Awal 2017, industri kimia, tekstil & aneka tumbuh 5,16 persen
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit mengatakan, pertumbuhan ini didorong oleh sektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 10,40 persen.
Industri kimia, tekstil dan aneka tercatat tumbuh 5,16 persen di triwulan I-207. Angka ini lebih tinggi dibanding periode sama tahun lalu yang hanya tumbuh 0,05 persen.
Dirjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka (IKTA) Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit mengatakan, pertumbuhan ini didorong oleh sektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar 10,40 persen.
-
Apa yang menunjukkan pertumbuhan industri manufaktur Indonesia? Geliat pertumbuhan ini dapat terlihat dari peningkatan permintaan baru yang menunjukkan aktivitas produksi yang semakin terpacu.
-
Bagaimana Desa Kemudo mengelola limbah industri menjadi produk meubel? Karena limbah palet berasal dari kayu jati yang kokoh, maka pihak BUMDes mencoba mengolahnya menjadi produk meubel seperti wallpaper dinding, kursi, meja, plakat medali, tempat telepon genggam dan lain sebagainya. Produk meubel ini dikerjakan oleh pihak ketiga, dengan pengelolaan yang dilakukan penuh oleh Desa Kemudo.
-
Siapa yang berperan dalam mendorong inovasi dan industri berkelanjutan? Mendorong inovasi dan industri berkelanjutan dapat menciptakan peluang bisnis baru.
-
Bagaimana pertumbuhan industri di Sidoarjo berkontribusi terhadap perekonomian daerah? Pertumbuhan industri di Sidoarjo telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian daerah dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat setempat.
-
Mengapa Desa Kemudo memutuskan untuk mengelola limbah industri? Agar bisa bermanfaat, pihak desa kemudian mengolahnya menjadi kerajinan meubel yang cantik dan mampu diserap pasar.
-
Produk apa yang dihasilkan Desa Kemudo dari pengolahan limbah industri? “Kami mencoba melihat potensi yang ada di Desa Kemudo, yakni dengan adanya limbah kering dari industri,” kata Kepala Desa Kemudo, Hermawan Kristanto, kepada Merdeka.com baru-baru ini.
"Kemudian disusul dengan sektor industri karet, yakni barang dari karet dan plastik sebesar 7,525 dan sektor industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki sebesar 7,41 persen," ucap Sigit di dalam keterangannya di Jakarta, Senin (22/5).
Untuk neraca ekspor impor, Sigit menyebutkan sektor IKTA triwulan I-2017 tahun 2017 mengalami surplus sekitar USD 4,56 miliar, yang dipacu oleh sektor industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia sebesar USD 2,72 miliar. Kemudian sektor industri pakaian jadi sebesar USD 1,84 miliar, industri karet barang dari karet dan plastik sebesar USD 1,57 miliar, Industri Kulit barang dari kulit dan alas kaki sebesar USD 0,99 miliar dan industri pengolahan lainnya atau aneka industri sebesar USD 0,90 miliar.
"Sedangkan untuk sektor industri tekstil defisit USD 0,48 miliar. Industri farmasi obat kimia dan obat tradisional USD 0,19 miliar dan barang galian non logam USD 0,08 miliar," tambahnya.
Secara umum, investasi di dalam negeri untuk sektor IKTA yang paling tinggi adalah industri kimia. Namun, saat ini Kemenperin juga terus memacu pengembangan industri lainnya agar dapat meningkatkan pertumbuhannya masing-masing.
"Kami terus berupaya meningkatkan daya saing dan produktivitas industri agar bisa sama-sama maju dan berkembang," tutup Sigit.
Baca juga:
Kuasai 4,4 persen pasar, RI ekspotir alas kaki terbesar kelima dunia
Nilai ekspor kulit dan barang jadi kulit RI tembus USD 162 juta
Ini masukan pengusaha untuk pemerintah yang batasi impor tekstil
Resmi dibuka, Indobuiltech 2017 diikuti 550 peserta dari 20 negara
Genjot industri tekstil, Kemenperin gelar pameran produk ber-SNI