Cara Menjaga Lisan Menurut Islam, Jangan Sampai jadi Sumber Dosa
Dengan menjaga lisan, seorang Muslim tidak hanya menunjukkan akhlak yang baik tetapi juga mendapatkan pahala dari Allah SWT serta menjauhi dari perbuatan dosa.
Cara menjaga lisan menurut Islam akan membantu kita mencapai kehidupan yang penuh berkah dan harmonis.
Cara Menjaga Lisan Menurut Islam, Jangan Sampai jadi Sumber Dosa
Dalam kehidupan sehari-hari, lisan memegang peranan penting dalam berinteraksi dengan orang lain. Melalui lisan, kita menyampaikan pikiran, perasaan, dan niat yang ada di dalam hati. Namun, seringkali tanpa disadari, lisan juga bisa menjadi sumber masalah jika tidak dijaga dengan baik.Dalam ajaran Islam, menjaga lisan adalah salah satu aspek penting yang harus diperhatikan oleh setiap Muslim. Hal ini karena ucapan yang keluar dari lisan kita dapat berdampak besar, baik positif maupun negatif, terhadap diri sendiri dan orang lain.
Islam memberikan panduan yang jelas tentang bagaimana seorang Muslim harus menjaga lisannya. Rasulullah SAW dalam banyak hadis menekankan pentingnya berkata baik atau diam, serta menghindari perkataan yang dapat menyakiti hati orang lain. Selain itu, Al-Qur'an juga memberikan peringatan keras terhadap bahaya dusta, ghibah (menggunjing), dan perkataan yang tidak bermanfaat.
merdeka.com
-
Apa saja yang harus dihindari untuk menjaga lisan? Hindari Gosip dan Ucapan Negatif
-
Kapan Islam mengajarkan pentingnya menjaga lisan? Ia menekankan bahwa Islam mengajarkan pentingnya menjaga lisan sebagai bagian dari iman.
-
Kenapa penting jaga ucapan dalam Islam? 'Tidak ada satu kata pun yang diucapkan tanpa adanya pengawasan dari malaikat Raqib dan pencatatan oleh Atid,' ungkap Aa Gym.Ia menekankan bahwa semua ucapan akan tercatat dan akan dimintakan pertanggungjawaban di hari kiamat.
-
Bagaimana Gus Baha mengajarkan agar umat Islam menjaga lisan? Gus Baha menekankan bahwa sikap seperti itu sebaiknya dihindari, terutama oleh para pendakwah atau tokoh agama. Mereka seharusnya menciptakan suasana yang nyaman dan membangun, bukan sebaliknya, membuat orang merasa terhina. Pentingnya menjaga etika dalam berbicara diungkapkan sebagai bentuk penghormatan terhadap sesama muslim. Gus Baha mengingatkan bahwa setiap muslim berhak untuk dihormati, baik dari segi darah, harta, maupun martabat.
-
Kenapa menjaga lisan penting untuk menghadapi fitnah? Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, hendaklah dia berkata-kata yang baik atau diam' (HR. Bukhari dan Muslim). Ini mengajarkan untuk menjaga lisan dari perkataan yang tidak bermanfaat atau dapat menimbulkan fitnah. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga lisan dan tindakan dari segala bentuk yang dapat menimbulkan fitnah.
-
Bagaimana cara menghindari dosa ghibah? Agar terhindar dari dosa ghibah, terdapat beberapa langkah penting yang perlu diikuti, yaitu sebagai berikut: 1. Memilih Lingkungan yang Baik:Berada di lingkungan yang baik sangat penting sebagai upaya untuk terhindar dari ghibah. Anda perlu berada di sekitar orang-orang yang memiliki pengaruh positif dan menjaga dari percakapan yang bernada negatif dan ghibah. Dengan bergaul dengan orang-orang yang memiliki moralitas yang baik, Anda akan merasa terinspirasi untuk menghindari ghibah. 2. Memperbanyak Istigfar untuk Melembutkan Hati:Istigfar adalah doa yang bermakna meminta ampun kepada Allah. Dengan memperbanyak istigfar, hati akan menjadi lebih lembut dan mampu menahan diri dari menggoda untuk berbicara buruk tentang orang lain. Istigfar juga membantu mengubah sikap negatif dan memberi kesempatan kepada individu yang kita maksudkan berbuat baik. 3. Melatih Diri untuk Melihat Hal Positif:Salah satu penyebab ghibah adalah ketidakpuasan dengan diri sendiri atau kecemburuan terhadap orang lain. Penting bagi umat muslim untuk melatih diri melihat hal-hal positif dalam kehidupan orang lain. Dengan melihat sisi positif, Anda akan menjadi lebih termotivasi untuk fokus pada perkembangan diri dan menciptakan lingkungan yang baik. 4. Tidak Membicarakan Orang Lain:Yang terakhir, untuk menghindari dosa ghibah, Anda harus mengubah kebiasaan membicarakan orang lain secara negatif. Ketika memiliki keinginan untuk berbicara buruk tentang seseorang, Anda harus segera mengingatkan diri sendiri untuk menghentikan perilaku tersebut. Dalam situasi apapun, penting untuk terus menjaga lisan dan hati agar tidak jatuh ke dalam perangkap ghibah.
Dengan menjaga lisan, seorang Muslim tidak hanya menunjukkan akhlak yang baik tetapi juga mendapatkan pahala dari Allah SWT serta menjauhi diri dari perbuatan dosa.
Artikel ini akan membahas secara mendalam cara menjaga lisan menurut ajaran Islam. Dengan memahami dan menerapkan panduan ini, kita dapat meningkatkan kualitas interaksi sosial, menjaga keharmonisan hubungan dengan sesama, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
1. Berbicara yang Baik atau Diam
Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah dia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menekankan pentingnya berbicara hanya ketika ada manfaatnya. Ucapan yang baik adalah yang membawa kebaikan, kedamaian, dan kebenaran. Sebaliknya, jika tidak ada hal baik yang bisa dikatakan, lebih baik diam agar tidak terjerumus dalam dosa seperti ghibah (menggunjing), fitnah, atau dusta.
2. Menghindari Ghibah (Menggunjing)
Ghibah adalah membicarakan keburukan atau aib seseorang di belakangnya, meskipun hal tersebut benar adanya. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya.” (QS. Al-Hujurat: 12).
Menghindari ghibah tidak hanya menjaga kehormatan orang lain, tetapi juga melatih diri untuk selalu berpikir positif dan berbicara dengan penuh kasih sayang.
3. Menjaga dari Dusta
Dusta atau berbohong merupakan salah satu dosa besar dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga. Seseorang yang selalu berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Sesungguhnya kedustaan membawa kepada kejahatan, dan kejahatan membawa kepada neraka. Seseorang yang selalu berdusta akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Menjaga lisan dari dusta berarti selalu berusaha untuk berkata jujur dalam setiap keadaan, bahkan jika itu sulit atau tidak menguntungkan.
4. Menjaga dari Perkataan yang Menyakiti
Perkataan yang menyakiti hati orang lain seperti cemoohan, ejekan, dan kata-kata kasar dilarang dalam Islam. Allah SWT berfirman, “Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, ‘Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar).’ Sesungguhnya setan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia.” (QS. Al-Isra: 53).
Menjaga lisan dari perkataan yang menyakiti adalah wujud dari kasih sayang dan penghormatan terhadap sesama, serta menjaga hubungan sosial yang harmonis.
5. Berzikir dan Membaca Al-Qur'an
Menggunakan lisan untuk berzikir dan membaca Al-Qur'an adalah cara efektif untuk menjaga lisan tetap suci dan terhindar dari perkataan yang tidak baik. Berzikir mengingatkan kita akan kebesaran Allah dan menjaga hati agar selalu tenang dan damai. Membaca Al-Qur'an tidak hanya mendatangkan pahala, tetapi juga mengisi waktu dengan aktivitas yang bermanfaat dan memperdalam pemahaman agama.
6. Mengucapkan Salam dan Sapa yang Baik
Rasulullah SAW mengajarkan pentingnya mengucapkan salam ketika bertemu dengan sesama Muslim. Salam adalah doa dan bentuk penghormatan yang dapat mempererat tali silaturahmi. Selain itu, berbicara dengan nada yang lembut, sopan, dan penuh penghormatan juga diajarkan dalam Islam sebagai bagian dari adab berkomunikasi.
7. Menahan Emosi saat Marah
Marah adalah keadaan di mana kontrol diri sering kali hilang dan perkataan yang tidak baik bisa terucap. Rasulullah SAW bersabda, “Bukanlah orang yang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah.” (HR. Bukhari dan Muslim). Menjaga lisan saat marah berarti berusaha untuk tetap tenang, menahan diri dari mengucapkan kata-kata kasar atau menyakitkan, dan mengambil waktu untuk meredakan emosi sebelum berbicara.
Pesan Rasulullah
Meski tampak ringan, namun lisan bisa begitu berbahaya. Lisan yang begitu ringan ini, bisa membawa kita pada dosa. Terkait hal ini, Rasulullah SAW pernah berbicara dengan Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu,
أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمَلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ. قُلْتُ بَلَى يَا نَبِىَّ اللَّهِ قَالَ فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ قَالَ كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا. فَقُلْتُ يَا نَبِىَّ اللَّهِ وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُونَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ فَقَالَ ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ.
“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?”
(HR. Tirmidzi)