Asia Bakal Punya 1.000 Miliuner Dalam 5 Tahun Mendatang
Berdasarkan Wealth Report 2019 yang dikeluarkan oleh konsultan properti Knight Frank yang berbasis di London, mengatakan bahwa Asia memiliki 787 miliuner. Angka ini tentunya melebihi jumlah miliuner Eropa yang hanya mencapai 452 miliuner, sementara di Amerika Utara mencapai 631 miliuner.
Daftar orang terkaya versi Forbes baru saja dirilis, dan China sebagai negara Asia menjadi negara penyumbang miliuner terbanyak di dunia.
Dikutip pada laman CNBC, sebuah laporan yang dirilis pada Rabu lalu menyatakan bahwa jumlah miliuner Asia akan meningkat menjadi 1.000 orang dalam waktu lima tahun mendatang.
-
Apa ide gila Jack Ma yang dicibir orang? "Mereka bilang ini ide paling bodoh yang pernah saya lakukan. Saya tidak peduli, selama orang dapat menggunakannya," kenang Ma.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Siapa orang terkaya di Indonesia? Adapun Prajogo Pangestu seorang pengusaha yang masuk posisi pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan bersih sekitar 55,6 miliar dollar AS atau sekitar Rp862,8 triliun (dalam kurs Rp 15.519 per USD).
-
Siapa saja orang terkaya di Indonesia? Memiliki kekayaan gabungan sebanyak US$ 48 miliar (Rp 744 triliun), Robert Budi dan Michael Hartono bertahan di posisi pertama.
-
Kapan Robert Budi Hartono dan saudaranya menjadi orang terkaya di Indonesia? Pada tahun 2023 ini Hartono bersaudara meraih predikat orang terkaya pertama di Indonesia menurut Forbes, dengan total kekayaan sebesar 47,7 miliar dolar AS.
-
Bagaimana Robert Budi Hartono menjadi orang terkaya di Indonesia? Data terbaru dari Forbes Real Time Billionaires pada 5 Oktober 2023 mengungkapkan bahwa kekayaannya mencapai US$25,2 miliar atau setara dengan Rp393,67 triliun.
Lebih lanjut pada 2023, populasi miliuner dunia diperkirakan akan mencapai 2.696 orang, dan negara-negara Asia menjadi penyumbang sepertiga dari angka tersebut.
Berdasarkan Wealth Report 2019 yang dikeluarkan oleh konsultan properti Knight Frank yang berbasis di London, mengatakan bahwa Asia memiliki 787 miliuner. Angka ini tentunya melebihi jumlah miliuner Eropa yang hanya mencapai 452 miliuner, sementara di Amerika Utara mencapai 631 miliuner.
Laporan tersebut menjelaskan bagaimana pertumbuhan kekayaan para miliuner secara global selama lima tahun mendatang di tengah perang perdagangan yang terjadi antara AS-China, serta Brexit.
Liam Bailey, kepala penelitian global Knight Frank mengatakan bahwa meskipun prospek ekonomi semakin gelap akibat perang perdagangan, namun kekayaan miliuner tetap konstan pada 2019.
Selain itu, berdasarkan laporan tersebut Asia akan mengungguli pertumbuhan miliarder meskipun disaat buruknya perekonomian global. Dari 59 negara yang dianalisis oleh Knight Frank, delapan dari 10 negara populasi miliuner yang tumbuh tercepat berada di negara-negara Asia.
Sebelumnya, laporan miliuner khusus China, Hurun Report, mengungkapkan sebanyak 212 orang China kehilangan status miliuner tahun ini. Akarnya adalah jatuhnya harga di pasar saham.
Mengutip Market Watch, Hurun Report menulis pada tahun 2018 turunnya harga di pasar saham menggerus USD 1 triliun atau Rp 14.000 triliun (USD 1 = Rp 14.069). 212 orangpun kehilangan status miliuner mereka.
Meski begitu, laporan itu mengklaim jumlah miliuner di China masih yang terbanyak di seluruh dunia dengan total 658 miliuner. Sementara, Amerika Serikat (AS) ditulis hanya memiliki 584 miliuner, diikuti Jerman dengan 117 miliuner.
Tak mengejutkan, untung terbesar berada di sektor teknologi, media, dan telekomunikasi. Kemudian diikuti sektor real estate, beragam investasi, manufaktur, dan ritel.
Itu pun tercermin lewat daftar miliarder terkaya di China versi Hurun, yakni Jack Ma dan Ma Huateng yang berasal dari sektor teknologi. Barulah diikuti Xu Jiayin dari sektor properti.
Sebagai catatan, laporan Hurun berbeda dari laporan UBS dan PwC sebelumnya yang menyebut China memiliki 373 miliuner. Selain itu, Hurun juga menyebut miliarder Mukesh Ambani adalah orang terkaya di dunia, berbeda dari laporan orang terkaya Bloomberg dan Forbes.
Laporan itu juga menyebut miliuner asal China terus konsisten muncul karena mendapat uang lewat penawaran harga perdana. Sejumlah miliuner baru China adalah Zhang Yiming pemilik ByteDance (pengembang TikTok) dan Zhan Ketuan yang fokus di sektor penambangan bitcoin.
Jack Ma selalu bisa menarik perhatian dengan nasihatnya yang blak-blakan. Terkini, orang terkaya di China itu tampil pada acara Forum Ekonomi Dunia di Davos dan berbagi nasihat mengenai tidur.
Berbeda dari CEO Apple Tim Cook atau CEO Tesla Elon Musk, mantan guru Bahasa Inggris ini ternyata tidak terlalu workaholic dan menekankan pentingnya tidur nyenyak. Dia pun ogah memusingkan masalah yang membuatnya sulit tidur. "Jika saya tidak cukup tidur, maka masalahnya akan tetap ada. Jika saya tidur, saya punya kesempatan yang lebih baik untuk melawan masalah itu," ujar Jack Ma seperti dikutip situsWorld Economic Forum.
Jack Ma juga mengajak orang-orang yang ingin berbisnis agar jangan khawatir pada kompetisi atau tekanan. Malah, dia menyebut jangan menjadi pebisnis bila takut tekanan. "Dalam bisnis, jangan khawatir pada kompetisi, jangan pernah khawatir pada tekanan. Bila kamu khawatir tekanan, jangan jadi pebisnis," tegas Jack ma.
Ketimbang khawatir, bos Alibaba ini mengajak pebisnis agar menciptakan sesuatu yang bernilai agar tercipta peluang. Kondisi dunia yang penuh kekhawatiran ini dipandang Jack Ma sebagai ladang peluang. "Hari ini seluruh dunia sedang khawatir. Itu artinya ada peluang besar," jelasnya.
Reporter: Ayu Lestari Wahyu Puranidhi
Sumber: Liputan6.com
Baca juga:
Intip Cara Atur Waktu Orang Terkaya di Muka Bumi
Kolektor Mobil Mewah Abu Dhabi Rakit Mobil SUV Nyentrik Berukuran Raksasa
Ini 10 Kota dengan Miliuner Terbanyak di Dunia
4 Anak Orang Terkaya di Indonesia Menikah Sesama Konglomerat
Intip Resep Sukses dari Eddy Sariaatmadja, Orang Terkaya Indonesia 2019 Versi Forbes
Eddy Sariaatmadja, Orang Terkaya RI Versi Forbes Raih Penghargaan Taat Pajak 2019