Merendahkan Orang Lain Sebagai Cermin Harga Diri yang Rendah Pandangan UAH, Apa yang Perlu Diketahui?
Ustadz Adi Hidayat (UAH) menekankan bahwa ketika seseorang mencela atau menghina orang lain, sebenarnya ia sedang merendahkan martabat dirinya sendiri.
Fenomena merendahkan orang lain kini semakin menarik perhatian masyarakat, baik dalam interaksi sehari-hari maupun melalui media sosial. Baru-baru ini, sebuah video viral menampilkan seorang pendakwah yang dianggap mengolok-olok seorang penjual es teh, di mana ucapan tersebut dinilai sangat tidak pantas, terutama karena disampaikan di atas panggung dakwah. Ironisnya, pernyataan yang merendahkan itu justru mendatangkan berkah bagi penjual es teh tersebut. Bantuan uang tunai mulai mengalir dari berbagai pihak, dan bahkan dilaporkan sepuluh biro umrah menawarkan pemberangkatan ibadah umrah secara gratis.
Jika informasi ini benar, penjual es teh tersebut bisa melaksanakan ibadah umrah hingga sepuluh kali dalam setahun. Dalam sebuah ceramah yang diambil dari video di kanal YouTube @AMRgaleri, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengomentari fenomena ini. Ia menyatakan bahwa ketika seseorang menghina atau mencela orang lain, sebenarnya mereka sedang merendahkan diri mereka sendiri. "Silakan menghardik, silakan menghina.
-
Siapa contoh orang rendah hati? Rasulullah SAW adalah contoh yang paling sempurna dalam hal ini.
-
Mengapa penting bersikap rendah hati? Rendah hati adalah landasan utama dalam mencapai kesucian hati dan memperoleh keridhaan Allah SWT.
-
Apa dampak dari membandingkan diri dengan orang lain? Hambatan internal ini menyebabkan konflik batin dengan diri sendiri, impuls yang saling bertentangan yang menciptakan ketegangan emosional dan seringkali membawa kita menuju kehancuran diri.
-
Apa pengertian akhlak dalam Islam? Secara singkat, pengertian akhlak dalam Islam adalah tingkah laku yang dilakukan berulang kali.
-
Kenapa kita harus bersikap rendah hati? Jadilah pribadi yang rendah hati
-
Bagaimana caranya menumbuhkan kerendahan hati? Bisakah kita menumbuhkan kerendahan hati di balik kebanggaan-kebanggaan?
Ketika kata-kata kotor keluar dari lisan, pada saat yang sama Anda sedang merendahkan kehormatan Anda di hadapan orang lain," tegas Ustadz Adi. Ia menambahkan bahwa dalam ajaran Islam, tindakan berkata kotor, mencaci maki, memprovokasi, dan saling memecah belah adalah perbuatan yang dilarang. Semua tindakan tersebut tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga mencoreng martabat pelakunya sendiri, dilansir Merdeka.com dari berbagai sumber, Jum'at(6/12).
Inilah Alasan Mengapa Penggunaan Kata Kotor Dilarang
Menurut Ustadz Adi, tindakan mencela akan berbalik kepada pelakunya, dan orang yang menghina akan mengalami penghinaan. Ini merupakan sunnatullah, sebuah hukum alam yang berlaku dalam interaksi sosial manusia. Setiap perilaku negatif yang dilakukan seseorang akan kembali kepada dirinya sendiri.
"Kenapa kita dilarang berkata kotor? Karena itu akan menghilangkan kehormatan kita sebagai bawaan fitrah dalam kehidupan," ungkap Ustadz Adi. Ia menekankan bahwa Islam mengajarkan pentingnya menjaga lisan sebagai bagian dari iman. Seorang mukmin sejati tidak akan menggunakan lisannya untuk melukai perasaan orang lain, melainkan untuk menyebarkan kebaikan. Dalam konteks peristiwa viral yang terjadi, Ustadz Adi menegaskan bahwa sikap rendah hati dan penghormatan terhadap orang lain adalah cerminan dari keimanan yang kokoh.
Ia berpendapat bahwa tidak ada alasan untuk merasa lebih unggul daripada orang lain hanya karena perbedaan status sosial atau profesi. "Islam mengajarkan kita untuk memuliakan orang lain, siapa pun dia. Ketika kita memuliakan orang lain, Allah akan memuliakan kita," jelasnya. Ustadz Adi juga menyoroti pentingnya bersikap bijak, terutama di zaman digital saat ini. Kata-kata atau tindakan yang merendahkan orang lain dapat dengan cepat menyebar dan menimbulkan dampak negatif yang tidak diinginkan.
Lakukan Refleksi Terhadap Diri Sendiri
Di era modern ini, apa yang kita ungkapkan dapat dengan mudah menjadi viral. Jika pernyataan tersebut positif, kita akan mendapatkan pahala. Namun, jika sebaliknya, kita harus siap menghadapi konsekuensinya," ungkapnya. Ia mengajak umat Islam untuk menjadikan momen ini sebagai pelajaran yang berharga. Ustadz Adi menekankan pentingnya setiap individu untuk selalu menjaga ucapan dan tindakan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun di dunia maya.
"Mulailah dengan melakukan introspeksi diri. Tanyakan kepada diri sendiri, apakah perkataan atau tindakan kita sudah mencerminkan akhlak yang baik sebagai seorang muslim?" jelas Ustadz Adi. Ia mengakhiri ceramahnya dengan pesan yang mendalam mengenai pentingnya menjaga kehormatan diri melalui perilaku yang mulia. Menurutnya, setiap manusia dilahirkan dengan fitrah kehormatan, dan tugas kita adalah untuk menjaganya dengan sebaik mungkin.
"Kehormatan itu adalah amanah dari Allah. Jangan kita cemari dengan sikap dan ucapan yang tidak pantas. Sebaliknya, manfaatkanlah untuk menyebarkan kebaikan," tegasnya. Peristiwa ini menjadi pengingat bahwa tindakan menghina atau mencela tidak hanya merugikan orang lain, tetapi juga merusak citra diri kita sendiri. Sebagai umat Islam, menjaga kehormatan melalui akhlak dan ucapan yang baik adalah manifestasi nyata dari keimanan yang tulus.