Hamas Bebaskan Dua Tawanan Israel, Alasannya Demi Kemanusiaan
Dua sandera yang dibebaskan adalah Yocheved Lifshitz, seorang wanita berusia 85 tahun, dan Nurit Cooper, yang berusia 79 tahun.
Kelompok perlawanan Palestina Hamas mengatakan mereka membebaskan dua wanita Israel yang selama ini ditawan sejak 7 Oktber.
Hamas Bebaskan Dua Tawanan Israel, Alasannya Demi Kemanusiaan
Pernyataan Abu Obeida, juru bicara sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam mengumumkan pembebasan tersebut dalam saluran Telegram kelompok Hamas. Menurutnya, pembebasan ini dilakukan atas "alasan kemanusiaan dan kondisi kesehatan yang buruk." Hal ini mendapat konfirmasi dari Komite Internasional Palang Merah (ICRC).
Sumber; Aljazeera
Dua sandera yang dibebaskan adalah Yocheved Lifshitz, seorang wanita berusia 85 tahun, dan Nurit Cooper, yang berusia 79 tahun.
🇵🇸🇮🇱 Video of Hamas handing over the 2 Israeli hostages pic.twitter.com/HOzUgRiANd
— Censored Men (@CensoredMen) October 23, 2023
"Kami berharap mereka bisa segara kembali berkumpul dengan keluarga," kata ICRC di akun X.
Serangan Hamas pada 7 Oktober lalu menawan lebih dari 200 orang, termasuk warga Israel dan warga berpaspor ganda. Pada saat yang sama, mereka juga menewaskan lebih dari 1.400 orang, yang sebagian besar adalah warga sipil, menurut otoritas Israel.Permintaan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk pembebasan tanpa syarat semua sandera di Gaza telah menjadi tuntutan yang sangat diperjuangkan. Hal ini juga mendapat dukungan dari kelompok hak asasi manusia, organisasi internasional, dan keluarga para sandera.
Pembebasan para sandera Amerika Serikat, Judith Raanan dan putrinya Natalie, sebelumnya telah terjadi berkat mediasi Qatar. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, pembebasan ini terjadi setelah beberapa hari komunikasi intensif dengan semua pihak terkait.
Namun, Hamas sebelumnya juga telah menawarkan pembebasan dua sandera tambahan selain Judith dan Natalie. Tawaran ini ditolak oleh pihak Israel, yang menyebutnya sebagai "propaganda palsu."
Situasi ini semakin kompleks dengan ketegangan di wilayah tersebut dan persiapan militer Israel untuk kemungkinan invasi darat ke Gaza.Keluarga para sandera yang ditawan kini harus menghadapi dilema yang sulit, dengan beberapa mendesak pembebasan sandera sebagai prioritas, sementara yang lain memahami pentingnya serangan terhadap Hamas.
Menurut laporan the New York Times, AS juga ikut campur dalam situasi ini dan mendesak Israel untuk menunda invasi darat ke Gaza agar memberi lebih banyak waktu dalam upaya pembebasan para sandera.
Israel sendiri sudah banyak melanggar hukum internasional dan melakukan tindakan genosida terhadap warga Palestina dengan memutus pasokan makanan, air, bahan bakar, dan listrik ke Gaza.