Banyak lahan pertanian di Timur Indonesia telah beralih fungsi
Pemerintah berharap pengusaha dapat mengembangkan industri olahan untuk memberi nilai tambah produk.
Kementerian Pertanian (Kementan) meminta para investor tidak menggunakan area sawah sebagai lahan pembangun proyek infrastruktur. Pasalnya, yang terjadi saat ini, alih fungsi lahan persawahan sangat tinggi khususnya wilayah Timur Indonesia.
"Tolong jangan sentuh sawah kami. Indikasi ke sana jelas, seluruh pembangunan infrastruktur wilayah Timur sudah merambah ke sawah. Kita ini adalah bangsa kejo, bangsa sego, bangsa nasi. Begitu kita bermain dengan sawah, tumbuhlah kehancuran kita. Tolong jaga sawah kita," ujar Direktur Perluasan dan Pengelolaan Lahan Kementerian Pertanian, Tunggul Iman Panuju di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/5).
Menurutnya, lahan persawahan menjadi salah satu modal unggulan. Terlebih, peluang investasi di Indonesia Timur adalah di sektor perkebunan.
Semisal, kawasan Papua, banyak perkebunan pala yang belum dikembangkan, padahal potensinya besar. Begitu juga dengan perkebunan coklat di Pulau Sulawesi. Meski hanya berkembang sebatas produksi saja, karena belum pada pengolahan.
"Sulawesi sudah dibangun lebih dari 10.000 (hektar) coklat. Kita baru pada level produksi, belum pada level pengolahan. Merujuk pada Singapura, itu kecil, tapi dia sudah bisa mengolah, coklatnya dari Indonesia. Bisakah Kadin Daerah mengambil inisiatif positif dalam mengelola hasil, baik untuk coklat ataupun pala," jelas dia.
Tunggul melanjutkan, peluang investasi lainnya juga di bidang perkebunan sorgum untuk pakan ternak hingga bahan bakar nabati, yang banyak ditemui di provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua, dan Papua Barat. Sayangnya potensi tersebut belum banyak dikembangkan.
"Lalu yang diperlukan adalah alat transportasi ternak. Kami pernah menangkap basah. Betapa ternak sapi diperlakukan tak ada perikehewanan, dilempar, digiring, naikkan lagi. Bisakah bapak membangun pelabuhan khusus untuk ternak," ungkapnya.