BI Sebut Rupiah Masih Berpotensi Menguat Terhadap USD
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah, mengatakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) masih berpotensi menguat. Hal ini karena tekanan yang terjadi sepanjang 2018 mulai mereda.
Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsah, mengatakan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) masih berpotensi menguat. Hal ini karena tekanan yang terjadi sepanjang 2018 mulai mereda.
"Kecenderungannya bisa menguat karena faktor 2018 yang timbulkan tekanan sekarang sudah mereda," ujarnya di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (5/3).
-
Kenapa Bank Indonesia mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
-
Bagaimana redenominasi rupiah dilakukan di Indonesia? Nantinya, penyederhanaan rupiah dilakukan dengan mengurangi tiga angka nol di belakang, contohnya Rp 1.000 menjadi Rp 1.
-
Apa yang dijelaskan oleh Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengenai redenominasi rupiah? Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, implementasi redenominasi rupiah ini masih menunggu persetujuan dan pertimbangan berbagai hal.
-
Bagaimana Bank Indonesia memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah tetap berjalan? Bank Indonesia pun memastikan bahwa rencana redenominasi rupiah atau Rp1.000 ke Rp1 masih terus berjalan. Bahkan, Bank Indonesia sudah siap dengan skenario dalam penerapan redenominasi rupiah ini.
-
Apa manfaat utama dari Redenominasi Rupiah untuk mata uang Indonesia? Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyatakan manfaat utama dari redenominasi rupiah adalah untuk mempertahankan harkat dan martabat rupiah di antara mata uang negara lain.
-
Siapa yang memimpin rencana redenominasi rupiah di Indonesia? Rencana penyederhanaan mata uang telah digulirkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI) melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024.
"Masalah sengketa dagang, kenaikan suku bunga fed tinggal brexit yang belum selesai. Lalu beberapa hal yang terkait geopolitik risk juga tidak sebesar dulu," sambungnya.
Nanang mengatakan, selain karena tekanan global yang mulai mereda, nilai tukar Rupiah saat ini juga masih terlalu murah atau undervalue. "Jadi hemat saya kecenderungannya masih ada ruang untuk menguat, sebab Rupiah masih undervalue," jelasnya.
Meski demikian, kata Nanang, pasar saat ini masih terus memantau hasil perundingan perang dagang antara Amerika Serikat dengan China yang sebenarnya sudah memberi sinyal positif.
"Pasar sedang menunggu hasil negosiasi pembicaraan perdagangan AS dan China yang memang sebetulnya sudah memberikan arah positif. Kalau dari sisi sentimen global sudah bagus dan The Fed berikan signal lebih dovish cuma memang kan di kita ada kebutuhan impor," tandasnya.
Baca juga:
Ekspektasi Kesepakatan Perang Dagang Buat Rupiah Melemah ke Rp 14.146 per USD
Rupiah Melemah ke Level Rp 14.141 per USD
Awal Pekan, Rupiah Melemah ke Level Rp 14.147 per USD
Rupiah Bergerak Melemah ke Level Rp 14.068 per USD
Rupiah Menguat Tipis di Level Rp 13.989 per USD
Nilai Tukar Rupiah Dibuka Menguat Tipis di Rp 13.995 per USD