BI: Inflasi Maret 2022 Masih Aman di Tengah Peningkatan Permintaan Domestik
Inflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan bensin, karena penyesuaian harga LPG non subsidi dan BBM non subsidi, serta inflasi angkutan udara seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat.
Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Maret 2022 atau inflasi sebesar 0,66 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi IHK Maret 2022 tercatat 2,64 persen (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 2,06 persen (yoy).
Kendati begitu, inflasi inti tetap terjaga di tengah permintaan domestik yang mulai meningkat. Stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi keuangan di Indonesia? Sebagai bank yang berfokus pada pemberdayaan UMKM, BRI memiliki jutaan database nasabah, baik simpanan maupun pinjaman. Ini menyebabkan BRI terpapar risiko data privacy breach dan cyber security system.
-
Bagaimana Bank Indonesia memperkuat ketahanan eksternal dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan? "Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dalam memperkuat ketahanan eksternal sehingga dapat menjaga stabilitas perekonomian dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," tegas dia.
-
Bagaimana inflasi mempengaruhi nilai investasi? “Inflasi juga dapat memengaruhi nilai tukar. Negara-negara dengan tingkat inflasi rendah biasanya mengalami apresiasi nilai mata uang dibandingkan negara-negara dengan inflasi yang lebih tinggi,” ujar Kar Yong Ang.
-
Kapan inflasi terjadi? Inflasi terjadi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami kenaikan yang terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu hingga mengurangi daya beli uang.
-
Bagaimana BRI meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia? Melalui Holding Ultra Mikro dengan BRI sebagai induk, bersama PT Pegadaian, dan PT Permodalan Nasional Madani (PNM), perseroan secara grup berupaya meningkatkan inklusi dan literasi keuangan di Indonesia.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
"Sementara itu, inflasi kelompok volatile food meningkat terutama dipengaruhi kenaikan inflasi minyak goreng seiring penyesuaian Harga Eceran Tertinggi (HET)," kata Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dalam paparan pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 April 2022, Selasa (19/4).
Inflasi kelompok administered prices dipengaruhi oleh inflasi bahan bakar rumah tangga dan bensin, karena penyesuaian harga LPG non subsidi dan BBM non subsidi, serta inflasi angkutan udara seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat.
"Inflasi 2022 diperkirakan tetap terkendali dalam sasaran 3 persen lebih kurang 1 persen sejalan dengan masih memadainya sisi penawaran dalam merespons kenaikan sisi permintaan, tetap terkendalinya ekspektasi inflasi, stabilitas nilai tukar Rupiah, serta respons kebijakan yang ditempuh Bank Indonesia dan Pemerintah," katanya.
Waspadai Sejumlah Risiko
Oleh karena itu, Bank Indonesia terus mewaspadai sejumlah risiko inflasi, terutama dampak kenaikan harga energi dan pangan global. Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID) guna menjaga inflasi IHK dalam kisaran sasarannya.
"Koordinasi dengan pemerintah tersebut juga diperkuat untuk menjaga stabilitas harga selama bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriyah," ucapnya.
Perry menyampaikan, nilai tukar Rupiah bergerak stabil selama bulan April 2022 ditopang berlanjutnya pasokan valas domestik, aliran masuk modal asing, dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian domestik, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih berlangsung.
"Dengan perkembangan tersebut, Rupiah sampai dengan 18 April 2022 tercatat depresiasi sekitar 0,70 persen dibandingkan dengan level akhir 2021, relatif lebih rendah dibandingkan depresiasi dari mata uang sejumlah negara berkembang lainnya, seperti Thailand 0,77 persen, Malaysia 2,10 persen, dan Filipina 2,45 persen," ujar Perry.
Ke depan, stabilitas nilai tukar Rupiah diperkirakan tetap terjaga didukung oleh kondisi fundamental ekonomi Indonesia yang tetap baik, terutama oleh lebih rendahnya defisit transaksi berjalan.
"Bank Indonesia akan terus memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan fundamental ekonomi," pungkasnya.
(mdk/idr)