Hati-Hati! 4 Jenis Tangisan ini Dibenci Allah SWT, Ada yang Sering Dilakukan Anak Muda
Menangis merupakan bagian dari sifat alami manusia. Dalam ajaran Islam, menangis tidak dilarang.
Berbagai hal dapat membuat hati kita merasa sedih hingga meneteskan air mata. Seseorang mungkin menangis karena berbagai alasan, seperti kesedihan, haru, atau rasa kecewa. Dalam ajaran Islam, menangis tidak dilarang. Malahan, dalam beberapa riwayat, Nabi Muhammad SAW pernah menangis untuk berbagai alasan. Hal ini menunjukkan bahwa menangis adalah bagian dari ekspresi manusia yang wajar.
Dalam Al-Qur'an, terdapat ayat yang menyatakan: "dan sesungguhnya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis," (QS. An-Najm: 43).
Meskipun menangis adalah hal yang wajar, sebaiknya tidak melakukannya secara berlebihan atau terus-menerus, sehingga menjauhkan diri dari Allah. Allah tidak menyukai segala sesuatu yang berlebihan, termasuk dalam mengekspresikan perasaan melalui tangisan. Oleh karena itu, penting untuk mengelola emosi kita dengan bijak.
Merangkum dari berbagai sumber, berikut adalah empat jenis tangisan yang sebaiknya dihindari karena dapat mendatangkan murka Allah. Mengetahui jenis-jenis tangisan ini bisa membantu manusia untuk lebih bijaksana dalam mengekspresikan perasaan, sehingga tetap berada dalam ridha-Nya. Dengan demikian, dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan damai, tanpa terjebak dalam kesedihan yang berkepanjangan.
Menangis Akibat Kehilangan Harta
Jangan biarkan air mata mengalir karena kesedihan kehilangan harta benda dunia. Menangis karena cinta yang berlebihan terhadap kekayaan sangat tidak disukai oleh Allah SWT. Ketika seseorang terlalu mencintai harta, ia berpotensi menjadi tamak dan melupakan bahwa harta tersebut hanyalah titipan yang sewaktu-waktu bisa diambil kembali oleh pemiliknya. Oleh karena itu, jika mengalami kehilangan harta, sebaiknya kita memahami bahwa itu adalah cara Allah mengambil kembali apa yang selama ini Dia percayakan kepada kita.
Harta duniawi seharusnya tidak menjadi alasan untuk meratapi atau bersedih. Seperti yang diingatkan, "Hukum menangis karena cinta terhadap harta dunia sangat tidak disukai oleh Allah SWT." Kita harus menyadari bahwa segala sesuatu yang dimiliki adalah titipan dan bisa hilang kapan saja. Dengan demikian, saat kehilangan sesuatu perlu merenungkan dan menerima bahwa itu adalah bagian dari rencana-Nya, dan seharusnya tetap bersyukur atas apa yang masih dimiliki.
Air Mata Akibat Patah Hati
Mencintai seseorang adalah hal yang wajar dan tidak salah, karena cinta itu merupakan anugerah dari Allah SWT. Namun, harus berhati-hati agar tidak terjebak dalam cinta yang berlebihan, yang dapat menyebabkan merasakan kesedihan yang mendalam dan berkepanjangan setelah kehilangan orang yang dicintai.
Lebih baik menangis karena cinta kepada Allah, bukan kepada makhluk-Nya yang bisa menyebabkan rasa sakit dan patah hati. Ingatlah bahwa cinta sejati seharusnya membawa kebahagiaan dan kedamaian, bukan kesedihan yang berkepanjangan. Oleh karena itu, penting untuk menjaga keseimbangan dalam mencintai, agar tidak kehilangan arah dalam hidup ini.
Tangisan Kepergian Orang yang Meninggal
Dalam Islam, adalah diperbolehkan untuk menangisi orang yang telah meninggal, asalkan dilakukan dengan cara yang wajar dan tidak mengeluarkan suara keras, apalagi sampai meratap. Meratapi berarti menangis sambil mengeluh atau menjerit. Hal ini dilarang karena kematian merupakan bagian dari takdir yang telah ditentukan oleh Allah SWT. Proses meratapi jenazah atau mayat disebut dengan niyahah, dan hukum dari niyahah ini adalah dilarang. Melakukan niyahah dianggap sebagai dosa besar dan bagi yang melakukannya akan mendapatkan ancaman siksaan di akhirat.
Sebagaimana dijelaskan dalam hadis: "Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat, maka ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia dikenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga, serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal." (HR Muslim No. 934)
Tangisan Tidak Tulus
Orang yang munafik tidak akan benar-benar menangis. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadis yang menyatakan: "Apakah orang munafik bisa menangis?" Ia menjawab, 'Hanya di mukanya saja tampak tangisan, namun di hatinya tidak.' Menangis yang dilakukan oleh orang munafik diartikan sebagai tindakan berpura-pura merasakan kesedihan, padahal di dalam hati mereka tidak merasakan apa-apa. Sebagai contoh, mereka mungkin berpura-pura menangis saat membaca Al-Qur'an hanya untuk menarik perhatian orang lain (riya). Oleh karena itu, penting untuk menghindari perilaku tersebut dan biarkanlah tangisan yang tulus itu muncul dari dalam hati, karena itulah makna sebenarnya dari ayat-ayat-Nya.