Gara-Gara Eksploitasi Tanah, Produksi Beras Indonesia Terancam
Berbagai faktor memperburuk jumlah produksi beras Indonesia yang selalu turun.
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, mengungkapkan ketahanan pangan Indonesia terancam. Ini disebabkan penurunan jumlah produksi dan ancaman penurunan jumlah penduduk yang signifikan dalam 20-25 tahun ke depan.
"Dari sisi pangan Indonesia kita menghadapi masalah-masalah yang besar. Tentunya kita menyadari bahwa jumlah penurunan akan terus bertambah, baik penurunan dunia atau penurunan Indonesia," kata Bayu dalam acara Sarasehan Pertanian Berkelanjutan dan Adopsi Teknologi Modern, Jakarta, Rabu (31/7).
Menurut Bayu, jika tidak ada perubahan signifikan dalam cara-cara produksi pangan saat ini, Indonesia diperkirakan akan mengalami penurunan produksi beras yang akan berdampak pada kenaikan harga.
Meskipun Indonesia dan Vietnam dikenal memiliki produktivitas padi yang tinggi, Bayu menggarisbawahi dalam 10-15 tahun terakhir, produktivitas padi Indonesia mulai stagnan.
Salah satu masalah utama adalah penurunan kesuburan tanah yang disebabkan oleh eksploitasi berlebihan.
"Tanah-tanah kita menghadapi soal getik yang serius dan ini terjadi karena memang eksploitasi yang tinggi," jelasnya.
Tak hanya itu, Dirut Bulog ini juga mengkhawatirkan penurunan jumlah petani, di mana mayoritas petani yang tersisa adalah generasi tua.
Kurangnya minat generasi muda untuk terlibat dalam pertanian memperburuk masalah ini dan menjadi ancaman bagi regenerasi sektor pertanian.
"Jumlah petani ini kita sudah semakin menurun dan di antara jumlah tanah yang masih tersisa, sebagian besar adalah petani yang telah berusia tua. Pertanian tidak lagi menjadi hal yang menarik atau semakin tidak menarik bagi generasi muda atau generasi-generasi yang akan datang," papar dia.
Dalam menghadapi tantangan ini, Bayu menekankan pentingnya pemanfaatan bioteknologi.
Dia menyebut bioteknologi modern telah terbukti meningkatkan produktivitas pertanian secara signifikan.
"Bioteknologi memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Dari tahun 1996 hingga 2018, bioteknologi telah berkontribusi pada peningkatan nilai produktivitas pertanian dengan kenaikan mencapai 222 miliar dollar," tuturnya.
Dia berharap inovasi teknologi dan kebijakan yang tepat dapat membantu Indonesia mengatasi tantangan pangan yang ada dan memastikan ketahanan pangan nasional di masa depan.