Silicon Valley Bank Kolaps Dalam 48 Jam, Ini Sederet Faktanya
Silicon Valley Bank (SVB) bangkrut usai digempur situasi tak menentu selama 48 jam. Hal ini menimbulkan banyak spekulasi atas kondisi ekonomi negeri Paman Sam hingga seluruh dunia.
Silicon Valley Bank (SVB) bangkrut usai digempur situasi tak menentu selama 48 jam. Kabar tersebut seketika beredar usai bank terbesar di AS itu kolaps pada Jumat (10/3) lalu.
Hal ini menimbulkan banyak spekulasi atas kondisi ekonomi negeri Paman Sam hingga seluruh dunia. Sebab, SVB disebut-sebut sebagai bank andalan para pelaku start up.
-
Mengapa Amerika Serikat berencana untuk berinvestasi 'habis-habisan' dalam industri teknologi? Atas hal itu, maka wajar bila Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengatakan bahwa negaranya akan berinvestasi ‘habis-habisan’ dalam industri yang akan menentukan masa depan.
-
Bagaimana sistem keamanan siber Palo Alto Networks memberikan kendali bagi tim keamanan di bank? Platform keamanan ini juga mengusung feasibility yang luas bagi tim keamanan di bank. Dengan sistem keamanan ini, bank memiliki kendali utuh untuk memberikan keleluasaan aplikasi-aplikasi yang layak untuk bisa memasuki internet gateway hingga ke dalam data senter yang merupakan inti dari perbankan.
-
Siapa saja yang terlibat dalam pendanaan startup nasional ini? PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) melalui entitas Corporate Venture Capital (CVC) MDI Ventures, dan juga Telkomsel Mitra Inovasi (TMI), berpartisipasi dalam penandatanganan Perjanjian Partisipasi Merah Putih Fund di Jakarta, Senin (4/9).
-
Apa yang diraih oleh Bank Syariah Indonesia? BSI mendapatkan penghargaan sebagai The Indonesia Customer Experience of The Year – Banking Award dalam ajang Asian Experience Awards 2023.
-
Apa yang dilakukan Cinta Kuya di Amerika Serikat? Saat ini, Cinta Kuya sedang menempuh kuliah di Amerika Serikat. Ia telah berkembang menjadi seorang remaja yang cantik dan mandiri, dan juga memiliki seorang pacar bule.
-
Kenapa para pengusaha Amerika Serikat mengapresiasi Airlangga Hartarto? "Kalangan pengusaha AS memberi apresiasi terhadap kebijakan investasi Indonesia yang telah menciptakan iklim bisnis yang lebih kondusif," tegas Anggota Kongres Jackson.
Berikut sederet fakta Silicon Valley Bank yang mengalami kebangkrutan, dilansir dari berbagai sumber, Selasa (14/3).
Regulator Keuangan AS Tutup SVB
Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) mengumumkan pada Jumat lalu, regulator keuangan Amerika Serikat secara resmi telah menutup Silicon Valley Bank. FDIC yang juga berperan sebagai penerima disebut telah menciptakan the Deposit Insurance National Bank of Santa Clara.
Selanjutnya, the Deposit Insurance National Bank of Santa Clara tersebut kini memegang simpanan yang diasuransikan SVB. Asuransi standar FDIC mencakup hingga USD 250.000 per deposan, per bank untuk setiap kategori kepemilikan akun.
©2023 REUTERS
Deposan dengan total nilai lebih dari USD 250 ribu akan kembali mendapatkan semua uang mereka pun bakal ditentukan oleh jumlah uang yang iterima regulator. Sementara SVB akan terus dilakukan pemeriksaan.
Hal ini membuat berbagai perusahaan hingga individu yang menyimpan uang di SVB mengalami ketidakpastian. Runtuhnya SVB bahkan disebut-sebut sebagai kegagalan bank terbesar di AS.
Penyebab SVB Kolaps
©2023 REUTERS
Keruntuhan Silicon Valley Bank bukan tanpa alasan. Akar kolaps dari bank yang berdiri sejak tahun 1983 tersebut tak lain lantaran dipicu oleh suku bunga The Fed.
Dislokasi terjadi lantaran tingkat suku bunga yang dipasang lebih tinggi. Klien pemula yang melakukan penarikan simpanan guna menjaga kesehatan perusahaan guna mengikuti penawaran saham perdana atau IPO, SVB lantas kekurangan modal.
Hal itu memaksa perseroan menjual semua obligasi yang tersedia untuk dijual kembali dengan kerugian USD 1,8 miliar atau sekitar Rp 27,8 triliun, demikian disampaikan bank pada Rabu malam, 8 Maret 2023.
Karyawan Sempat Terima Bonus
©2023 REUTERS
Diungkap, Silicon Valley Bank turut memberikan bonus tambahan kepada para karyawan sesaat sebelum regulator menutup bank. Pembayaran tersebut diketahui dilakukan pada Jumat lalu.
Pembayaran bonus itu dilakukan untuk pekerjaan yang dituntaskan pada tahun 2022 sehingga dapat diproses sebelum bank mengalami keruntuhan.
Setelah kolaps, para karyawan mendapat tawaran dari FDIC untuk 45 hari kerja. Diketahui, Silicon Valley Bank memiliki kurang lebih sekitar 8.528 karyawan per Desember 2022 lalu.
Sekadar informasi, Silicon Valley Bank merupakan bank besar yang menawarkan bayaran tinggi untuk karyawannya pada tahun 2018 silam. Setiap karyawan mendapatkan rata-rata USD 250.683 atau setara dengan Rp3,87 miliar.
CEO SVB Jual Saham Sebelum Bangkrut
Sebelum kolaps, CEO Silicon Valley Bank Greg Becker menjual saham SVB dengan nilai USD 3,6 juta atau Rp55,77 miliar. Dikutip dari laman Liputan6, penjualan tersebut dilakukan Becker kurang dari dua minggu sebelum SVB mengungkap kerugian penyebab keruntuhan.
Becker diketahui menjual 12.451 saham pada tanggal 27 Februari. Hal tersebut merupakan momen penjualan saham pertama kali Becker di ruang lingkup perusahaan induk Silicon Valley Bank.
©2023 REUTERS
Penjualan tersebut dilakukan usai Silicon Valley Bank gagal bertindak usai muncul surat yang dikirim perusahaan kepada para pemegang saham berisi rencana peningkatan modal.
Pengumuman tersebut perlahan membuat Silicon Valley Bank ambruk meski Becker telah mendesak para klien untuk tetap di tempat dan tak gegabah.
Pemerintah Bakal Turun Tangan
©2023 REUTERS
Kegagalan Silicon Valley Bank mengatasi krisisnya membuat Pemerintah AS disebut bakal ikut turun tangan. Bahkan, hal itu menyedot perhatian Presiden AS Joe Biden.
Biden mengungkap jika para pihak yang bertanggung jawab bakal dimintai keterangan. Pemerintah berencana untuk membebaskan batas USD250.000 pada FDIC guna menutup SVB.
The Federal Reserve juga mengumumkan pada Minggu (12/3) jika pihaknya akan mengambil langkah-langkah baru untuk menyediakan dana bagi bank-bank untuk meredam setiap potensi risiko yang dipicu oleh keruntuhan Silicon Valley Bank.