4 Untung gunakan OBU saat pembayaran tol
Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal, mengatakan pihaknya akan memaksimalkan penggunaan OBU (On Board Unit) di jalan tol. Sebab selama ini, penggunaan OBU belum banyak diminati oleh pengguna jalan tol. Dari sekitar 30 persen pengguna elektronik itu, pengguna OBU baru 3 persen.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Dahlan Iskan, sempat mengaku kesal dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk akibat kelambanan pembayaran di jalan bebas hambatan atau tol. Penyebabnya tak lain akibat transaksi tol yang masih menggunakan kartu elektronik atau e-Toll pass.
Sebulan sesudah teguran itu, Jasa Marga langsung bergegas memperbarui. Saat ini pengguna tol dapat menggunakan on board unit (OBU). Melalui alat ini pengemudi dapat membayar tol tanpa perlu berhenti dan membuka kaca mobil.
Saat ini, Direktur Keuangan Jasa Marga Donny Arsal, mengatakan pihaknya akan memaksimalkan penggunaan OBU (On Board Unit) di jalan tol. Sebab selama ini, penggunaan OBU belum banyak diminati oleh pengguna jalan tol.
"Penggunaan OBU, sampai sekarang memang jumlahnya tidak terlalu besar. Dari sekitar 30 persen pengguna elektronik itu, pengguna OBU 3 persen. Kami terus mengkaji apa yang membuat pertumbuhannya nggak terlalu cepat, mungkin juga harga atau sebagainya," tuturnya.
Donny menjelaskan, penetrasi uang elektronik di seluruh jalan tol Jasa Marga hingga Juni 2017 sebesar 29,16 persen. Perseroan akan terus melakukan berbagai upaya agar penetrasi uang elektronik di jalan tol terus meningkat.
Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Herry Trisaputra Zuna, mengatakan uji coba produk JM Access OBU ini dilakukan untuk mendukung percepatan program multi lane free flow yang ditargetkan bakal diterapkan pada 2018.
"Jadi kalau ditanya hari ini kita lagi mengkaji teknologi yang akan dipilih untuk dilihat efektivitasnya. Target kita adalah multi lane free flow," ujar Herry.
Lalu mengapa masyarakat harus memakai OBU, apa untungnya? Berikut merdeka.com akan merangkumnya untuk pembaca.
-
Siapa Entong Tolo? Entong Tolo, yang dikenal sebagai bandit dari Bekasi, aktif dalam dunia kejahatan selama kurang lebih empat tahun mulai dari tahun 1904-1908,” tulis narasi di Indonesia.go.id.
-
Apa yang dimaksud dengan jalan tol? Jokowi menilai, pembangunan jalan tol dapat menciptakan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru selain di Jakarta atau pulau Jawa. Sehingga, biaya logistik dapat lebih murah.
-
Siapa yang melakukan pelanggaran di tol? Branch Manager Ruas Tol Prabumulih PT Hutama Karya (Persero) Syamsu Rijal mengakui telah terjadi pelanggaran kendaraan memutar balik di bawah jembatan interchange KM 82 Tol Indraprabu.
-
Mengapa Entong Tolo merampok? Merujuk Indonesia.go.id, sebenarnya Entong Tolo sehari-hari bekerja sebagai pedagang. Ia biasa berjualan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun kebijakan kolonial membuat ia dan banyak keluarga miskin lain semakin menderita.
-
Bagaimana pengelola tol merespon kejadian tersebut? Pascakejadian tersebut, pengelola tol terus meningkatkan patroli di setiap ruas terkhusus di sekitar interchange Prabumulih agar tidak terjadi lagi pelanggaran yang dilakukan oleh pengguna jalan.
-
Kapan tebing tol di Bintaro longsor? Lurah Bintaro Riza Fauzi mengatakan, longsoran dinding pembatas tol setinggi enam meter tersebut terjadi pada pukul 13.25 WIB saat hujan deras mengguyur Jakarta.
OBU dijual sekitar Rp 200.000 per unit
Jasa Marga telah memiliki sejumlah gerbang untuk pengguna OBU di sejumlah titik. Alat ini pun sudah dijual di pasaran.
Direktur Utama Jasa Marga era Menteri Dahlan Iskan, Adityawarman, mengatakan harga OBU ini akan dijual sebesar Rp 200.000 per unit. Harga ini lebih murah Rp 400.000 dari sebelumnya Rp 600.000 per unit.
"Saya kecolongan dengan Pak Dahlan, karena sensitifnya jauh lebih baik Pak Dahlan, ternyata ada teknologi yang luar biasa ini kita tidak boleh terlalu fanatik teknologi yang sudah ada," tambahnya.
Transaksi OBU lebih cepat dari e-toll
Sistem ini dikatakan satu tahap lebih baik dari sistem pembayaran tol non tunai dengan menggunakan kartu e-toll. Sebab, pengendara yang menggunakan JM Access OBU ini tidak perlu melakukan tapping atau menempelkan kartu seperti dengan menggunakan kartu e-toll.
Ketika mobil mendekati gerbang tol, maka alat transponder yang telah dipasang di kaca depan kendaraan akan dideteksi oleh transreciever yang telah dipasang di gerbang tol dan dengan demikian pintu tol otomatis terbuka dan pengendara dapat melanjutkan perjalanan tanpa harus berhenti.
"Jadi bisa ya kalau pakai uang e-money itu kan bisa 4 detik (berhenti untuk tapping). Kalau dengan ini bisa lebih kalau sudah rilis seperti kita jalan biasa," ungkap Kepala Badan Pengatur Jalan Tol, Herry T. Zuna.
Ini untung pengusaha transportasi pakai OBU
Plt Direktur Utama PT Damri, Sarmadi Usman mengakui pihaknya sangat terbantu dengan menggunakan sistem pembayaran tunai JM Access OBU yang diprakarsai PT Jasa Marga ini. Sejak menggunakan JM Access OBU, sekarang para drivernya tidak perlu lagi dibekali dengan sejumlah uang tunai untuk membayar uang tol.
Dengan sistem pembayaran ini, kata Sarmadi, pihaknya dapat mengantisipasi apabila saldo dalam e-money itu disalahgunakan oleh para drivernya. Sebab, kartu elektronik yang tertempel di OBU tidak bisa digunakan untuk belanja, hanya bayar tol.
"Kalau bagikan e-money, katakan nilai saldo 200.000, tidak hanya bisa digunakan tol, beli rokok atau apa. Kemana pun lintasan itu sepanjang ada unit OBU tidak ada bekal uang tol. Katakan bawa rombongan asrama haji ke bandara, supir tidak lagi bawa uang tol," pungkasnya.
Kemacetan bisa ditekan 20 persen
PT Jasa Marga (Persero) Tbk mengaku optimis penggunaan teknologi baru On Board Unit dapat mengurangi 20 persen kemacetan akibat antrean di pintu tol. Kepraktisan teknologi ini membuat waktu transaksi di tol hanya menjadi 1,5 detik.
"Prosesnya lebih cepat dari yang sebelumnya. Palang pintu gerbang tol akan terbuka 1,5 detik. Selama ini antara 5-6 detik menjadi 1 detik. Ya itu 20 persenan dapat mengurangi kemacetan karena kan 1:5. Berarti kan 1 mobil selama ini bisa jadi 5," ujar Direktur Utama Jasa Marga Adityawarman.
Direktur Utama PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk Arief Yahya menambahkan, dengan keandalan teknologi ini, mobil dapat berkendara dengan kecepatan mencapai 40-60 Km per jam sembari bertransaksi. Sementara itu, dengan teknologi e-Toll card, mobil hanya bisa melaju 25 Km per jam saat memasuki gerbang tol.
"Dan yang pasti ini hemat biaya. Jauh lebih murah ketimbang dulu. Yang sekarang harganya hanya Rp 200.000. Tidak perlu ada kartu dan tap," tambah dia.
Â
(mdk/bim)