40 persen UMKM Diperkirakan akan Berhenti Beroperasi Akibat Corona
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, berdasarkan hasil survei tercatat 40 persen Usaha Mikro Kecil (UMK) dan UKM akan terhenti karena dampak covid-19.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Teten Masduki mengatakan, berdasarkan hasil survei tercatat 40 persen Usaha Mikro Kecil (UMK) dan UKM akan terhenti karena dampak covid-19.
"Di bulan April 2020 survei mengatakan 43 persen UMKM akan berhenti beroperasi. Lalu ada survei dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Padjadjaran datanya hampir sama 47 persen UMKM di Jawa Barat sudah berhenti. Kalau dirata-ratakan dengan survei lain yakni 40 persen UMKM yang akan berhenti," kata Teten dalam dalam acara Diskusi Media InfobankTalkNews, Selasa (19/5).
-
Di mana UMKM di Bontang terdampak oleh pandemi Covid-19? Wabah Covid-19 pada awal tahun 2020 memberikan dampak besar terhadap sektor perkonomian Indonesia, termasuk pada UMKM Kota Bontang.
-
Apa yang dimaksud dengan UMKM? Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu sektor penting yang turut mendukung perekonomian suatu negara.
-
Apa yang dilakukan Pemkot Bontang untuk mengembangkan UMKM setelah pandemi Covid-19? Upaya untuk membangkitkan kembali pasar UMKM dilakukan oleh pemerintah. Dinas Koperasi UKM dan Perdagangan Kota Bontang salah satu instansi pemerintah yang dapat memberikan konsep secara teori maupun praktis untuk pengembangan UMKM.
-
Kenapa UMKM penting? UMKM tidak hanya menjadi tulang punggung perekonomian di Indonesia, tetapi juga di banyak negara lain karena kemampuannya dalam menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
-
Apa yang dikampanyekan Kementerian Perhubungan? Kemenhub kampanyekan keselamatan pelayaran kepada masyarakat. Indonesia selain negara maritim, juga merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki lalu lintas pelayaran yang sangat padat dan ramai dan keselamatan pelayaran menjadi isu penting.
-
Kapan virus corona ditemukan? Virus virus adalah sekelompok virus yang meliputi SARS-CoV (virus korona sindrom pernafasan akut parah), MERS-CoV (sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus) dan SARS-CoV-2, yang menyebabkan Covid-19.
Menurutnya, ini berbeda dengan kondisi saat tahun 1998, di mana saat itu UMKM masih bisa bertahan. Sedangkan dengan adanya pandemi covid-19 ini UMKM sangat terdampak, apalagi 98 persen UMKM terdiri dari mikro dan ultra mikro sehingga kemungkinan besar akan berhenti beroperasi.
"Nah ini yang yang menurut saya nampak beda dengan tahun 1998, ada dua sisi yang terdampak, yakni sisi supply dan demand, walaupun kita tahu sisi konsumsi sudah disampaikan oleh Sri Mulyani turun tinggal 2,7 persen, dan investasi juga tinggal 1,7 persen," ujarnya.
Oleh karena itu, apabila ekonomi Indonesia ingin cepat pulih maka yang paling tepat adalah mendorong dan membantu sektor UMKM, karena mayoritas pelaku usaha di Indonesia itu diserap oleh UMKM sebesar 97 persen, begitupun UMKM juga menyumbang terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 60 persen.
"Walaupun demikian ada sebagian UMKM yang juga cukup mampu melihat peluang, dengan melakukan inovasi mereka banting setir memproduksi beberapa barang dan kebutuhan yang sedang tumbuh, seperti kebutuhan bahan pokok, makanan, APD, itu semua meningkat luar biasa," ungkapnya.
Menurutnya, meskipun 40 persen UMKM diperkirakan akan berhenti beroperasi, namun dia melihat ada hal yang menarik dari UMKM, yakni UMKM yang sudah terhubung dengan ekosistem digital dan marketplace online yang mengalami peningkatan. "Cuma disayangkan jumlah UMKM yang sudah terhubung dengan marketplace itu baru 13 persen atau 8 juta pelaku usaha. 87 persennya masih offline," ujarnya.
Kendati begitu, meskipun dampak covid-19 membuat sebagian UMKM berhenti beroperasi, tapi dia menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk UMKM bertransformasi dari penjualan yang offline menjadi online.
Namun, bagi Ultra mikro yang tidak mendapatkan bantuan relaksasi secara langsung oleh pemerintah karena tidak terdaftar, maka Teten menyebut pelaku usaha ultra mikro itu bisa dibantu melalui bantuan sosial, supaya bisa memperkuat atau mempertahankan daya beli di masyarakat.
"Sebagian besar yang diultra mikro karena demand-nya sudah menurun, maka mereka sudah tidak punya usaha, ini kita akan kelompokan mereka dalam kelompok miskin baru dan kita dorong ke program bansos," tandasnya.
Reporter: Tira Santia
Sumber: Liputan6.com
(mdk/azz)