Beragam tanggapan pemerintah soal tutupnya Panasonic dan Toshiba
Lebih dari 2.500 karyawan dipastikan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyebut dua perusahaan raksasa elektronik asal Jepang, Panasonic dan Toshiba menutup tiga pabriknya di Indonesia dalam kurun waktu Januari-Maret 2016. Lebih dari 2.500 karyawan dipastikan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Perusahaan elektronik asal negara matahari terbit itu mempunyai enam pabrik. Namun, satu-persatu mulai angkat kaki dalam kurun 10 tahun terakhir.
-
Mengapa Toshiba bangkrut? Kecurangan itu mulai terendus pada 2015. Berikut rentetan awal mula Toshiba terpuruk lalu bangkrut. Dulu, nama Toshiba melambangkan keunggulan dalam dunia elektronik. Televisi, komputer, sistem speaker, dan berbagai barang elektronik lainnya diproduksi oleh perusahaan ini.Maka tak heran, menjadikannya salah satu pilar dominasi industri elektronik Jepang yang disebut "Japan Inc". Namun, setelah 74 tahun berkiprah di bursa saham Tokyo, era gemilang Toshiba telah berakhir.
-
Siapa yang terlibat dalam kecurangan Toshiba? Dilansir dari BBC, Jumat (23/02), mulanya pada tahun 2015, ketika kecurangan akuntansi terungkap di berbagai divisi perusahaan dan melibatkan manajemen tingkat atas. Selama tujuh tahun, Toshiba telah menggelembungkan laba sebesar USD1,59 miliar dan pada tahun 2020 lebih banyak penyimpangan akuntansi yang terungkap. Selain itu, tuduhan-tuduhan terkait tata kelola perusahaan dan pengambilan keputusan pemegang saham juga mencuat. Investigasi tahun 2021 menemukan bahwa Toshiba telah berkolusi dengan kementerian perdagangan Jepang untuk menekan kepentingan investor asing.
-
Kapan Toshiba mulai terpuruk? Kecurangan itu mulai terendus pada 2015. Berikut rentetan awal mula Toshiba terpuruk lalu bangkrut. Dulu, nama Toshiba melambangkan keunggulan dalam dunia elektronik. Televisi, komputer, sistem speaker, dan berbagai barang elektronik lainnya diproduksi oleh perusahaan ini.Maka tak heran, menjadikannya salah satu pilar dominasi industri elektronik Jepang yang disebut "Japan Inc". Namun, setelah 74 tahun berkiprah di bursa saham Tokyo, era gemilang Toshiba telah berakhir.
-
Bagaimana proses Toshiba bangkrut? Dilansir dari BBC, Jumat (23/02), mulanya pada tahun 2015, ketika kecurangan akuntansi terungkap di berbagai divisi perusahaan dan melibatkan manajemen tingkat atas. Selama tujuh tahun, Toshiba telah menggelembungkan laba sebesar USD1,59 miliar dan pada tahun 2020 lebih banyak penyimpangan akuntansi yang terungkap. Selain itu, tuduhan-tuduhan terkait tata kelola perusahaan dan pengambilan keputusan pemegang saham juga mencuat. Investigasi tahun 2021 menemukan bahwa Toshiba telah berkolusi dengan kementerian perdagangan Jepang untuk menekan kepentingan investor asing. Pada tahun 2016, Toshiba dihadapkan pada krisis terkait bisnis nuklirnya setelah unit Amerika, Westinghouse Electric, mengajukan kebangkrutan. Hal tersebut menyebabkan kewajiban lebih dari $6 miliar bagi Toshiba. Perusahaan ini akhirnya menjual beberapa bisnisnya, termasuk telepon seluler, sistem medis, dan barang-barang rumah tangga. Toshiba bahkan terpaksa menjual unit chipnya, Toshiba Memory dalam sebuah kesepakatan yang tertunda karena perselisihan dengan mitranya. Padahal, bisnis chip merupakan salah satu aset paling bernilai bagi Toshiba. Di tengah era di mana perusahaan-perusahaan berinvestasi besar-besaran dalam teknologi dan inovasi masa depan, Toshiba justru terpaksa menjual asetnya untuk mendapatkan uang tunai. Meskipun berhasil mendapatkan suntikan dana sebesar $5,4 miliar pada tahun 2017 dari investor asing, hal tersebut berarti pemegang saham memiliki lebih banyak pengaruh pada perusahaan. Setelah perdebatan panjang, Toshiba membentuk sebuah komite untuk menjajaki kemungkinan menjadikan perusahaan tersebut perusahaan swasta. Pada Juni 2022, Toshiba menerima delapan proposal pembelian, termasuk dari sekelompok investor Jepang yang dipimpin oleh Japan Investment Corp (JIC) yang didukung negara senilai $14 miliar. Rencana masa depan Toshiba dengan pemilik baru masih belum jelas. Namun, layanan digital dengan margin tinggi kemungkinan akan menjadi fokus utama. JIC memiliki rekam jejak dalam mengembangkan bisnis dari pabrikan besar, seperti divisi laptop Sony dan unit kamera Olympus. Meskipun demikian, proses restrukturisasi ini bukanlah perkara mudah. Toshiba bukan hanya sebuah perusahaan elektronik biasa dengan sejumlah 106.000 karyawan dan beberapa operasi yang dianggap penting untuk keamanan nasional, langkah-langkah selanjutnya perusahaan ini akan menjadi sorotan bagi banyak pihak yang terlibat.
-
Apa yang terjadi pada Toshiba setelah menjual unit chipnya? Toshiba bahkan terpaksa menjual unit chipnya, Toshiba Memory dalam sebuah kesepakatan yang tertunda karena perselisihan dengan mitranya. Padahal, bisnis chip merupakan salah satu aset paling bernilai bagi Toshiba. Di tengah era di mana perusahaan-perusahaan berinvestasi besar-besaran dalam teknologi dan inovasi masa depan, Toshiba justru terpaksa menjual asetnya untuk mendapatkan uang tunai. Meskipun berhasil mendapatkan suntikan dana sebesar $5,4 miliar pada tahun 2017 dari investor asing, hal tersebut berarti pemegang saham memiliki lebih banyak pengaruh pada perusahaan. Setelah perdebatan panjang, Toshiba membentuk sebuah komite untuk menjajaki kemungkinan menjadikan perusahaan tersebut perusahaan swasta. Pada Juni 2022, Toshiba menerima delapan proposal pembelian, termasuk dari sekelompok investor Jepang yang dipimpin oleh Japan Investment Corp (JIC) yang didukung negara senilai $14 miliar. Rencana masa depan Toshiba dengan pemilik baru masih belum jelas. Namun, layanan digital dengan margin tinggi kemungkinan akan menjadi fokus utama. JIC memiliki rekam jejak dalam mengembangkan bisnis dari pabrikan besar, seperti divisi laptop Sony dan unit kamera Olympus. Meskipun demikian, proses restrukturisasi ini bukanlah perkara mudah. Toshiba bukan hanya sebuah perusahaan elektronik biasa dengan sejumlah 106.000 karyawan dan beberapa operasi yang dianggap penting untuk keamanan nasional, langkah-langkah selanjutnya perusahaan ini akan menjadi sorotan bagi banyak pihak yang terlibat.
-
Kapan Toyota dan Astra mendirikan perusahaan patungan? Akhirnya Astra berjodoh dengan Toyota, yang dirayakan mendirikan perusahaan patungan: PT Toyota Astra Motor pada 12 April 1971 dengan kepemilikan saham Astra 51%.
"Jadi tidak ada lagi pabrik Toshiba. Yang ada Toshiba memproduksi printer di Batam tapi skalanya kecil. Nah, yang tutup ini adalah pabrik televisi Toshiba terbesar di Indonesia, selain di Jepang," kata Iqbal di Jakarta, Selasa (2/2).
Iqbal menegaskan manajemen Toshiba sepakat untuk menutup produksinya pada April 2016. Untuk itu, Said tengah melakukan negosiasi pesangon yang diwajibkan pemerintah.
"Dalam 10 tahun terakhir, ada 13 perusahaan Panasonic di Indonesia. Sebelumnya ada Panasonic komponen sudah ditutup, sekarang tinggal tiga, yakni Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI), Panasonic Energy Indonesia yang produksi baterai dan Panasonic Healthcare yang produksi alat kesehatan," kata dia.
Panasonic membenarkan pabrik elektroniknya di Indonesia bakal hengkang. Namun, Panasonic bakal mengembangkan industri lampu dengan menggabungkan atau merger dua unit usaha yang terdiri dari tiga pabrik di Indonesia.
"Penggabungan pabrik ini merupakan strategi Panasonic dalam mengantisipasi kemajuan teknologi dan perkembangan pasar terhadap produk lampu LED (Light emitting diode), sehingga lebih fokus pada produksi yang memberikan nilai tambah bagi industri," ujar Presiden Direktur Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI) a di Jakarta, Rabu (3/2).
Untuk itu, kata dia, penggabungan tersebut merupakan murni masalah teknologi, bukan masalah perburuhan sebagai pihak yang terdampak karena terjadinya merger. Penggabungan harus dilakukan semata-mata bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi serta merespon perkembangan teknologi perlampuan serta tren permintaan pasar.
Suganuma menjelaskan, Panasonic di Indonesia sebelumnya memiliki dua unit bisnis manufaktur di bidang perlampuan, yaitu PT Panasonic Lighting Indonesia (PESLID) di Pasuruan, Jawa Timur dengan memproduksi lampu hemat energi. Sedangkan, PT Panasonic Gobel Eco Solution Manufacturing Indonesia (PESGMFID) di Cikarang dan Cileungsi Bogor, memproduksi luminer LED untuk pasar domestik dan ekspor, serta juga stop kontak dan kotak kontak.
Hengkangnya dua perusahaan elektronik raksasa asal Jepang ini membuat pemerintah tak ambil pusing. Berikut respon pemerintah soal tutupnya Panasonic dan Toshiba seperti dirangkum merdeka.com:
BKPM tak tahu Panasonic dan Toshiba hengkang
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Franky Sibarani tak banyak bicara menanggapi bangkrutnya dua perusahaan elektronik raksasa asal Jepang yaitu Panasonic dan Toshiba. Franky mengaku belum mengetahui berita penutupan pabrik dan hengkangnya perusahaan elektronik tersebut.
"Kami harapkan ada pelaporan (penutupan pabrik). Bagi kami, mereka tutup tentu ada keharusan (pelaporan). Setidaknya juga kalau ada perkembangan atau perluasan izin prinsip kami tahu," ujar Franky di kantornya, Jakarta, Rabu (3/1).
Tak mau bicara banyak, Franky kemudian berjanji akan terus berupaya memperbaiki iklim investasi dengan berbagai kebijakan yang memudahkan investor menanamkan modalnya di Tanah Air.
"Awal tahun ini industri elektronik meningkat secara nilai izin investasi (izin prinsip) sebesar 60 persen," jelas dia.
Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menyebut dua perusahaan raksasa elektronik asal Jepang, Panasonic dan Toshiba menutup tiga pabriknya di Indonesia dalam kurun waktu Januari-Maret 2016. Lebih dari 2.500 karyawan dipastikan menjadi korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Perusahaan elektronik asal negara matahari terbit itu mempunyai enam pabrik. Namun, satu-persatu mulai angkat kaki dalam kurun 10 tahun terakhir.
"Jadi tidak ada lagi pabrik Toshiba. Yang ada Toshiba memproduksi printer di Batam tapi skalanya kecil. Nah, yang tutup ini adalah pabrik televisi Toshiba terbesar di Indonesia, selain di Jepang," kata Iqbal di Jakarta, Selasa (2/2).
Iqbal menegaskan manajemen Toshiba sepakat untuk menutup produksinya pada April 2016. Untuk itu, Said tengah melakukan negosiasi pesangon yang diwajibkan pemerintah.
"Dalam 10 tahun terakhir, ada 13 perusahaan Panasonic di Indonesia. Sebelumnya ada Panasonic komponen sudah ditutup, sekarang tinggal tiga, yakni Panasonic Manufacturing Indonesia (PMI), Panasonic Energy Indonesia yang produksi baterai dan Panasonic Healthcare yang produksi alat kesehatan," kata dia.
Kemenperin: Panasonic tanggung jawab nasib karyawan
Kementerian Perindustrian mengaku telah menerima laporan terkait kondisi bisnis Panasonic dan Toshiba yang menutup pabriknya dan hengkang dari Indonesia.
"Laporan sudah ada, tapi saya tidak berani ngomong, biar industrinya dulu ngomong. Semua kan harus sesuai fakta," kata Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan seperti ditulis Antara di Jakarta, Rabu (3/2).
Putu menyampaikan ilustrasi bahwa sebuah industri, khususnya elektronik, akan sangat bergantung pada kebutuhan dan perkembangan teknologi. Misalnya, Putu mencontohkan, pabrik walkman pada masanya sangat jaya, karena digunakan untuk memutar musik dengan kaset di mana saja.
Kemudian, teknologi berkembang, hingga pada akhirnya lagu-lagu yang ingin didengarkan bisa disimpan dalam bentuk Universal Serial Bus (USB) atau lainnya.
"Dengan demikian, apa kita bisa memaksa pabrik walkman untuk tidak tutup, tentu tidak bisa, karena pasarnya sudah bergeser," ujar Putu
Putu berharap Panasonic maupun Toshiba tidak memecat karyawannya. Perusahaan memiliki kewajiban untuk melatih mereka agar bisa membuat produk yang sesuai dengan perkembangan teknologi.
Dalam hal ini, Putu meyakini bahwa hal yang sama juga akan dilakukan perusahaan raksasa elektronik Panasonic.
"Belum tentu PHK, Panasonic adalah perusahaan besar, terhormat, dia punya cara," pungkasnya.
JK: Ancaman PHK meningkat karena Panasonic dan Toshiba
Wakil Presiden, Jusuf Kalla angkat bicara terkait bisnis Panasonic dan Toshiba di Indonesia. Sepengetahuan JK, Panasonic akan menggabungkan operasional pabrik dari semula tiga menjadi hanya dua pabrik. Sedangkan Toshiba akan mengubah fokus bisnisnya ke produksi chip dan nuklir. Dampaknya, pabrik televisi Toshiba di Indonesia akan ditutup.
Perubahan operasional pabrik kedua perusahaan elektronik tersebut akan berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) ribuan karyawan kedua perusahaan.
"Sebenarnya Nasional (Panasonic) malah membesarkan, tapi saya tidak tahu di mananya. Tapi kan itu Gobel (Rachmat Gobel) kan di sini (Indonesia), jadi itu kan Nasional Panasonic saya pikir masih oke saja. saya tidak tahu di sebelah mananya, mungkin ada bagian tertentu yang bersaing kan ada produksinya bermacam-macam kulkas. mungkin ada bagian tertentu yang sulit bersaing, tutup tidak semua," papar JK di kantornya, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (3/2).
Diakui JK, perubahan operasional pabrik tersebut menimbulkan ancaman PHK, namun pemerintah terus bergerak agar sektor industri terus tumbuh di tengah kondisi perekonomian yang masih belum stabil.
"(Ancaman PHK?) Ya pasti ada saja. kita usahakan ekonomi tumbuh lebih baik," ucap JK.
Menurut JK, saat ini upaya pemerintah dalam menggerakkan perekonomian Indonesia sudah masuk pada tahap sektor manufaktur.
"Sekarang sudah masuk manufaktur sudah ada yang masuk bahan baku," tutur JK.
Beberapa perusahaan di berbagai sektor sudah angkat tangan menghadapi kondisi perekonomian saat ini, antara lain perusahaan minyak Chevron Indonesia yang ingin memangkas sekitar 1.200 pegawainya dan Ford Indonesia yang memutuskan untuk hengkang dari Indonesia.
BKPM: Panasonic dan Toshiba mundur bukan karena produk China
Dua perusahaan elektronik asal Jepang, Panasonic dan Toshiba bakal hengkang dari Indonesia pada April 2016. Alasannya, produk-produk kedua perusahaan tersebut mulai tak laku lagi di pasaran.
Toshiba bakal tutup pabrik terbesarnya di Cikarang, Jawa Barat. Sementara, Panasonic juga tak lagi mengoperasikan pabriknya di Pasuruan, Jawa Timur.
Untuk Toshiba hanya tinggal menyisakan investasi di Indonesia berupa pabrik printernya yang berlokasi di Batam. Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani mengatakan banyaknya pabrikan asal Jepang yang hengkang dari Indonesia ini bukan disebabkan karena kalah dari produk-produk China yang membanjiri pasar.
"Sisi kompetisi mereka produknya kalah dengan produk China tapi bukan berarti mati, mereka switch produk lain," ujar dia di kantornya, Jakarta, Rabu (3/1).
Menurut Franky, secara umum industri elektronik masih mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan. Terlihat, dari investasi sektor industri manufaktur yang mencapai Rp 90 triliun tahun lalu.
"Investasi di sektor manufaktur sebesar Rp 90 triliun atau tumbuh 164 persen dibandingkan dengan periode sebelumnya, komitmen di industri manufaktur tersebut porsinya 43 persen dari total investasi yang masuk di seluruh sektor," kata dia.