Agus Marto: Tidak usah khawatir Rupiah dekati Rp 13.000/USD
"Kita selalu ada di pasar, kita jaga volatilitas," kata Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardodjo.
Nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS (USD) kembali melemah. Bahkan nilai tukar hari ini hampir menembus angka Rp 13.000 per USD.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardodjo berjanji akan mewaspadai kekuatan ekonomi Amerika Serikat yang membuat nilai tukar Rupiah melemah. Pelemahan nilai tukar Rupiah kali ini banyak dipengaruhi faktor eksternal.
-
Bagaimana Pejuang Rupiah bisa menghadapi tantangan ekonomi? "Tidak masalah jika kamu bekerja sampai punggungmu retak selama itu sepadan! Kerja keras terbayar dan selalu meninggalkan kesan abadi."
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Mengapa nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar di era Soeharto? Sebab, inflasi Indonesia yang terbilang masih cukup tinggi tidak sebanding dengan mitra dagangnya. Akhirnya nilai tukar rupiah menjadi sangat tinggi terhadap dolar dan tidak ada negara yang mau bermitra dengan Indonesia.
-
Mengapa Redenominasi Rupiah sangat penting untuk Indonesia? Rupiah (IDR) termasuk dalam golongan mata uang dengan daya beli terendah. Hal ini semakin menunjukan urgensi pelaksanaan redenominasi rupiah di Indonesia.
-
Apa yang membuat Pejuang Rupiah istimewa? "Makin keras kamu bekerja untuk sesuatu, makin besar perasaanmu ketika kamu mencapainya."
"Secara umum, kita waspada kekuatan AS yang menguat. Tapi di Indonesia yang bisa kita lakukan pengendalian subsidi BBM dengan baik dan pengendalian inflasi berjalan dengan baik," ucap Agus di Jakarta, Senin (2/3).
Namun, secara umum Agus menyebut pelemahan Rupiah kali ini masih 'aman' untuk anggaran negara. Pasalnya dalam APBN-P 2015, pemerintah dan DPR telah sepakati asumsi nilai tukar Rupiah sepanjang tahun sebesar Rp 12.500.
"Itu adalah rata rata selama satu tahun dan sangat mungkin bahwa di Rp 12.500 itu bisa menguat atau melemah 3-5 persen. Tapi kondisinya di atas 12.500 atau di bawah itu, ada penguatan atau pelemahan 3-5 persen," tegasnya.
Agus yang merupakan mantan menteri keuangan ini berjanji akan melakukan intervensi pasar jika nilai tukar Rupiah anjlok tidak normal. "Kita selalu ada di pasar, kita jaga volatilitas, sehingga tidak perlu dikhawatirkan," katanya.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menuturkan, pelemahan nilai tukar lebih disebabkan sentimen negatif perekonomian global.
"Memang kondisi hari ini ada proyeksi yang negatif terhadap pertumbuhan China, jadi mata uang negara-negara yang punya kaitan dengan China yang besar termasuk Indonesia ya melemah," ujar Bambang di kantor wapres, Jl. Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Senin (2/3/).
Bambang mengatakan, pemerintah akan berkoordinasi dengan Bank Indonesia agar fluktuasi Rupiah terhadap USD tidak terus berlanjut. Dia yakin BI akan melakukan intervensi apabila diperlukan.
"Bukan masalah nggak apa-apa, cuma kondisi seperti itu, nanti BI yang intervensi di pasar kalau diperlukan," jelas Bambang.
(mdk/idr)