Biaya Hidup Tinggi Bikin Generasi Muda di Negara Maju Tunda Pernikahan
Fenomena waithood atau menunda pernikahan atau menunda memiliki anak dalam sebuah rumah tangga banyak terjadi di negara maju. Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri mencoba membedah fenomena tersebut dari sudut pandang teori ekonomi melalui konsep permintaan atau opportunity cost.
Fenomena waithood atau menunda pernikahan atau menunda memiliki anak dalam sebuah rumah tangga banyak terjadi di negara maju. Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri mencoba membedah fenomena tersebut dari sudut pandang teori ekonomi melalui konsep permintaan atau opportunity cost.
Menurut Chatib, di negara maju memiliki membutuhkan pengorbanan yang besar. Dia mencontohkan di sebuah negara maju, pasangan suami istri memiliki pekerjaan dan masing-masing memiliki pendapatan.
-
Kapan Diah Permatasari dan suaminya menikah? Mereka mengucapkan janji suci pada tanggal 5 April 1997. Kini, mereka telah menikah selama 24 tahun dan diberkati dengan kedua anak mereka.
-
Apa yang ditanam oleh petani milenial ini? Aksin saat ini bertani Pepaya California dengan masa tanam hingga panen selama tujuh bulan.
-
Kapan Dastia Prajak menikah? Dastia Prajak mengakhiri masa lajangnya pada Maret 2021.
-
Kapan Achmad Megantara menikah? Achmad Megantara menikah dengan Asri Faradila pada 22 Januari 2022.
-
Kenapa Hari Lanjut Usia Nasional penting? Pada hari tersebut, peran dan kontribusi dari para lanjut usia diharapkan dapat memperoleh apresiasi. Sebab, para lanjut usia di Indonesia memang memiliki kiprah penting bagi kemajuan bangsa dan tanah air. Di antaranya seperti mempertahankan kemerdekaan, mengisi pembangunan, hingga memajukan peradaban bangsa.
-
Kapan Krisjiana Baharudin dan Siti Badriah menikah? Lima tahun telah berlalu sejak Krisjiana dan Siti Badriah menikah.
Jika pasangan tersebut memutuskan memiliki anak, maka salah satu dari mereka harus berhenti bekerja agar bisa merawat anak. Artinya pendapatan mereka akan berkurang karena salah satunya tidak lagi bekerja.
"Akibatnya ada pendapatan yang hilang atau foregone income," kata Chatib dalam video di akun instagramnya @chatibbasri, dikutip Kamis, (29/12).
Kondisi tersebut merupakan cerminan dari opportunity cost atau pengorbanan yang harus dilakukan jika memiliki anak. Ini juga sekaligus cerminan dari harga untuk memiliki anak. "Jika harganya relatif mahal, maka permintaan terhadap anak akan mengalami penurunan," kata dia.
Situasi sebaliknya terjadi di negara berkembang. Biasanya di negara berkembang masyarakat sulit memiliki pekerjaan. Maka dalam sebuah rumah tangga tidak jarang salah satunya tidak bekerja, baik itu suami atau istri.
"Di negara berkembang karena kesulitan mencari pekerjaan maka ada kemungkinan apakah istri atau suami tidak punya pekerjaan," kata dia.
Akibatnya, jika rumah tangga tersebut memutuskan memiliki anak, maka risiko pendapatan yang hilang pun relatif kecil. Sehingga pengorbanan punya anak relatif kecil dan harga anak juga relatif kecil.
"Pengorbanan punya anak relatif kecil sehingga harga anak juga relatif kecil. Akibatnya permintaan terhadap anak mengalami peningkatan," pungkasnya.
Baca juga:
Kemenko PMK Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini Kesehatan Mental pada Milenial
Data AFPI: 60 Persen Generasi Millenial Doyan 'Ngutang' di Fintech
Sri Mulyani Minta Milenial Tak Terlena Janji Manis Indonesia Maju 2045
Ganjar dan MUI Kolaborasi Bentuk Generasi Muda Anti Narkoba
Berebut Suara Generasi Z di Pemilu 2024
Generasi Muda Indonesia Diingatkan untuk Menghargai Waktu