Waspada! Terdapat 2 Tipe Penyakit Hati yang Dapat Menghalangi Amal Baik Sulit Diterima
Penting bagi seorang muslim untuk dapat mengelola hati dan perasaan dengan baik agar terhindar dari penyakit hati.
Manusia memiliki posisi di dunia sebagai khalifah, yang berarti wakil atau pemimpin di bumi. Hal ini tertuang dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 30:
Artinya: "Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, 'Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.'" Pesan ini menekankan bahwa manusia harus mampu mencintai makhluk lainnya dan banyak berbuat amal kebaikan.
-
Kenapa serakah bisa dianggap penyakit hati? Serakah bukan hanya sekadar sifat negatif, tetapi juga dapat dianggap sebagai penyakit hati yang mampu menjangkiti siapa saja.
-
Apa yang menghalangi syafaat? Terdapat beberapa faktor yang dapat menghalangi mereka untuk meraih syafaat tersebut.
-
Apa yang diajarkan Islam tentang orang sakit? Islam juga mengajarkan agar mendoakan orang yang sedang sakit.
-
Apa yang dirasakan saat hati sedang sakit? Rasa sakit ini terasa seperti pisau yang menusuk-nusuk hati.
-
Bagaimana gangguan jiwa membatalkan puasa? Hilangnya akal sehat yang dialami seseorang pada saat pertengahan puasa secara otomatis akan membatalkan puasa yang sedang dijalani tersebut.
-
Mengapa mudah kecewa berbahaya? Bagi individu yang mudah kecewa, cenderung akan merasa frustasi dan pesimis sehingga motivasi dan semangat kerja akan menurun.
Namun, terdapat beberapa penyakit hati yang dapat menghalangi amal baik tersebut diterima oleh Allah, bahkan menjadikannya sia-sia. Mengutip dari bincangmuslimah.com, berikut adalah dua penyakit hati yang dapat membuat amal kebaikan sulit diterima atau bahkan menghapus pahala dari kebaikan itu sendiri. Apa saja penyakit tersebut?
Merasa Bangga atau Tinggi Hati Terhadap Diri Sendiri
Allah tidak merestui hamba-Nya yang merasa dirinya lebih baik dan suci dibandingkan orang lain. Imam Ghazali menjelaskan ujub sebagai berikut:
Ujub adalah sikap membanggakan nikmat (kehebatan) yang dimiliki dan merasa nyaman dengan hal itu, namun melupakan untuk mengaitkan nikmat tersebut kepada Sang Pemberi nikmat (Allah).
Dari penjelasan ini, seseorang yang mengalami ujub cenderung berpikir bahwa kehebatannya semata-mata berkat dirinya sendiri, dan ia lupa bahwa ada Kuasa Allah di baliknya. Akibatnya, orang tersebut akan merendahkan orang lain dan merasa paling hebat serta suci.
Seperti yang telah Allah firmankan dalam surah An-Najm ayat 32, "Mereka adalah orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji. Namun, mereka (masih) melakukan dosa-dosa kecil.
Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia lebih mengetahui dirimu sejak Dia menciptakanmu dari tanah dan ketika kamu masih berupa janin dalam perut ibumu. Maka, janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia lebih mengetahui siapa yang bertakwa." Melalui ayat ini, Allah memperingatkan hamba-Nya agar tidak merasa lebih suci dari orang lain yang terlihat berbuat dosa. Sebab, setiap manusia memiliki dosa masing-masing dan hanya Allah yang mengetahui siapa yang benar-benar bertakwa. Dalam kitab Faydul Qadir, penulis mengutip ucapan Nabi Isa:
:
Isa berkata: "Wahai kelompok Hawariyun, betapa banyak lampu yang padam karena tiupan angin, betapa banyak ahli ibadah yang hancur (sia-sia) akibat sifat ujub."
Tentu! Namun, sepertinya hanya ada kata "Riya" yang Anda berikan. Bisakah Anda memberikan kalimat lengkap yang ingin diubah?
Riya adalah keinginan untuk diperhatikan oleh orang lain saat melakukan perbuatan baik. Individu yang memiliki sifat riya menjadikan manusia sebagai tujuan dari ibadahnya.
Bahkan, riya dianggap sebagai bentuk syirik yang paling halus karena menjadikan makhluk sebagai fokus, bukan Allah. Rasulullah telah mengingatkan akan hal ini, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Mahmud bin Labid bahwa beliau bersabda: "Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan dari kalian adalah syirik kecil." Ketika ditanya tentang apa itu syirik kecil, Rasulullah menjawab: "Riya." (HR. Ahmad) Selain itu, Allah juga berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 264 mengenai pahala amal kebaikan yang terhapus akibat riya, "Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti perasaan penerima, seperti orang yang menginfakkan hartanya hanya untuk pamer kepada manusia, padahal dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir."
Tontonlah video yang telah dipilih ini:
Berikut adalah versi yang berbeda dari kalimat tersebut tanpa mengubah konteks: