Abu Dhabi Tanam Modal Rp5,7 Triliun, Valuasi Bisnis GoTo Ditaksir Mencapai USD 30 M
"Ini menunjukkan adanya confidence investor atas valuasi dan rencana IPO GoTo, sehingga mereka berani untuk menyuntikkan investasinya. Yang kedua, keyakinan bahwa IPO itu akan sukses."
Ekonom dan ahli keuangan Universitas Prasetiya Mulya, Agus Salim mengatakan, suntikan investasi Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) melalui pra penawaran umum perdana saham atau IPO GoTo menjadi salah satu tolok ukur keyakinan investor terhadap rencana IPO entitas gabungan Gojek dan Tokopedia itu.
Dengan investasi senilai USD 400 juta atau sekitar Rp5,7 triliun, masuknya ADIA akan meningkatkan valuasi bisnis GoTo, yang saat ini mencapai USD 30 miliar.
-
Siapa yang memberikan penghargaan kepada Gojek? Penghargaan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang diterima baru-baru ini menjadi bukti nyata dari pencapaian tersebut.
-
Bagaimana Gojek mendapatkan penghargaan dari DTKJ? Penghargaan ini diperoleh berdasarkan survei kepada pengguna angkutan umum serta penilaian terhadap inovasi dan upaya integrasi dengan moda transportasi lain melalui fitur GoTransit.
-
Mengapa Presiden Jokowi mengajak investor Tiongkok untuk berinvestasi di Indonesia? Mengingat sejumlah indikator ekonomi di Indonesia menunjukkan capaian positif, antara lain pertumbuhan ekonomi yang konsisten di atas 5 persen, neraca dagang yang surplus 41 bulan berturut-turut, Purchasing Manager Index (PMI) berada di level ekspansi selama 25 bulan berturut-turut, dan bonus demografi.
-
Kapan Gojek menerima penghargaan dari DTKJ? Penghargaan dari Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) yang diterima baru-baru ini menjadi bukti nyata dari pencapaian tersebut.
-
Bagaimana cara membagi anggaran untuk investasi? Martua menyarankan adanya pembagian porsi alokasi anggaran untuk berinvestasi.“Untuk pemula, secara umum bisa dialokasikan dengan pembagian 40% - 30% - 20% dan 10%," rinci Martua.
-
Kapan Tiongkok menjadi investor kedua terbesar di Indonesia? Tercatat pada 2013 lalu, Tiongkok sudah menempati urutan 12 kontributor penanaman modal asing (PMA) di Indonesia. Posisi ini berubah di tahun 2022 di mana negara tersebut sudah berada di urutan kedua.
"Ini menunjukkan adanya confidence investor atas valuasi dan rencana IPO GoTo, sehingga mereka berani untuk menyuntikkan investasinya. Yang kedua, keyakinan bahwa IPO itu akan sukses," ujar Agus dikutip dari Antara, Senin (25/10).
Melalui penggalangan dana pra-IPO, GoTo dikabarkan membidik jumlah investasi sekitar USD 1,5 miliar hingga USD 2 miliar. Dengan dana sebesar itu, GoTo bakal memiliki likuiditas jumbo pasca-IPO yang rencananya dilakukan pada awal tahun depan.
Menurut Agus, keberhasilan pra-IPO GoTo akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan teknologi itu di pasar modal. Pasalnya, GoTo sebagai ekosistem digital memiliki model bisnis yang berbeda dibandingkan emiten yang sudah ada.
Terlebih, GoTo didukung oleh jutaan pelaku usaha yang menciptakan transaksi ekonomi ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
"Secara umum kalau dilihat dari sisi ekonomi, IPO GoTo akan menguntungkan. Akan banyak investor yang berinvestasi di perusahaan-perusahaan teknologi dengan model bisnis yang kuat seperti GoTo. Yang terpenting dengan GoTo menjadi perusahaan publik hal itu akan menjadikan perusahaan lebih transparan dan proses bisnisnya semakin baik," kata Agus.
Sementara itu, Reuters memperkirakan valuasi GoTo sudah mencapai USD 32 miliar. Valuasi tersebut merupakan lompatan besar mengingat saat melakukan kolaborasi bisnis Mei lalu, valuasi Gojek dan Tokopedia baru sekitar USD 18 miliar. Reuters menilai masuknya sovereign wealth fund (SWF) sekelas ADIA akan sangat strategis bagi IPO GoTo.
Komitmen Investasi
Sebelumnya GoTo Group telah menandatangani perjanjian dengan anak usaha Abu Dhabi Investment Authority (ADIA), yang menjadikan ADIA memimpin penggalangan dana pra-IPO GoTo dengan investasi sebesar USD 400 juta. Transaksi tersebut menjadi investasi pertama oleh Departemen Private Equities ADIA ke dalam perusahaan teknologi Asia Tenggara dan sekaligus investasi terbesarnya di Indonesia.
"Kami bangga menyambut ADIA sebagai investor terbaru di perusahaan dan yang pertama dalam penggalangan dana pra-IPO kami, selagi kami menyiapkan bisnis untuk pertumbuhan eksponensial untuk tahun-tahun mendatang. Dukungan dengan skala seperti ini menegaskan keyakinan kami bahwa Indonesia dan Asia Tenggara akan menjadi tujuan besar selanjutnya untuk investasi teknologi," kata CEO GoTo Group Andre Soelistyo.
Andre menambahkan, perseroan selalu meyakini bahwa kesuksesan datang selama tetap berkomitmen dalam menjalankan misi memberdayakan kemajuan, dengan fokus meningkatkan taraf hidup dan membantu untuk membangun mata pencaharian di negara-negara tempat beroperasi.
(mdk/idr)