Berkah Bantu Palestina: Awalnya Cuma Jualan di Pinggir Jalan, Kini Syahroni Punya 2.200 Outlet Fried Chicken Terkenal
Berawal dari pinjam gerobak bekas kini Syahroni punya lebih dari 2.200 outlet ayam goreng tepung.
Berawal dari pinjam gerobak bekas kini Syahroni punya lebih dari 2.200 outlet ayam goreng tepung.
- Sosok Wanita Paruh Baya Penjual Nasi Rames Keliling Melongo Melihat Tanboy Kun Makan Nambah Terus
- Pergi ke Toko buat Beli Makan Keluarganya, Anak 7 Tahun di Gaza Wafat Dibom Israel & Hanya Bisa Dikenali Sang Ayah dari Pakaiannya
- Plt Kadisdik Jakarta Sebut Siswi SMP Tidak Sengaja Ejek Anak Palestina: Biasa Bercanda
- Kisah Warga Palestina di Bogor Buka Warung Kebab Pakai Resep Asli Palestina, Dulu Beri Gratis karena Tak Laku Kini Ludes 400 Porsi Sehari
Berkah Bantu Palestina: Awalnya Cuma Jualan di Pinggir Jalan, Kini Syahroni Punya 2.200 Outlet Fried Chicken Terkenal
Awalnya Cuma Jualan di Pinggir Jalan, Kini Syahroni Punya 2.200 Outlet Fried Chicken Terkenal
Syahroni dan Tri Sundari, sepasang suami istri yang merintis hidupnya dengan usaha ayam goreng tepung merek D'Fresto.
Berawal dari pinjam gerobak bekas hingga mampu buka lebih dari 2.200 outlet.
Dalam wawancara yang diunggah dalam akun YouTube Pecah Telur, Syahroni menceritakan perjalanan bisnisnya yang dimulai sejak 2013 di kampung halaman istri, Pontianak, Kalimantan Barat.
Usaha tersebut mereka bangun untuk mencukupi kehidupannya di tengah rendahnya Upah Minimum Regional (UMR) di Pontianak.
“Pulang ke kampung mertua itu gimana caranya tetap bisa makan kan. Karena kerja waktu itu di Pontianak UMR-nya ya enggak masuk. Kita merasa pindah ke Pontianak begitu dapat gaji di bawah sejuta itu berat,” ungkap Syahroni dalam tayangan di akun YouTube Pecah Telur, dikutip Jumat (1/3).
Awalnya Syahroni menjual ayam goreng tepung dengan gerobak di pinggir jalan. Usahanya tak berjalan mulus.
Enam bulan pertama masih jarang orang yang membeli olahan ayam goreng yang dijual.
Namun seiring berjalannya waktu, mereka mulai mendapatkan banyak pelanggan karena rasa yang cocok dengan harga terjangkau.
“Setengah tahun tuh baru agak banyak banyak pelanggan banyak nyari ternyata cocok rasanya harganya terjangkau,” kata Syahroni.
Tingginya permintaan, membuat dia Syahroni membuka beberapa cabang. Setelah mampu membuka 4 cabang ia mendapatkan ujian.
Berbagai masalah muncul mulai dari peringatan satpol PP hingga gerobak dagangannya diangkut dan ia dibawa ke markas untuk disidang.
“Suatu hari sudah disurati Pol PP enggak boleh jualan sini lagi," kata Syahroni.
Dia mengaku, teguran sejenis sudah sering didapat. Namun diabaikan karena dia tidak tahu harus pindah ke mana.
Hingga akhirnya, gerobak jualan Syahroni diangkut petugas Satpol PP.
"Di sidang diputuskan kita kalau enggak bayar denda harus penjara,” kata Syahroni.
Peristiwa itu menjadi awal mula kegagalan usahanya. Awalnya dia hanya menutup dua cabang usaha.
Namun ternyata dua lainnya tidak mampu bertahan. Hingga akhirnya Syahroni bangkrut dan memutuskan untuk kembali ke Jakarta.
Mereka memulai kehidupannya dengan mengorbankan cincin pemberian ibunya. Namun hasil dari menjual cincin tidak semua digunakan.
Sebagian disumbangkan untuk korban Palestina. Meski hidup serba pas-pasan, Syahroni mengaku hidupnya jauh lebih baik setelah mendonasikan uang untuk kemanusiaan.
“Separuhnya bawa pulang untuk kita makan beli telur beli beras separuh itu akhirnya kita transfer ke KNRP, rekening Palestina," kata Syahroni.
Kisah ini menjadi pemicu semangat mereka untuk memberikan kontribusi lebih besar pada masyarakat. Syahroni memulai kembali hidupnya dengan bekerja di peternakan.
Setelah bekerja selama satu bulan, ia menyadari masih banyak orang di luar sana yang membutuhkan pekerjaan.
Pada 2017 ia kembali membuka usaha dengan bermodal THR dari tempat kerjanya. Tidak hanya memikirkan profit saja, usaha tersebut dibangun dengan niat untuk membantu orang menjadi mandiri dan bermanfaat untuk orang lain.
"Kita merubah niat kita bahwa ketika kita membangun bisnis ini kita untuk membantu membuat orang itu menjadi Mandiri gitu ya terus kemudian dia Minimal dia bisa menghidupi anak dan istrinya bukan serta-merta profit di kita saja,"
ungkap Syahroni.
Pada 2018 hanya ada belasan orang yang bekerja sama dengannya. Kemudian 2019 meningkat hingga 50 lebih pekerja.
Mudahnya sistem franchise dan cicilan untuk para mitra yang bergabung menjadi awal mula usahanya berkembang pesat.
Dibalik sulitnya masa pandemi pada 2021 yang menyebabkan banyak orang mendapat PHK, D’Fresto justru menolong mereka untuk mendapatkan pekerjaan baru.
Dengan merek yang sudah cukup terkenal di Tangerang usahanya tersebut berkembang mencapai 800 titik.
“Begitu pandemi 2021 kita hitungnya dari 200 itu jadi 800 titik, artinya empat kalinya ya langsung eksponensial,” ungkap Syahroni.
Niat usaha untuk memberikan manfaat bagi banyak orang benar-benar tercapai. D’Fresto mampu memberikan lapangan kerja baru bagi yang membutuhkan pekerjaan.
Kini mereka berharap di tahun ini usahanya dapat berkembang 2 kali lipat karena wilayah usahanya yang sudah makin lebar.
Selain itu juga D’Fresto mampu menyerap tenaga kerja dan membuat hidup orang lebih baik.