Tak Terima Pernyataannya Dipelintir Media Zionis, Eks Sandera Hamas Blak-blakan Israel yang Melukainya Bukan Pejuang Palestina
Klaim mantan tahanan Hamas tepis kabar penyiksaan dari media Israel yang dilakukan selama penahanannya di penjara Hamas.
Seorang mantan tahanan Hamas menampik kabar media zionis yang menyebut dirinya mendapat perlakuan buruk selama disandera Hamas.
Salah satu media di Israel sebelumnya menyebut bahwa tahanan wanita itu mengalami luka dan 'sakit' di tubuhnya akibat dipukuli oleh Hamas.
- Rekaman Pengakuan 2 Sandera Sebelum Tewas ini Ungkap Usaha Hamas Selamatkan Mereka, Sementara Israel Membiarkan
- Ini Reaksi Hamas Pria Palestina Diperkosa Tentara Israel Beramai-ramai di Penjara Sde Teiman
- Media Israel Akhirnya Akui Negaranya Kalah Perang di Gaza
- Media AS Sebut Hamas Bersedia Gencatan Senjata 5 Tahun dan Sepakat Solusi Dua Negara dengan Israel
Klaim tersebut justru dianggapnya sebagai sebuah fitnah dan ia justru tidak mengalami kekerasan apapun selama berada di penjara Hamas.
Lantas seperti apa kronologi selengkapnya? Melansir dari Instagram @middleasteye, Senin (26/8) berikut informasi selengkapnya.
Tepis Kabar Disiksa oleh Hamas
Noa Argamani, mantan tawanan Israel berusia 26 tahun berhasil kembali ke Israel pada bulan Juni lalu.
Argamani sempat diundang sebagai pembicara di hadapan diplomat dari negara-negara G7 di Tokyo pada hari Rabu, (21/8) kemarin.
Pada kesempatan itu, Argamani merinci penderitaannya setelah dia ditawan oleh kelompok bersenjata Palestina selama serangan 7 Oktober.
Berbagai saluran media di Israel yang mengutip perkataanya di forum itu justru memelintir informasi yang ia bagikan.
Saluran zionis itu menyebut bahwa rambut Noa dipotong oleh para penculik dan dia dipukuli atau dipukul di sekujur tubuhnya.
Fakta yang terjadi dianggap bertentangan dengan beberapa laporan media Israel. Dua hari pasca berbicara di forum G7, Dia mengeluarkan pernyataan di akun Instagram pribadinya.
Menurut Argamani beberapa pernyataannya telah salah dikutip dan di luar konteks. Faktanya, dia tidak dipukuli atau dicukur rambutnya oleh pejuang Palestina.
Argamani mengklarifikasi bahwa dia memang memiliki “luka” di seluruh kepalanya dan “sakit” di sekujur tubuhnya.
Namun Argamani menekankan bahwa rambutnya tidak dipotong, dia tidak dipukuli dan bahwa luka-lukanya berasal dari sebuah bangunan yang runtuh setelah dibom oleh Angkatan Udara Israel.
Lebih lanjut, luka-lukanya disebabkan oleh serangan udara Israel selama operasi penyelamatannya, bukan oleh serangan Hamas.
“Saya tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi di sini selama 24 jam terakhir, mengambil kata-kata saya di luar konteks,” tulisnya, mengacu pada liputan media Israel mengenai pidatonya di Tokyo.
“(Anggota Hamas) tidak memukul saya ketika saya disandera, mereka juga tidak memotong rambut saya; saya terluka akibat runtuhnya tembok yang disebabkan oleh pilot Angkatan Udara (Israel)."
“Sebagai korban 7 Oktober, saya menolak menjadi korban lagi oleh media,” tuturnya.
Kronologi Penahanan oleh Hamas
Argamani termasuk di antara empat tawanan Israel yang diselamatkan dalam serangan Israel di kamp pengungsi Nuseirat dan Deir al-Balah di Gaza pada bulan Juni.
Misi penyelamatan sandera Hamas justru mengakibatkan kematian sedikitnya 236 warga Palestina dan sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Noa Argamani ditawan bersama pacarnya, Avinatan Or di salah satu festival musik Nova pada 7 Oktober.
Video penangkapannya pun sempat viral saat dirinya dibawa keluar Israel dengan mengendarai sepeda motor beredar luas di media.
Dalam kesaksiannya pada hari Kamis, Argamani mengatakan kelangsungan hidupnya adalah sebuah “keajaiban”.
“Ini merupakan keajaiban karena saya selamat pada tanggal 7 Oktober, dan saya selamat dari pemboman ini dan saya juga selamat dari penyelamatan.”
Argamani menekankan bahwa pembebasan sisa tawanan Israel harus menjadi prioritas utama pemerintahnya.
Meski ia berhasil dibebaskan, sang kekasih, Avinatan Or masih ditahan oleh Hamas dan termasuk di antara 105 orang yang diyakini ditahan di Gaza, termasuk 34 orang yang dilaporkan tewas oleh militer Israel.