BNI Perkuat Fundamental dan Gulirkan Transformasi Bisnis 2021
Bank BUMN ini akan fokus pada top tier korporasi internasional, bisnis komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada rantai nilai nasabah korporasi dan ekosistem.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI akan memperkuat fundamental dan menggulirkan transformasi bisnis agar bank BUMN ini tetap tumbuh berkelanjutan menyambut tahun 2021.
"Kami optimis kinerja BNI 2021 akan lebih baik dari 2020," kata Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam jumpa pers virtual pemaparan kinerja 2020 di Jakarta, Jumat (29/1).
-
Kapan BNI meluncurkan hibank? Silvano melanjutkan, perseroan meluncurkan hibank sebagai solusi untuk menggarap sektor UMKM yang lebih dinamis.
-
Kapan penandatanganan kerja sama BNI dan Bank Lampung dilakukan? Acara penandatanganan kerja sama tersebut dilakukan antara Division Head Card Business BNI Grace Situmeang bersama Direktur Utama Bank Lampung Presley Hutabarat, di Menara BNI, Jakarta, Kamis (7/9).
-
Bagaimana BNI bertransformasi menjadi Bank Negara Indonesia 1946? Berdasarkan UU Nomor 17 tahun 1968, BNI resmi bertransformasi. BNI ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946.
-
Mengapa BNI meluncurkan hibank? Silvano menyebutkan, potensi UMKM di Indonesia sangat besar. “UMKM ini bersifat informal, akses pembiayaan masih sangat terbatas, perbankan perlu hadir, itulah sebabnya kita perlu tahu bahwa digital adalah kuncinya. Dan oleh sebab itulah kami memiliki hibank,” ujar Silvano dalam acara ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) 2023 dengan tema Inclusive Digital Transformation, di Jakarta, Rabu (6/9).
-
Apa saja fungsi utama bank pemerintah di Indonesia? Bank pemerintah memiliki sejumlah fungsi penting dalam mengelola keuangan negara dan menyelenggarakan sistem keuangan. Berikut adalah beberapa fungsi utama bank pemerintah: 1. Manajemen Keuangan Publik Bank pemerintah bertanggung jawab untuk mengelola keuangan publik, termasuk penerimaan dan pengeluaran negara. Mereka memproses transaksi keuangan pemerintah, mengelola anggaran, dan memastikan keseimbangan keuangan yang sehat. 2. Penyediaan Layanan Perbankan untuk Pemerintah Bank pemerintah menyediakan layanan perbankan khusus untuk pemerintah. Ini termasuk penempatan dana pemerintah, pembiayaan proyek-proyek pembangunan, dan pelaksanaan transaksi keuangan pemerintah secara efisien. 3. Pelaksanaan Kebijakan Moneter Bank pemerintah seringkali menjadi pelaksana kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank sentral. Mereka dapat berpartisipasi dalam pengaturan suku bunga, kontrol uang beredar, dan kebijakan lainnya untuk mencapai tujuan stabilitas ekonomi. 4. Pembiayaan Pembangunan. Salah satu peran kunci bank pemerintah adalah memberikan pembiayaan untuk proyek-proyek pembangunan nasional. Mereka dapat memberikan pinjaman jangka panjang untuk mendukung sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, energi, dan industri. 5. Dukungan terhadap Sektor-sektor Kunci. Bank pemerintah dapat memberikan dukungan finansial khusus untuk sektor-sektor yang dianggap strategis bagi pertumbuhan ekonomi. Hal ini dapat mencakup sektor pertanian, pendidikan, dan kesehatan. 6. Penyelenggaraan Program Pemerintah. Bank pemerintah dapat menjadi penyelenggara program-program pemerintah, seperti program bantuan sosial atau program kredit bagi sektor-sektor tertentu. 7. Pengelolaan Risiko Keuangan. Dalam kapasitasnya sebagai lembaga keuangan yang besar, bank pemerintah juga berperan dalam mengelola risiko keuangan. Hal ini mencakup pemantauan dan penilaian risiko, serta penerapan strategi untuk mengurangi dampak risiko keuangan yang mungkin timbul. 8. Mendukung Kestabilan Sistem Keuangan. Bank pemerintah dapat berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. Mereka memiliki peran penting dalam menangani krisis keuangan dan memberikan dukungan finansial guna mencegah dampak yang lebih besar pada perekonomian.
-
Di mana Perpustakaan Bank Indonesia di Surabaya berada? Perpustakaan ini terletak di tengah kota, tepatnya di Jalan Taman Mayangkara, Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya.
Menurut dia, BNI berinisiatif melakukan transformasi yang digulirkan Januari 2021 untuk mengakselerasi peningkatan kinerja keuangan secara berkelanjutan dan menyempurnakan rencana jangka panjang.
Adapun program transformasi itu, kata dia, berbasiskan nilai BNI RACE yakni kepanjangan dari Risk, Culture, Agile, Collaboration dan Execution Oriented.
Dia berharap nilai tersebut diimplementasikan sehingga perseroan mampu bersaing dengan kompetitor dan bersiap melaju lebih kencang.
Sejumlah langkah akan dilakukan pada tahun ini, di antaranya perbaikan manajemen risiko dan tata kelola untuk meningkatkan kualitas aset, mencetak ahli di sektor industri, dan memberikan solusi lebih terintegrasi serta meninjau kembali segmentasi nasabah.
Bank BUMN ini, kata dia, akan fokus pada top tier korporasi internasional, bisnis komersial dan Usaha Kecil Menengah (UKM) pada rantai nilai nasabah korporasi dan ekosistem.
Kemudian bisnis konsumer akan diperkuat dengan digitalisasi, mengoptimalkan rantai nilai terutama nasabah utama, termasuk meningkatkan dana murah (CASA) dan meningkatkan kontribusi perusahaan anak.
Salah satu rencana yang kini sedang dimatangkan adalah mendirikan kantor BNI Sekuritas di Singapura yang diharapkan melengkapi kebutuhan nasabah korporasi.
"Kami memang fokus untuk memperkuat fundamental perusahaan antara lain penajaman strategi melalui program yang sudah kick off Januari ini yakni transformasi bisnis baru yang kami yakin memastikan perseroan mampu tumbuh berkelanjutan," katanya.
Kinerja BNI Tetap Moncer
Sebelumnya, BNI tercatat bisa mengelola imbal hasil dari aset–aset pencetak pendapatan perseroan dengan sangat baik, yang tentunya ditopang oleh kredit yang disalurkan pada 2020 sebesar Rp586,2 triliun atau tumbuh 5,3 persen secara tahuna (YoY). Di samping itu, pada Kuartal IV-2020, BNI juga melakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan komposisi aset dan liabilities, sehingga pengelolaan dana perseroan dapat lebih efektif.
"Sepanjang 2020, kita mampu menjaga NIM di level 4,5 persen melalui strategi manajemen biaya dana yang efektif. BNI mencatatkan biaya dana (cost of fund) yang terus mengalami perbaikan di setiap kuartalnya, terutama pada Kuartal IV-2020 yang berada pada level 2,0 persen atau membaik 60 basis poin dari kuartal sebelumnya, sehingga cost of fund pada akhir 2020 turun menjadi 2,6 persen dari 3,2 persen di 2019," ucap Royke.
Dia mengatakan, di tengah kondisi perekonomian yang menantang, BNI mencatatkan pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp11,9 triliun atau tumbuh 4,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019, serta dapat melakukan efisiensi biaya operasional yang hanya tumbuh 2,2 persen YoY.
"Kedua hal ini menjadi sasaran utama perusahaan selama masa pandemi untuk meredam tekanan pendapatan bunga yang turun 4,0 persen YoY dalam rangka pemberian stimulus restrukturisasi kredit kepada para debitur yang terdampak oleh pandemi, serta berkontribusi pada pencapaian pertumbuhan laba sebelum provisi dan pajak (PPOP) sebesar Rp27,8 triliun pada akhir 2020."
Bekal PPOP tersebut menambah ruang bagi BNI untuk memupuk pencadangan yang memadai dalam menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang dan juga memberikan kekuatan untuk meminimalisir volatilitas keuntungan perseroan. Dimana pada tahun 2020, BNI mencatatkan laba bersih sebesar Rp3,3 triliun disertai dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio berada pada level 182,4 persen lebih besar dibandingkan tahun 2019 yang sebesar 133,5 persen.
Pendapatan bunga bersih (Net Interest Income) masih dapat tumbuh berkat penyaluran kredit di tengah pandemi, sekaligus memastikan fungsi intermediasi perseroan tetap berjalan. Kredit BNI tersalurkan pada segmen korporasi, segmen bisnis kecil, dan payroll loan dari segmen bisnis konsumer yang memiliki risiko rendah.
Pada Desember 2020, penyaluran kredit di segmen korporasi meningkat 7,4 persen YoY menjadi Rp309,7 triliun. Sementara itu, pertumbuhan kredit kepada segmen bisnis kecil masih sustain sebesar 12,3 persen YoY menjadi Rp84,8 triliun. Demikian juga kredit konsumer yang masih tumbuh 4,7 persen YoY menjadi Rp89,9 triliun pada akhir tahun lalu. Pertumbuhan kredit segmen kecil terutama disalurkan melalui program Kredit Usaha Rakyat (KUR), adapun kredit konsumer sebagian besar tersalurkan dalam bentuk kredit pemilikan rumah dan payroll loan.
Penyaluran kredit tersebut ditopang oleh akumulasi Dana Pihak Ketiga (DPK). Pada akhir tahun 2020, DPK tumbuh 10,6 persen YoY menjadi sebesar Rp679,5 triliun. Strategi perseroan untuk terus fokus pada peningkatan dana murah tercermin dari rasio CASA pada akhir Desember 2020 yang berada di level 68,4 persen atau meningkat 160 bps secara YoY.
"Upaya perseroan dalam peningkatan CASA berhasil menekan biaya dana pihak ketiga. Dampak positif dari penurunan biaya dana pihak ketiga ini diteruskan oleh bank kepada nasabah dalam bentuk penurunan suku bunga kredit."
(mdk/idr)