Mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura, Bangunan Megah Peninggalan Kesultanan Siak
Istana Siak Sri Indrapura, bangunan megah yang menjadi kediaman resmi raja-raja Siak di masa lampau.
Bangunan megah ini dulunya merupakan kediaman resmi Sultan Siak yang dibangun pada abad ke-19.
Mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura, Bangunan Megah Peninggalan Kesultanan Siak
Kerajaan Siak Sri Indrapura merupakan salah satu kerajaan di bidang maritim yang terletak di kawasan pantai timur Sumatra. Kerajaan yang berdiri pada tahun 1723 ini namanya diambil dari keadaan alamnya yang dikelilingi tumbuhan siak-siak.
Kerajaan ini sempat mengalami pasang surut dan berpindah-pindah tempat mulai dari Kota Buantan ke Mempura, lalu ke Senapelan dan kembali lagi ke Mempura. Hal ini berkaitan dengan sang pendiri, yaitu Raja Kecil bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmad Syah yang hidup di sebuah lingkaran perebutan tahta.
-
Dimana lokasi Istana Siak Sri Indrapura? Pekanbaru merupakan salah satu kota di Indonesia yang cukup kental memiliki rekam jejak budaya Melayu. Salah satunya adalah Istana Siak Sri Indrapura.
-
Dimana Rumah Singgah Sultan Siak terletak? Bangunan unik ini terletak tepat di bawah jembatan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil Muazzamsyah atau sekarang dikenal dengan nama Jembatan Siak III. Tak hanya itu, rumah tersebut juga tidak jauh dari pinggir Sungai Siak berjarak sekitar 20 meter saja.
-
Apa fungsi Rumah Singgah Kesultanan Siak? Situs cagar budaya yang satu ini berfungsi sebagai tempat istirahat sultan ketika sedang berkunjung ke Senapelan atau Kota Pekanbaru.
-
Kapan Rumah Singgah Sultan Siak dibangun? Dikabarkan bangunan ini sudah berdiri sejak tahun 1895, bisa diperkirakan bangunan ini sudah lebih dari ratusan tahun.
-
Siapa pemilik awal Rumah Singgah Sultan Siak? Rumah Singgah Sultan Siak Sri Indrapura merupakan rumah milik Tuan Kadhi Kerajaan Siak bernama H. Zakaria kini menjadi salah satu peninggalan budaya yang cukup ikonik di Pekanbaru.
-
Kenapa Istana Gebang jadi tempat wisata sejarah? Sejarah mencatat, Bung Karno menghabiskan masa kanak-kanaknya di lokasi ini. Kini rumah masa kecil Bung Karno dikelola pemerintah setempat hingga menjadi kompleks bangunan bernilai sejarah. Di depan istana tersebut, bahkan ada patung Bung Karno berwarna putih.
Kepemimpinan yang terus bergulir sejak Raja Kecil wafat pada tahun 1746 itu diwujudkan dengan sebuah istana megah bernama Istana Siak Sri Indrapura. Bangunan ini dikombinasi dengan 3 gaya arsitektur yang berbeda.
Bangunan Megah
Mengutip dari beberapa sumber, tempat kediaman resmi Sultan Siak itu dulunya dibangun pada tahun 1889 saat pemerintahan dipegang oleh Sultan Assayaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin yang menjadi Sultan ke-11.
(web.siakkab.go.id)
Kompleks istana ini begitu luas dan megah, memiliki luas sekitar 32.000 meter persegi yang terdiri empat istana, yaitu Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe. Sementara itu, Istana Siak memiliki luas sekitar 1.000 meter persegi.
Pembangunan istana megah ini tak lekang dari kondisi Kerajaan Siak pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim khususnya di bidang ekonomi sedang mengalami kemajuan. Bahkan, ia Sultan Syarif mendapatkan kesempatan untuk berkunjung ke negara Jerman dan Belanda.
Perpaduan 3 Gaya Arsitektur
Selain bangunan megah, gaya arsitektur yang tersemat pada Istana Siak ini perpaduan antara corak Melayu, Arab, dan juga sentuhan Eropa. Desain bangunannya terdiri dari dua lantai yang terbagi dalam beberapa ruangan.
Di lantai pertama, terdapat ruang tunggu tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, ruangan sidang kerajaan dan ruang pesta. Sementara itu, di lantai dua terbagi dalam sembilan ruangan yang digunakan oleh Sultan dan para tamu untuk beristirahat.
Sementara itu, di halaman istana terdapat delapan buah meriam di setiap sisinya. Pada bagian belakang istana ada sebuah bangunan kecil yang digunakan sebagai penjara sementara.
Saksi Proklamasi Kemerdekaan
Ketika Kerajaan Siak dipimpin oleh Sultan Syarif Kasim Tsani atau Sultan Syarif Kasim II, istana ini menjadi saksi bisu keberlangsungan pemerintahan pasca proklamasi Kemerdekaan.
(djkn.kemenkeu.go.id)
Sang raja pun tanpa takut mengibarkan bendera merah putih tepat di atas Istana Siak. Tak selang lama, ia bertolak ke ibu kota untuk bertemu dengan Bung Karno untuk menyatakan bahwa Siak ikut bergabung dengan Republik Indonesia.
Di momen tersebut, Sultan Syarif Kasim II turut menyerahkan mahkota kerajaannya sekaligus memberikan uang sebanyak 10 ribu Gulden. Berkat jasanya tersebut, sosoknya kini mendapat gelar kehormatan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.