Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut
Setiap tahun, mereka bisa menghasilkan omzet mencapai Rp66 juta.
Setiap tahun, mereka bisa menghasilkan omzet mencapai Rp66 juta.
Kisah Kelompok Tani di Batang Budidaya Madu Liar, Sempat Alami Pasang Surut
Sore itu hutan Alas Roban di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, baru saja diguyur hujan gerimis. Tak berselang lama, sekelompok peternak lebah madu tiba. Mereka tampak riang.
-
Apa itu Sarang Madu? Honeycomb juga dikenal sebagai sarang madu. Dibuat dari getah madu dengan kadar air yang sedikit, honeycomb memiliki tampilan yang lebih padat dan kaya getah dibandingkan dengan madu biasa. Setiap sel sarang lebah juga mengandung madu murni yang belum mengalami campur tangan manusia saat proses pengambilan dan pengolahan.
-
Apa itu madu teran? Budi daya madu yang cukup terkenal dengan perawatan alami dan selalu mengedepankan kualitasnya, yaitu madu heterotrigona itama atau biasa disebut madu teran khas Bangka Belitung.
-
Dimana madu diolah? Namun anda ternyata bisa membuat makanan olahan madu sendiri di rumah.
-
Di mana madu teran dibudidayakan? Budi daya madu telang sudah tersebar di beberapa titik wilayah Belitung Timur.
-
Mengapa Madu Pelawan pahit? Madu yang biasanya memiliki cita rasa manis, berbeda dengan Madu Pelawan yang cenderung pahit.
-
Kenapa madu teran dibudidayakan di hutan? Tetapi, budi daya madu telang ini berada di sebuah hutan yang dekat dengan bekas aktivitas pertambangan.
Hari itu adalah waktu panen madu yang dihasilkan oleh Lebah Apis Cerana. Jenis lebah ini biasanya tinggal di kawasan hutan hujan tropis. Salah satu lokasi di Pulau Jawa yang menjadi habitat Lebah Apis Cerana adalah Hutan Alas Roban.
Keberadaan Lebah Apis Cerana di Alas Roban dimanfaatkan warga setempat untuk memanen madunya. Biasanya kotak-kotak sarang lebah tergantung pada pohon-pohon karet yang berada di hutan itu.
Casman, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Alam Roban yang berada di Desa Kedawung, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, mengatakan bahwa panen madu liar biasanya dilakukan tiga kali dalam setahun. “Jika cuaca sedang cerah, panen madu selama 1 tahun bisa dilakukan sebanyak 3 kali. Tapi kalau curah hujan tinggi, biasanya produksi agak menurun,” kata Casman dikutip dari Liputan6.com pada Senin (21/8).
Casman mengatakan, proses penyaringan madu di kelompoknya masih terbilang sederhana, terlebih sarang madu di sana terbentuk secara alami. Pertama-tama, sarang lebah diambil dan disaring isinya, kemudian sarang diekstrak kembali sehingga diperoleh madu berkualitas tinggi. Rasa madu yang dihasilkan sudah cukup manis tanpa tambahan gula.
Casman mengatakan bahwa perjalanan KTH Alam Roban dalam beternak madu liar sempat mengalami pasang surut. Namun dari keterpurukan, Casman dan kawan-kawan tidak patah semangat untuk terus memanfaatkan sumber daya yang mereka miliki.
“Awal berdiri kelompok ini di tahun 2013, omzet yang kami peroleh dalam sekali panen terbilang cukup minim. Jumlahnya tak lebih dari Rp5-6 juta. Jadi tak sedikit petani-petani di sini yang menjadikan pekerjaan ini sebagai sampingan serta mengalami penurunan jumlah anggota dari 23 orang menjadi 15 orang,” ujar Casman dikutip dari Liputan6.com.
Sejak tahun 2021, KTH Alam Roban mendapatkan pendampingan dari PT Askrindo. Sejak saat itu, produktivitas KTH Alam Roban terus meningkat. Saat ini, omzet penjualan madu setiap anggota KTH Alam Roban sudah mencapai Rp22 juta. Jika tiap tahun terdapat 3 kali masa panen, maka omzet penjualan madu per tahun mencapai Rp66 juta. Hingga kini, madu liar dengan merek “Madu Mak Lebah” eksis mengikuti pameran. KTH Alam Roban optimistis bisa terus maju dan berkembang secara mandiri agar produk mereka bisa tersebar dan dikenal pada tingkat nasional maupun internasional.