Anak usaha Sinar Mas incar penjualan tisu soft pack ke Jepang
Wisatawan mancanegara bakal menjadi konsumen utama tisu ini.
Perusahaan kertas nasional, Asia Pulp and Paper akan fokus menggarap pasar tisu berbungkus plastik (soft pack) di Jepang. Sebab, saat ini belum ada kompetitor yang bersedia memasarkan tisu jenis tersebut di Negeri Sakura itu.
Chairman Asia Pulp and Paper Japan, Tan Ui Sian mengatakan tisu jenis soft pack memang tidak lazim digunakan oleh orang Jepang pada umumnya. Namun, dia optimis pasarnya bisa terbentuk melihat karakteristik orang Jepang yang sangat adaptif dengan perubahan.
-
Siapa yang mengunjungi Indah Permatasari di Jakarta? Mertua Indah Permatasari beberapa waktu lalu datang ke Jakarta mengunjungi anak, menantu dan cucu mereka.
-
Siapa yang menamai Desa Sinar Bandung? “Awalna iyeu disebut Sinar Bandung keur taun 1967 di didieu, bareto teh genah paceklik. Nah, aya urang Bandung neangan jagong ka dieu, jagong ngora. Nah peutingna teh rame-rame nyetel radio pa tarik-tarik, uh siga di Bandung iyeu. Ah geus wae urang namaan Sinar Bandung, (awalnya ini disebut Sinar Bandung itu saat tahun 1967, di sini, dulunya pas musim paceklik. Ada orang Bandung yang mencari jagung muda dan malamnya merasa kalau di sini ramai oleh suara radio dari warganya yang kencang dan dia menyebut ini seperti di Bandung, akhirnya dinamai Sinar Bandung),” kata warga setempat, Dodo Hartono, mengutip Instagram JQR.
-
Di mana Desa Sinar Bandung berada? Desa yang berlokasi di Kecamatan Negeri Katon ini jadi salah satu desa yang unik di Pulau Sumatra.
-
Kapan Istana Siak Sri Indrapura dibangun? Mengutip dari beberapa sumber, tempat kediaman resmi Sultan Siak itu dulunya dibangun pada tahun 1889 saat pemerintahan dipegang oleh Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang menjadi Sultan ke-11.
-
Apa yang dilakukan Syahrini di Jakarta? Tidak ada perubahan, Syahrini selalu terlihat anggun dan menenangkan sekali.
-
Kenapa Jakarta semakin macet? Kemacetan di Jakarta dari waktu ke waktu semakin parah. Hingga kini, macet menjadi salah satu pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pemerintah provinsi DKI.
"Di Jepang memang dijual tisu jenis soft pack, tapi isinya paling hanya lima lembar, sangat sedikit. Kami berupaya akan jual dengan jumlah yang lebih banyak dari mulai 60, 80, hingga 150 lembar per bungkusnya. Kami mencoba ubah kebiasaan masyarakat Jepang," jelas Tan di Jakarta, Selasa (3/5).
Tisu jenis soft pack ini akan diekspor langsung dari pabrik perusahaan di dalam negeri dan volumenya akan meningkat setelah pabrik OKI Pulp and Paper rampung di akhir 2016 dengan produksi tisu mencapai 500.000 ton per tahun. Kendati sudah ada perencanaan, perusahaan masih membutuhkan nilai tukar Yen yang stabil agar harga tisu bisa lebih kompetitif.
"Karena rencananya produk China untuk tisu jenis soft pack juga akan masuk ke Jepang, jadi sebisa mungkin harga tisu kami bisa lebih murah. Selain itu, kami juga coba jaga loyalitas konsumen Jepang agar mereka tak beralih menggunakan produk lain," jelas dia.
Tisu jenis soft pack, kata Tan, juga terbilang lebih bermanfaat di Jepang pada saat ini karena sifatnya yang lebih praktis dibandingkan tisu dalam bungkus kertas (hard pack). Menurut dia, wisatawan mancanegara bakal menjadi konsumen utama tisu ini.
"Visitor ke Jepang kan bisa mencapai 20 juta, dua kali lipat lebih banyak dibanding Indonesia. Memang konsumsi tisu saat ini di Jepang menurun karena populasinya juga ikut turun, makanya kami bidik pasar di bidang pariwisata," kata Tan.
Tan menambahkan, APP fokus menggarap penjualan ke Jepang karena pangsa pasarnya saat ini sudah mencapai angka 10 persen. Namun, harga tisu hard pack APP masih terbilang tidak kompetitif dan sebagian besar konsumen Jepang sudah punya merek langganan tersendiri.
"Orang Jepang itu kan senang akan penampilan produk, kalau desain produknya bagus mereka akan beli. Tapi untuk produksi penampilan bagus itu kan butuh biaya besar. Di Jepang saja tisu jenis hard pack itu persaingannya di harga. Meskipun harga sudah di bawah ongkos produksi, tetap saja mereka jualannya gencar," jelas Tan.
Sebagai informasi, rata-rata penjualan tisu di Jepang berkisar di angka 1,8 juta ton per tahun, dengan harga USD 2.000 per tonnya. APP berharap bisa memperbesar proporsi penjualan tisu soft pack dari saat ini 25 persen terhadap total ekspor tisu ke Jepang menjadi 50 persen dalam waktu satu hingga dua tahun mendatang.
"Biasanya perbandingan ekspor tisu kami 75 persen hard pack dan 25 persen soft pack. Namun, kedepannya kami harap bisa meningkatkan porsi soft pack sampai 50 persen," pungkas dia.
(mdk/sau)