Aset Industri Reasuansi Indonesia Capai Rp34 Triliun dan Klaim Rp53 Triliun Per 2022
Ada peningkatan jumlah aset industri reasuransi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Pada 2022 saja, tercatat ada kenaikan sebesar 12 persen.
Staf Ahli Bidang Implementasi Kebijakan Strategis Kementerian BUMN, Wahyu Setyawan mencatat jumlah aset industri reasuransi di Indonesia cukup tinggi. Selain itu, nilai klaim reasuransi pada 2022 lalu juga tercatat dalam jumlah yang besar.
- Hutama Karya Tempati Peringkat 10 BUMN dengan Aset Terbesar, Kini Tembus Rp169,7 Triliun
- OJK Catat Aset Industri Asuransi Naik Jadi Rp1.120 Triliun pada Mei 2024
- PT Sarana Multi Infrastruktur Raup Pendapatan Rp7,6 Triliun Sepanjang 2023
- Kemenkeu Catat Aset Keuangan Syariah di Indonesia Tembus Rp2.452 Triliun
Wahyu menuturkan, ada peningkatan jumlah aset industri reasuransi di Indonesia dalam 5 tahun terakhir. Pada 2022 saja, tercatat ada kenaikan sebesar 12 persen.
"Di Indonesia, tercatat bahwa selama lima tahun terakhir, perusahaan reasuransi mengalami pertumbuhan aset yang signifikan, dengan tingkat pertumbuhan tahunan sebesar 12 persen pada akhir tahun 2022, dengan total aset mencapai Rp34 triliun," ungkap Wahyu dalam IndonesiaRe International Conference 2024, di Jakarta, Kamis (25/7).
Selain itu, peningkatan juga terjadi pada aspek klaim dari reasuransi. Pada tahun yang sama, ada peningkatan 9,6 persen menjadi Rp53,94 triliun di 2022.
"Selain itu, klaim reasuransi juga meningkat sebesar 9,6 persen pada periode yang sama, mencapai Rp53,94 triliun pada tahun 2022," kata dia.
Wahyu menyebut, industri reasuransi perlu diperkuat ke depannya. Sehingga harapannya bisa mengurangi tingkat neraca pembayaran soal reasuransi.
"Kita mempunyai harapan yang besar, bahwa industri reasuransi kita akan mampu memperkuat kapasitas reasuransi dalam negeri, mengurangi defisit neraca pembayaran terkait reasuransi, dan menjamin keberlanjutan industri asuransi Indonesia," paparnya.
Dia mencatat, perusahaan reasuransi tingkat global tengah mengalami perbaikan dan memberikan manfaat bagi pasar asuransi primer. Terutama di tengah tantangan global saat ini. Wahyu pun memastikan, PT Reasuransi Indonesia atau IndonesiaRe turut terlibat.
"Seperti semua perusahaan reasuransi di Indonesia, kami sebagai satu-satunya perusahaan reasuransi BUMN perlu memastikan kualitas manajemen risikonya, keandalan kekuatan finansialnya, dan memastikan bahwa diversifikasi portofolio mereka cukup kuat untuk memenuhi peran memberikan dukungan," kata dia.
Diberitakan sebelumnya, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) menyoroti peluang investasi pada sektor ekonomi hijau dan berklanjutan. Namun, ternyata masih ada sejumlah risiko ketidakpastian yang melingkupinya.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid mengatakan, ada risiko dalam transisi menuju ekonomi hijau dan berkelanjutan. Meski, ada ambisi target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89 persen pada tahun 2030 dan mencapai net zero pada tahun 2060 atau lebih awal.
"Ada risiko terkait upaya transisi mencapai ekonomi hijau dan berkelanjutan. Salah satu contohnya adalah banyaknya kemungkinan investasi dengan tingkat ketidakpastian yang tinggi," ungkap Arsjad dalam IndonesiaRe International Conference 2024, di Jakarta, Rabu (24/7).