Mantan Presiden ini Punya Pangkat Militer Tertinggi di Dunia, Sempat Sebut Kemenangan Palestina Sebelum Dihukum Gantung
Sosok mantan Presiden Irak yang dihukum gantung dan sempat singgung soal Palestina sebelum meninggal dunia.
Sosok mantan Presiden Irak yang dihukum gantung dan sempat singgung soal Palestina sebelum meninggal dunia.
Mantan Presiden ini Punya Pangkat Militer Tertinggi di Dunia, Sempat Sebut Kemenangan Palestina Sebelum Dihukum Gantung
Mantan Presiden Irak Saddam Hussein ternyata menyandang gelar militer tertinggi di dunia.
Mantan penguasa Irak itu meninggal setelah menjalani hukuman gantung pada 30 Desember 2006 lalu.
Sebelum digantung mati, Saddam disebut melontarkan kalimat yang menyinggung soal Palestina. Simak ulasannya:
- Anwar Sadat, Presiden Mesir Tewas Diberondong Peluru Usai Damai Dengan Israel
- Mahfud MD: Pemerintah Kutuk Keras Serangan Israel ke Palestina
- Presiden Mesir Bandingkan TNI & Pasukannya, Yakin Bisa Kalahkan Tentara Israel
- Kisah Presiden Mesir Kagum Lihat TNI: Kalau Begini Soal Israel Bisa Saya Bereskan
Kisah Saddam Husein
Saddam Husein merupakan mantan presiden Irak yang pernah memerintah selama 23 tahun. Dia dijatuhkan dari kekuasaannya oleh Amerika Serikat dan sekutunya yang melakukan invasi pada tahun 2003.
AS dan sekutunya menuduh Irak di bawah Saddam memiliki senjata pemusnah massal.
Sekitar 206 ribu warga Irak tewas selama invasi AS tersebut. Namun hingga kini AS tak bisa membuktikan tuduhannya soal senjata pemusnah massal.
Saddam kemudian dianggap jadi orang yang harus bertanggung jawab atas kematian ratusan ribu orang itu.
Saddam sendiri disebut memiliki jabatan militer tertinggi di dunia meski dia adalah orang sipil.
Pada istilah di Irak, jabatan itu disebut dengan Muhib ar-Rukn yang setara dengan marsekal.
Pangkat ini juga kemudian diadopsi oleh beberapa penguasa Arab antara lain Raja Abdullah II Yordania.
Dihukum Gantung
Saddam kemudian divonis bersalah atas kejahatan kemanusiaan oleh Pengadilan Khusus Irak pada tahun 2004.
Meski begitu, banyak kelompok hak asasi termasuk Amnesty International meyakini, jika persidangan dilakukan dengan tidak adil.
Saddam dituduh menggunakan senjata terlarang yang ramai disebut sebagai 'senjata pemusnah massal' yang menyebabkan ratusan ribu rakyatnya tewas.
Dia kemudian divonis mati dan menjalani hukuman gantung di bekas markas Intelijen Militer Baghdad pada 30 Desember 2006, atau tepat saat hari Idul Adha saat itu.
Kalimat Saddam Sebelum Meninggal Dunia
Menjelang saat terakhirnya menghadapi kematian, Saddam disebut bersikap sangat tenang.
Dia memiliki keinginan terakhir untuk memberikan Al-Quran yang dibawanya ke tiang gantung pada seorang teman.
Sebelum menjalani hukuman, Saddam disebut sempat melontarkan kalimat yang menyinggung soal Palestina.
"Tuhan Maha Besar, Bangsa ini akan menang dan Palestina adalah Arab," kata Saddam dikutip dari laman Associated Press.
Di detik-detik kematiannya, Saddam terus mengucap kalimat syahadat, shalawat, dan takbir.
Saddam mengucapkan syahadat satu setengah kali.
Ketika dia akan mengucapkan kata 'Muhammad' pada syahadat kedua, pintu jebakan terbuka.
Saddam dimakamkan di tempat kelahirannya di Al-Awja di Tikrit, Irak pada tanggal 31 Desember 2006.