Kisah Haru Imam Bukhari, Alami Buta di Masa Kecil tapi Mampu Menjadi Ahli Hadis
bunya yang saat itu sebagai single parent tidak pernah putus asa dalam mengurus anaknya meski mengalami kebutaan.
Imam Al-Bukhari adalah tokoh penting dalam dunia hadis Islam. Ia dikenal dengan sebutan Amirul Mukminin fil Hadis, yang berarti pemimpin orang-orang beriman dalam ilmu hadis.
Salah satu karya paling terkenal yang ditulis oleh Imam Bukhari adalah kitab Shahih Al-Bukhari. Kitab ini menjadi sumber utama bagi umat Islam dalam memahami hukum Islam setelah Al-Qur'an.
Mengenai kehidupan ahli hadis ini, ulama terkemuka Ustadz Adi Hidayat alias UAH pernah menceritakannya dalam sebuah ceramah yang diunggah di YouTube Audio Dakwah. Dalam ceritanya, Imam Bukhari kehilangan ayahnya pada usia dua tahun dan kemudian dibesarkan oleh ibunya.
Pada usia empat tahun, ia didiagnosis menderita kebutaan permanen, yang membuatnya tidak dapat melihat secara medis. Meskipun menjadi seorang single parent, ibunya tidak pernah menyerah dalam merawatnya, meskipun ia mengalami kebutaan.
Sebelum kepergian suaminya, mereka telah bertekad bahwa anak mereka harus mencapai cita-cita tertinggi dan memberikan manfaat bagi agama dan umat. Setelah ayahnya meninggal, ibunya melanjutkan cita-cita tersebut dengan penuh doa dan usaha.
Mempelajari dan Mengingat Al-Qur'an
Imam Bukhari kemudian diterima di salah satu madrasah di daerahnya untuk mempelajari dan menghafal Al-Qur'an. Sang ibu terus-menerus mendoakan putranya selama menuntut ilmu agama.
Suatu ketika, dalam sebuah kajian, guru Imam Bukhari membacakan surat Qaf dari awal hingga akhir lalu menguji seluruh muridnya.
- Kisah Kuli Bangunan Ternyata Penghafal Alquran, Hidup Sederhana Tak Disangka Tiga Anak Ikuti Jejaknya
- Kisah Nurasik, Bersyukur Bisa Berhaji di Usia 82 Tahun
- Saling Berbagi Kabar hingga Beri Hadiah, Aksi Seorang Atasan Kepada Karyawannya Ini Banjir Pujian, Bak Ibu dan Anak
- Kisah Haru dari Bali, Ada Burhan Sang 'Bapak Peri' Para Bayi Terlantar
"Siapa yang sudah menghafal?" tanyanya.
Di antara sekian banyak murid, tiba-tiba seorang anak kecil yang tidak terlihat mengangkat tangan dengan polosnya. Dengan sepenuh hati berkata, "Saya sudah menghafal dalam jiwa saya."
Meskipun saat itu Imam Bukhari adalah murid termuda, kecerdasannya yang luar biasa mampu melewati ujian dari gurunya. Sang guru pun terkesan dengan anak kecil itu. Dengan rasa ingin tahu, sang guru memanggilnya ke depan.
Imam Bukhari pun melangkah menghampiri gurunya. Setelah diperintah, ia mulai membacakan surah Qaf dari awal hingga akhir. Masya Allah, bacaan Imam Bukhari bukan hanya sekadar hafalan, tetapi tajwidnya persis seperti yang dibacakan oleh gurunya, meskipun ia hanya mendengarnya sekali.
Arahan Guru untuk Mengingat Hadis
Gurunya menyadari bahwa Al-Qur'an memiliki jaminan dari Allah SWT untuk memudahkan proses penghafalan, sementara hadis tidak memiliki jaminan serupa. Oleh karena itu, Imam Bukhari diberikan tugas untuk menghafal hadis karena potensi yang dimilikinya.
"Mulai sekarang, kamu harus belajar hadis," ungkap gurunya.
Setibanya di rumah, Imam Bukhari kecil segera menemui ibunya dan menceritakan peristiwa tersebut. Sang ibu merasa bahagia dan bangga, lalu memeluk anaknya dengan penuh haru.
"Bu, saya ingin mulai belajar hadis," ucapnya.
Ibunya menyadari bahwa anaknya masih muda dan memiliki keterbatasan dalam penglihatan.
"Nak, agar tidak terlalu lelah, sebaiknya pelajari Al-Qur'an terlebih dahulu sebelum hadis," kata sang ibu.
Namun, karena keyakinannya terhadap arahan gurunya, Imam Bukhari tetap teguh pada keinginannya untuk belajar hadis.
"Tidak, saya tetap ingin belajar hadis," tegasnya sebelum meninggalkan percakapan dengan ibunya dan menuju kamarnya.
Kekuatan Doa Seorang Ibu
Dari kejauhan, sang ibu memperhatikan anaknya yang meraba-raba sambil berjalan menuju kamar. Ia segera menyebarkan sajadah dan berdoa kepada Allah SWT.
"Ya Allah, Engkau Yang Maha Melihat tanpa batas, yang memiliki kuasa tak terhingga, semua orang mengatakan anakku tidak bisa melihat. Engkau yang Maha Melihat dan tidak terbatas dalam ketetapan-Mu, mohon kembalikan penglihatan anakku," doa sang ibu.
Sementara itu, Imam Bukhari sedang mengulang surah Qaf di kamarnya. Saat ia mencapai ayat 22, tiba-tiba ia merasa ada sesuatu yang berbeda di matanya. Ia bisa melihat sekelilingnya, lalu berlari menghampiri ibunya.
"Ibu... aku bisa melihat!" teriak Imam Bukhari.
Ibu yang kelelahan setelah berdoa hingga tertidur, terbangun oleh pelukan erat anaknya. Ia merasa ragu bahwa anaknya benar-benar bisa melihat.
"Mungkin kamu hanya melihat dengan hatimu, bukan dengan matamu," kata ibunya skeptis.
"Tidak, saya bisa melihat dengan mata saya," jawab Imam Bukhari meyakinkan. Mereka pun berpelukan, air mata mengalir di wajah keduanya, dan sejak saat itu, Al-Bukhari kecil mulai menapaki jalan kesuksesannya. Wallahu a'lam.
Tontonlah Video Pilihan Berikut Ini:
Berikut adalah versi yang berbeda dari kalimat tersebut tanpa mengubah konteksnya: