Israel Bunuh 150 Warga Gaza & Lebanon Dalam Sehari, AS Basa Basi Cuma Minta Penjelasan
Lebih dari 150 orang dilaporkan tewas akibat serangan terbaru yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza Utara dan Lebanon.
Lebih dari 150 orang dilaporkan wafat akibat serangan terbaru yang dilakukan oleh Israel di Jalur Gaza Utara dan Lebanon. Pada hari Selasa (29/10/2024), setidaknya 93 warga Palestina kehilangan nyawa ketika serangan Israel menghancurkan bangunan berlantai lima yang menjadi tempat tinggal bagi para pengungsi di Beit Lahiya, Gaza Utara.
Informasi ini disampaikan oleh Ismail al-Thawabta, kepala kantor media pemerintah di Jalur Gaza. Selain itu, laporan menyebutkan bahwa 60 orang wafat di Lembah Bekaa, Lebanon timur. Serangan ini terjadi di tengah memburuknya situasi kemanusiaan di Jalur Gaza dan Lebanon.
- Israel Alami Kekurangan Besar Jumlah Tentara, 20.000 Prajurit Cadangan Ogah Ikut Perang
- Hati Warga Gaza Palestina Memang Istimewa, Sedang Dibombardir Israel Tapi Masih Memikirkan Lebanon
- 4 Peristiwa yang Terlewatkan di Gaza Sejak Israel Mengebom Lebanon, Ada Kejutan dari Hamas
- Israel Kembali Serang Lebanon, 492 Orang Terbunuh Termasuk Puluhan Wanita dan Anak-Anak
Meskipun jumlah korban jiwa yang tinggi dan kondisi yang semakin buruk bagi penduduk Gaza utara, upaya untuk mencapai gencatan senjata yang sedang berlangsung di Qatar diperkirakan tidak akan membuahkan hasil. Sementara itu, Israel telah menghentikan operasi Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), yang merupakan lembaga vital bagi sebagian besar dari 2,3 juta penduduk di Jalur Gaza.
Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Dr. Hussam Abu Safia, menyatakan bahwa lebih dari 150 orang yang wafat dan terluka telah diterima di rumah sakit setelah serangan tersebut. Dia juga memperingatkan bahwa banyak dari mereka yang terluka mungkin tidak akan bertahan hidup karena kekurangan sumber daya medis.
Rumah Sakit Kamal adalah fasilitas kesehatan utama di Gaza Utara. Dalam situasi yang semakin genting, pasukan Israel menahan puluhan staf medis di rumah sakit pada minggu lalu, sehingga hanya tersisa tiga dokter yang bertugas.
"Kami menyerukan kepada dunia untuk mengirim delegasi medis khusus," ungkap Abu Safia kepada Al Jazeera, seperti yang dilaporkan pada Rabu (30/10).
Sementara itu, Amerika Serikat sebagai pendukung Israel hanya memberikan pernyataan 'basa basi' terhadap negeri zionis itu tanpa memberi hukuman dan tindakan kongkret atas apa yang telah dilakukan.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Matthew Miller, mengaku telah meminta Israel untuk memberikan penjelasan terkait serangan yang dianggap "mengerikan" itu. Miller menegaskan bahwa insiden tersebut memiliki konsekuensi yang sangat serius.
"Washington menghubungi pejabat Israel dan menegaskan bahwa kami ingin tahu persis apa yang terjadi, bagaimana Anda bisa mendapatkan hasil yang, menurut laporan, mengakibatkan puluhan anak tewas, dan kami belum tahu jawaban atas pertanyaan itu," tutur Miller.