Serangan Israel ke Lebanon Tewaskan 4.047 Orang, 16.000 Luka
Jumlah korban tewas di Lebanon akibat konflik Israel-Hizbullah mencapai 4.047 orang.
Jumlah korban tewas akibat konflik berkepanjangan antara Israel dan Hizbullah di Lebanon telah mencapai 4.047 orang, menurut laporan resmi dari pihak berwenang pada Rabu (4/12). Angka ini mencerminkan dampak serius dari ketegangan yang telah berlangsung lebih dari satu tahun, dengan sebagian besar kematian terjadi setelah peningkatan konflik yang signifikan pada bulan September.
Menteri Kesehatan Lebanon, Firass Abiad, mengungkapkan bahwa hingga saat ini terdapat 16.638 orang yang terluka akibat pertempuran yang terus berlanjut. Ia menekankan bahwa “sampai sekarang... kami mencatat 4.047 orang tewas dan 16.638 orang terluka.” Hal ini menunjukkan bahwa situasi kemanusiaan di Lebanon semakin memburuk.
Penyebab dan Dampak Konflik
Konflik ini semakin meningkat sejak 15 September, saat Hizbullah mulai melakukan serangan untuk mendukung sekutunya, Hamas, menyusul serangan yang dilakukan oleh kelompok Palestina pada 7 Oktober 2023 di wilayah selatan Israel. Gencatan senjata yang diterapkan seminggu lalu menunjukkan harapan, tetapi kondisi tetap rentan dengan kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran.
Abiad juga mencatat bahwa di antara korban tewas terdapat 316 anak-anak dan 790 perempuan, yang menunjukkan betapa tragisnya dampak perang ini terhadap populasi sipil. Selain itu, sumber yang dekat dengan Hizbullah menyebutkan bahwa ratusan kombatan dari kelompok tersebut juga telah tewas, meskipun Hizbullah sendiri belum mengonfirmasi angka pasti tersebut.
Perkembangan Terkini dan Tantangan
Israel meningkatkan serangan di Lebanon selatan pada akhir September, yang menyebabkan peningkatan jumlah korban jiwa. Situasi ini diperburuk oleh saling baku tembak yang terjadi di perbatasan, yang telah berlangsung selama hampir satu tahun. Meskipun gencatan senjata telah diterapkan, ketegangan di kawasan tersebut tetap tinggi, dan masyarakat sipil menjadi korban utama dari konflik yang berkepanjangan ini.
Dalam situasi yang tidak menentu ini, masyarakat internasional terus menyerukan perlunya penyelesaian damai. Namun, tantangan yang dihadapi sangat besar, mengingat kedua belah pihak memiliki kepentingan yang saling bertentangan dan sejarah konflik yang panjang.
Sumber: VOA Indonesia