Penjelasan Lengkap Tutut Soeharto soal Isu Ibu Tien Wafat Tertembak Adiknya
Di hari peringatan kematian sang ibu, Tutut Soeharto menjelaskan secara lengkap penyebab meninggalnya Ibu Tien Soeharto.
Beberapa hari lalu, masyarakat Indonesia kembali mengenang kepergian ibu negara kedua. Raden Ayu Siti Hartinah atau lebih dikenal dengan Ibu Tien Soeharto meninggal pada hari Minggu, 28 April 1996, silam.
Istri Presiden Indonesia kedua, Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto ini kemudian dimakamkan keesokan harinya pada tanggal 29 April 1996 sekitar pukul 14.30 WIB di Astana Giri Bangun, Jawa Tengah. Kematian ibu Tien Soeharto saat itu menimbulkan berbagai spekulasi.
-
Siapa yang menjodohkan Soeharto dengan Ibu Tien? Ibu Prawiro, mengingatkan Soeharto, saat itu sudah 26 tahun. Usia yang cukup matang untuk berumah tangga. Pemuda seumuran di desanya nyaris semua sudah berkeluarga, tinggal dia yang membujang.
-
Siapa saja anak-anak Presiden Soeharto yang terlihat dalam foto keluarga bersama Ibu Tien? Dari kanan bawah, Titiek, Mamiek, dan Tommy menghiasi potret. Dari kanan atas, Bambang, Tutut, dan Sigit mencerminkan kekeluargaan yang harmonis.
-
Bagaimana cara keluarga Soeharto meminta izin untuk melamar Ibu Tien? Langkah selanjutnya, seperti budaya pada waktu itu, Keluarga Prawiro menanyakan soal rencana perjodohan ini pada seseorang yang dekat dengan keluarga Siti Hartinah.
-
Siapa yang menceritakan kisah pesan Ibu Tien kepada Soeharto? Kisah ini diceritakan oleh mantan pengawal Soeharto, Mayor Jenderal (Purn) Eddie Nalapraya.
-
Apa pesan Ibu Tien kepada Soeharto saat hendak memancing? "Jangan memancing ikan yang rambutnya panjang ya." kata Ibu Tien jenaka sambil tersenyum. Soeharto yang mendengar itu pun ikut tersenyum. Ikan berambut panjang maksudnya memancing wanita.
-
Kapan Soeharto dan Ibu Tien menikah? Keduanya Menikah di Solo tanggal 26 Desember 1947
Berembus kabar penyebab kematian Bu Tien karena tertembak oleh salah satu adik Tutut Soeharto. 24 tahun berlalu, Tutut Soeharto, akhirnya buka suara terkait kematian sang ibu. Berikut penjelasan lengkapnya yang dilansir dari laman tututsoeharto.id, Kamis (30/4/2020).
Awal Tutut Soeharto Terima Kabar
Dalam penjelasannya, Tutut Soeharto mengawalinya dengan cerita awal dirinya mendengar kabar duka tersebut. Kala itu, Tutut Soeharto sedang bertugas untuk memimpin sidang organisasi donor darah dunia di Prancis dan dilanjutkan di London. Ya, pada tahun 1996, Tutut Soeharto dipercaya untuk menjabat sebagai Presiden Donor Darah Dunia.
tututsoeharto.id ©2020 Merdeka.com
"Betapa terkejut ketika saya mendengar berita ibu telah tiada. Pada saat saya berangkat, ibu masih segar bugar," tulisnya dalam Catatan Mbak Tutut yang bertajuk '24 TAHUN YANG LALU'.
Langsung Terbang ke Solo
Usai mendengar kabar meninggalnya sang ibu, Tutut Soeharto langsung bergegas pulang kembali ke Jakarta. Anak ibu Tien Soeharto ini mengaku, itulah perjalanan paling lama yang dirasakan selama dirinya bepergian.
"Penerbangan yang saya dapat waktu itu SQ, dan harus berhenti di Singapore. Untuk mempercepat waktu, suami saya menjemput saya di Singapore. Kami langsung menuju ke Solo. Jenazah ibu sudah ada di sana," ungkapnya yang tak banyak diketahui oleh masyarakat luas.
Pergi Satu Mobil dengan Sang Ayah
Usai melihat jenazah ibu Tien dan bertemu dengan sang ayah, keluarga serta rombongan kemudian berangkat ke makam di Giri Bangun. Dikatakan sebelumnya, jenazah Ibu Tien Soeharto dimakamkan pada tanggal 29 April 1996, satu hari setelah dinyatakan meninggal dunia. Selama perjalanan menuju pemakaman, Tutut Soeharto menemani sang ayah di satu mobil yang sama.
©2013 Merdeka.com/repro Museum Purna Bakti Pertiwi
"Setelah bertemu ibu dan bapak, kami berangkat ke makam di Giribangun. Saya menemani bapak satu mobil," tulisnya.
Presiden Soeharto Bercerita dengan Suara yang Dalam
Dalam perjalanan ke rumah terakhir ibu Tien, Presiden Indonesia kedua ini secara tiba-tiba bercerita kepada Tutut. Dengan suara yang dalam, Soeharto bercerita detik-detik ibu Tien meninggal dunia. Presiden Soeharto bercerita, ibu Tien sempat mengeluh saat pagi hari.
"Ibumu pagi itu mengeluh, 'Bapak, aku kok susah napas yo'. Bapak tanya mana yang sakit bu, ibumu bilang 'ora ono sing loro (tidak ada yang sakit), mung (cuma) susah napas pak'." terangnya menjelaskan apa yang dikatakan sang ayah kala itu.
Berikan Pertolongan Pertama
Saat mendengar keluhan itu, Jenderal Besar Purnawirawan Soeharto langsung bergerak cepat memberikan pertolongan pertama. Karena Ibu Tien mengeluh susah napas, Soeharto lantas membantu merebahkan ibu dengan bantai yang ditata lebih tinggi. Sembari membantu ibu Tien, beliau memanggil ajudannya untuk menyiapkan ambulans.
©2013 Merdeka.com/repro Arsip Nasional Ri
"Bapak bertanya lagi, 'dadanya sakit enggak bu'. Ibumu berbisik, 'Ora ono (tidak ada)'. Bapak rebahkan ibu dengan bantal yang agak tinggi, karena ibumu susah napasnya. Bapak panggil ajudan untuk segera menyiapkan ambulans. Ibu harus dibawa ke rumah sakit segera," sambungnya.
Sudah Tidak Sadarkan Diri
Tidak disangka, saat dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, ibu Tien Soeharto sudah tidak sadar. Begitu tiba di rumah sakit, semua dokter langsung berusaha untuk membantu Ibu Tien. Hingga akhirnya Tuhan berkata lain, Ibu Tien Soeharto meninggal dunia tepat pada hari Minggu, 28 April 1996, di RS Gatot Subroto, Jakarta. Siti Hartinah menghembuskan napas terakhirnya karena serangan jantung.
"Kemudian bapak melanjutkan ceritanya, 'Di dalam perjalanan, ibumu sudah tidak sadar. Sampai di rumah sakit, semua dokter sudah berusaha untuk membantu ibumu. Tetapi, Allah berkehendak lain," paparnya.
"Bapak terdiam tidak bicara lagi. Sepertinya, bapak ingin mengungkapkan perasaan hati yang kehilangan ibu dengan bercerita," sambungnya.
Bapak dan Ibu Tak Pernah Berjauhan
Saat mendengar cerita itu, Tutut Soeharto mengaku tak bisa membendung air matanya. Selain merasa begitu kehilangan, Tutut Soeharto juga merasa sedih dengan kehidupan sang ayah. Tutut mengungkapkan, bapak dan ibu tidak pernah berjauhan.
©2013 Merdeka.com/repro Museum Purna Bakti Pertiwi
"Bapak dan ibu tak pernah berjauhan. Beliau berdua saling mencinta, saling mendukung, dan saling membantu. Begitu yang satu tidak ada lagi di kehidupan, maka akan terasa, ada sesuatu yang hilang dalam dirinya," ungkap Tutut Soeharto.
Tanggapan Terkait Isu Kematian Sang Ibu
Kematian ibu Tien Soeharto saat itu menimbulkan berbagai spekulasi. Salah satunya penyebab kematian yang diduga tertembak oleh adiknya. 24 tahun berlalu, Tutut Soeharto, sang putri akhirnya buka suara terkait kematian sang ibu.
tututsoeharto.id ©2020 Merdeka.com
"Lalu saya mendengar berita tersebar, bahwa ibu wafat karena tertembak oleh adik-adik saya. Saya heran, siapa manusia yang tega menyebarkan berita keji tersebut. Demi Allah, apa yang bapak ceritakan itu yang terjadi. Tadinya saya akan diamkan saja. Tetapi, rasanya berita itu semakin diulang-ulang ceritanya oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab," heran Tutut Soeharto.
Masyarakat Harus Tahu Kebenarannya
Lebih lanjut, Tutut Soeharto merasa masyarakat luas harus tahu kebenarannya seperti apa. Tujuannya agar tidak ada lagi simpang siur terkait penyebab kematian sang ibu, Siti Hartinah.
tututsoeharto.id ©2020 Merdeka.com
"Sebelum Allah memanggil saya, masyarakat harus tahu kebenarannya. Dan alhamdulillah sekarang ada medsos, yang alhamdulillah sayapun ikut aktif di sana. Siapapun yang membuat cerita itu dan siapapun yang ikut menyebarkan, kami serahkan pada Allah untuk menilainya. Karena kami menyakini, bahwa Allah adalah Hakim Yang Maha Adil," tulis Tutut Soeharto.
Terima Kasih Atas Doa yang Diberikan
Tidak lupa, Tutut Soeharto menyampaikan terima kasih atas doa yang dipanjatkan untuk bapak dan ibunya. Selain itu, Tutut Soeharto juga berterima kasih kepada Tuhan karena telah membiarkan dirinya lahir dari rahim seorang Raden Ayu Siti Hartinah.
"Sahabat, terima kasih yang tulus kami sampaikan, atas doa yang selalu dilantunkan untuk Ibu dan Bapak kami tercinta. Semoga Allah SWT, membalas dengan berlipat ganda. Aamiin," ucapnya.
"Terima kasih kami haturkan ya Allah, telah memilihkan kami terlahir dari seorang ibu yang baik, bijaksana, hormat pada orang tua dan suami dan sesepuh, penuh kasih sayang, peduli pada yang berkekurangan, membantu yang membutuhkan, memberi pada yang tidak berkecukupan," rasa terima kasih Tutut Soeharto.
Doa Tutut Soeharto di Hari Kematian Sang Ibu
Sudah 24 tahun berlalu. Selama itu juga, Tutut Soeharto telah ditinggal untuk selamanya oleh sang ibu. Meski begitu, doa terbaik tidak pernah terlepas dari bibir Tutut Soeharto. Di akhir penjelasannya itu, Tutut Soeharto mendoakan sang ibu agar diampuni segala kesalahannya dan diterima semua amal ibadahnya.
tututsoeharto.id ©2020 Merdeka.com
"Ya Allah ampuni dosa ibuku. Maafkan segala kesalahannya. Terimalah semua amal ibadahnya. Tempatkan ibuku di sorga-Mu yang terindah, bersama Bapak dan bersama orang-orang yang datang sebelum kami, yang beriman dan Engkau sayangi. Ibu… tenanglah di atas sana. Doa kami selalu menyertaimu. We love you always ibu," doa tulus Tutut Soeharto di peringatan hari kematian sang ibu, Siti Hartinah.
(mdk/tan)