Biaya Melintas di Terusan Panama Naik dari Rp6 Miliar Jadi Rp37 Miliar, Ternyata Ini Penyebabnya
Dengan kondisi ini, para pelaut harus merogoh kocek atau biaya lebih mahal untuk melintas di Terusan Panama.
Rendahnya debit air membuat jumlah kapal yang akan menyerang dibatasi dan membuat antrean panjang kapal selama beberapa bulan terakhir.
- Pendapatan Terusan Panama Tembus Rp47 Triliun dalam Setahun, Kini Hadapi Situasi Kritis
- Sejarah Pembangunan Terusan Panama, Pembelah Dua Benua Telan 30.000 Nyawa
- Pelaut Asal Indonesia Ini Ceritakan Pengalamannya Lintasi Terusan Panama, Sekali Lewat Bayar Rp5 Miliar
- Fantastis! Kapal-Kapal Ini Harus Bayar Rp37 Miliar untuk Sekali Melintas di Terusan Panama
Biaya Melintas di Terusan Panama Naik dari Rp6 Miliar Jadi Rp37 Miliar, Ternyata Ini Penyebabnya
Biaya Melintas di Terusan Panama Naik dari Rp6 Miliar Jadi Rp37 Miliar, Ternyata Ini Penyebabnya
Kekeringan ekstrem terjadi di sepanjang Terusan Panama yang mengakibatkan turunnya level ketinggian air.
Rendahnya debit air membuat jumlah kapal yang akan menyerang dibatasi dan membuat antrean panjang kapal selama beberapa bulan terakhir.
Dengan kondisi ini, para pelaut harus merogoh kocek atau biaya lebih mahal untuk melintas di Terusan Panama.
Jika biasanya tarif normal sekali melintas terusan Panama dipatok USD400.000 atau setara Rp6,17 miliar, pada musim kali ini dibanderol Rp37 miliar.
Terusan Panama menjadi jalur penting bagi perdagangan global, yang menangani lebih dari setengah miliar ton kargo setiap tahunnya, kemacetan di terusan tersebut mempunyai implikasi yang signifikan terhadap industri pelayaran.
Mengutip The Economic Times, otoritas terusan Panama kemudian menerapkan sistem lelang yang memungkinkan kapal kargo dapat "memotong jalur antrean" dengan membayar biaya yang besar.
The Economic Times menulis dalam kondisi darurat itu, otoritas Terusan Panama mematok tarif USD2.4 juta atau setara Rp37 miliar.
Biaya yang sangat besar ini dibayarkan untuk menjamin transit yang lebih cepat bagi kapal pengangkut bahan bakar gas cair.
Tingginya tarif tentu akan berdampak terhadap perdagangan global. CEO Avance Gas, Oystein Kalleklev, mencatat bahwa biaya operasionalnya mengalami peningkatan drastis bahkan mendekati USD3 juta. Namun dia mengatakan, tidak ada pilihan lain untuk memastikan pelayaran kapal mereka tepat waktu
Rekor biaya yang tinggi ini, menggambarkan situasi buruk yang dihadapi perusahaan pelayaran ketika mereka bergulat dengan dampak kekeringan.
Ketika perusahaan pelayaran harus membayar biaya yang sangat tinggi untuk mengatasi kemacetan, situasi ini menimbulkan kekhawatiran mengenai keberlanjutan industri pelayaran, dan perlunya solusi alternatif untuk mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh fenomena alam dan gangguan terkait iklim.