Sosok Pahlawan Pengibar Bendera Merah Putih Pertama di Papua saat Masih Diduduki Belanda, Wajahnya Ada di Uang Rp10 Ribu
Berikut sosok Pahlawan Nasional pengibar Bendera Merah Putih pertama di Papua ketika masih diduduki oleh Belanda.
Berikut sosok Pahlawan Nasional pengibar Bendera Merah Putih pertama di Papua ketika masih diduduki oleh Belanda.
Sosok Pahlawan Pengibar Bendera Merah Putih Pertama di Papua saat Masih Diduduki Belanda, Wajahnya Ada di Uang Rp10 Ribu
Dalam hitungan hari, masyarakat akan memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia.
Tidak ada salahnya kita mengingat sosok Pahlawan Nasional yang sudah berjasa. Salah satunya adalah Frans Kaisiepo. Bagi sebagian orang mungkin merasa asing dengan nama Pahlawan tersebut.
- Sosok Pria Paruh Baya Ketakutan Diberi Uang Oleh Dedi Mulyadi 'Bapak Nanti Jadi Tumbal ya'
- Pemuda Ini Dapat Hadiah Jutaan Rupiah dari Pensiunan Jenderal saat Ikut Lomba Lari Dadakan, ‘Buat Beli Beras, Pak’
- Sosok 'Jenderal Rukandi' Pengagum Berat Prabowo, Ceritanya Bikin Pensiunan Bintang 3 Polri Salut
- Jenderal Bintang Tiga Ini Ungkap Sosok Sersan Asal Papua yang Berani Bentak Dirinya
Namun sebenarnya, masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan sosoknya.
Melansir dari Instagram arsip_indonesia yang diambil dari Tentara Nasional Indonesia, Selasa (15/8), berikut sosok Pahlawan pengibar Bendera Merah Putih pertama di Papua ketika masih diduduki Belanda.
Frans Kaisiepo merupakan seorang politikus Papua dan nasionalis Indonesia. Ia adalah Gubernur Provinsi Papua yang ke-4.
Frans menjadi pengibar bendera Merah Putih pertama di Papua. Ia juga menyanyikan lagu Indonesia Raya di Papua.
Padahal saat itu, Papua masih diduduki oleh Belanda pada 31 Agustus 1945.
Pada Juli 1946, Frans ditunjuk sebagai utusan Nugini Belanda dan menjadi satu-satunya orang asli Papua di Konferensi Malino.
Konferensi yang diselenggarakan di Sulawesi Selaran ini, membahas terkait pembentukan Republik Indonesia Serikat.
Sebagai juru bicara, Ia menyarankan wilayah itu disebut dengan 'Irian'. Frans juga menjelaskan kata 'Irian' dalam bahasa aslinya Biak berarti 'tempat yang panas'.
Frans meninggal dunia pada 10 April 1979 akibat terkena serangan jantung.
Ia dimakamkan di sebuah lahan seberang Jalan Taman Makam Pahlawan Cendrawasih di Kampung Mokmer, Kabupaten Biak Numfor.
Di mana kini menjadi Makam Pahlawan Nasional Indonesia Frans Kaisiepo. Makam Frans dan TMP Cendrawasih sediri berada di beberapa kilometer ke arah timur Bandara Internasional Frans Kaisiepo.
Atas pengabdiannya, Frans dianugerahi Bintang Mahaputra Adipradana Kelas Dua oleh pemerintah Indonesia.
Pada tahun 1993, Frans juga dinyatakan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia secara anumerta. Penghargaan tersebut diberikan atas usahanya untuk mempersatukan Papua barat dengan Indonesia seumur hidupnya.
Hal tersebut berdasarkan Keputusan Presiden nomor 077/TK/1993.
merdeka.com
Frans juga menjadi salah satu tokoh sejarah yang terpilih untuk digambarkan dalam uang kertas Rupiah Indonesia pecahan Rp10 ribu edisi 2016.