad juga dilibatkan pada tingkat internasional dengan diberangkatkannya pasukan Garuda di Mesir (1973-1978) dan Vietnam (1973-1975) serta dalam operasi gabungan sebagai pasukan penjaga perdamaian dalam perang Iran-Irak antara 1989 dan 1990.
Operasi Tinombala
Operasi Tinombala untuk memburu pemimpin Mujahiddin Indonesia Timur (MIT), Santoso alias Abu Wardah akhirnya menuai hasil. Tim Satuan Tugas (Satgas) Tinombala yang bergerak di pedalaman tanpa sengaja memergoki kelompok yang bertahun-tahun meneror warga Poso, Sulawesi Tengah.
Operasi ini dimulai sejak 10 Januari 2016 lalu, menggantikan Operasi Camar Maleo yang gagal menuai hasil, padahal sudah diperpanjang empat kali. Kedua operasi itu juga melibatkan personel Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bergerak di bawah perintah Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Sulawesi Tengah Brigjen Rudy Sufahriadi sebagai Kepala Satgas Tinombala.
Santoso dan seorang anak buahnya, Muchtar tewas di tangan anggota Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad). Mereka adalah prajurit Batalyon Infantri 515/Para Raider, salah satu satuan TNI yang sering terjun di medan pertempuran.
Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayor Jenderal Tatang Sulaiman memastikan penembak mati dua teroris dari kelompok Santoso adalah prajurit Komando Strategis TNI Angkatan Darat (Kostrad). Prajurit Kostrad tersebut berasal dari Batalyon Infantri 515/Para Raider.
Operasi Kilat
Tepat pada 3 Februari 1965, pasukan TNI melakukan pengepungan di sebuah hutan Sulawesi dekat Sungai Lasolo. Perintah operasi penyergapan ini dilakukan oleh Asisten Operasi dan Asisten Intelijen di bawah pimpinan Kolonel Inf Solichien GP dan diberi nama Operasi Kilat.
Pengepungan dilakukan dengan taktik tapal kuda. Rencana ini melibatkan pasukan Yonif 330/Para Kujang I Kostrad pimpinan Mayor Yogie S Memed dan satu peleton Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang dipimpin Sintong Pandjaitan.
Saat matahari terbit, salah satu personel Yonif 330/Para Kujang Koptu Ili Sadeli tanpa sengaja mendengar suara radio di balik rimbunan pepohonan. Padahal, Kahar melarang warga di daerah kekuasaannya memiliki sebuah radio, kecuali dia sendiri. Setelah ditelusuri, ternyata suara itu berasal dari dalam sebuah rumah.
Saat mendekati rumah itu, Sadeli memergoki seseorang yang sedang keluar dari rumah sembari membawa tas. Kaget bertemu dengan TNI, pria itu mencoba kabur, secara reflek Sadeli melepaskan tembakan dan lelaki itupun tersungkur di tanah.
Tak mau kecolongan, Sadeli menyergap dan menangkap laki-laki itu. Secepat kilat ia menyarangkan tiga tembakan pistol hingga menembus jantung lawan. Laki-laki itu pun roboh.
Saat diperiksa, laki-laki ini ternyata memakai jam tangan bermerek Titus, terselip pulpen Pelican di balik kantong bajunya. Selain Titus dan Pelican, Sadeli menemukan uang tunai sebesar Rp 65.000, jumlah yang amat besar saat itu. Dia mulai sadar, laki-laki ini adalah Kahar Muzakkar, buronan paling dicari oleh pemerintah.
Operasi Pembebasan Sandera Mapenduma
Selain Kahar Muzakkar, TNI juga pernah melakukan operasi besar lainnya, yakni pembebasan sandera di Mapenduma pada 1996 lalu. Penyanderaan itu mendapatkan perhatian internasional, di mana tim ekspedisi Lorenz disandera kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Untuk membebaskan seluruh sandera, TNI mengerahkan dua batalyon sekaligus, yakni Grup 5 Antiteror Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan Yonif Linud 330/Kostrad. Kedua batalyon ini dipimpin langsung oleh Komandan Jenderal Kopassus Brigjen Prabowo Subianto.
Operasi berlangsung lama dan melelahkan, salah satu sebabnya adalah permintaan organisasi palang merah internasional atau International Committee of the Red Cross (ICRC) agar TNI menunda kampanye militer. Selama itu, mereka berupaya membebaskan seluruh sandera lewat jalur diplomasi.
Sempat mencapai kata sepakat, namun pemimpin OPM, Kelly Kwalik malah berbalik. Dia malah berseru "Saya minta ubi harus dapat ubi, bukan minta ubi dikasih ketela." Artinya jelas, Kelly Kwalik hanya meminta kemerdekaan, bukan yang lain. Tak hanya itu, OPM juga ingin membunuh sandera yang berwarga negara Indonesia dan tetap menahan orang asing.
Untungnya mereka berhasil melarikan diri. Di tengah hutan, mereka bertemu pasukan Linud 330 Kostrad yang telah mengikuti mereka berhari-hari. Pasukan pimpinan Kapten Agus Rochim tersebut menemukan permen dan pembalut wanita yang tercecer di hutan. Dua benda tersebut menambah keyakinan mereka tak jauh lagi dari sandera.
Tim berkekuatan 25 orang itu bermalam di hutan semalaman. Kapten Agus memanggil bala bantuan. Keesokan pagi, Tim Kopassus datang. Mereka bertugas mengamankan lokasi dan mengevakuasi jenazah Navy dan Matheis.
Setelah 130 hari disandera, para peneliti bisa menghirup napas lega. Mereka bisa pulang ke rumah dengan selamat. Prabowo dan pasukannya panen pujian dari internasional. Bukan perkara mudah membebaskan sandera di tengah hutan Papua yang begitu lebat.
Struktur Organisasi
Pada bidang organisasi, Kostrad memiliki struktur organisasi yang ditetapkan oleh Kepala Staf TNI-AD berdasarkan Surat Keputusan Kasad Nomor: Kep/9/III/85 tanggal 6 Maret 1985.
Kostrad dipimpin oleh seorang Pangkostrad berpangkat Letnan Jenderal TNI. Dalam tugas sehari-hari Pangkostrad dibantu oleh seorang Kepala Staf berpangkat Mayor Jenderal TNI.
Pangkostrad Saat Ini Letjen Besar Harto Karyawan
Pangkostrad saat ini dijabat Letnan Jenderal TNI Besar Harto Karyawan dan Kaskostrad Mayor Jenderal TNI Ainurrahman.
Dirgahayu Kostrad