Bocoran Luhut soal Pembatasan Pertalite: Diumumkan Jokowi Hingga Gunakan Teknologi AI untuk Mantau Kendaraan Berhak
Luhut tak sepakat dengan istilah pengetatan BBM subsidi. Program ini disebutnya lebih kepada penyaluran BBM Pertalite dan Solar agar lebih tepat sasaran.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan buka suara soal rencana pembatasan pembelian BBM subsidi seperti Solar dan Pertalite yang rencananya akan dilakukan pada Oktober 2024.
Luhut tak sepakat dengan istilah pengetatan BBM subsidi. Program ini disebutnya lebih kepada penyaluran BBM Pertalite dan Solar agar lebih tepat sasaran.
- Kata Jokowi Soal Pembatasan Pertalite dan Solar Subsidi Berlaku 1 Oktober 2024
- Siap-Siap, Menteri Bahlil Pangkas Kuota Solar Subsidi untuk Tahun 2025
- Menko Airlangga Tegaskan Tak Batasi Konsumsi Pertalite dan Solar, tapi Penyaluran Lebih Tepat Sasaran
- Menteri Jokowi Kumpul di Kantor Airlangga, Bahas Pembatasan Pembelian BBM Subsidi
Penyaluran BBM tepat sasaran kepada konsumen berhak tengah dilakukan sosialisasi. Luhut berharap implementasinya bisa mulai dilakukan pada Oktober mendatang.
"Sosialisasi lagi mulai. Nanti kita mau rapat sekali lagi dengan Presiden, baru nanti diputuskan oleh Presiden. (Jadi Oktober?) Kita berharap itu," ujar Luhut saat ditemui di gelaran ISF 2024 di JCC, Jakarta, Kamis (5/9).
Menurut dia, penyaluran BBM Pertalite kepada yang berhak akan ditunjang dengan teknologi kecerdasan buatan alias AI. Itu bakal mendeteksi apakah kendaraan yang bersangkutan layak mengkonsumsi atau tidak.
"Dengan tadi misalnya pemerintah mau meluncurkan untuk program BBM dengan penataan AI, jadi orang yang tidak berhak dengan big data yang kita punya, nozzle-nya itu yang bikin isi bensin otomatis akan mati sendiri karena melihat nopol dari mobil itu," terangnya.
Dengan begitu, anggaran subsidi untuk BBM nantinya bisa lebih ditekan. Sehingga bisa dialihkan untuk program-program pemerintah di bidang lain.
"Jadi yang kita subsidi adalah orang-orang yang berhak. Jadi sebenarnya target itu dengan teknologi tersebut tuh bisa. Dulu 5 tahun yang lalu enggak bisa. Dan itu kita bisa menghemat bertahap sampai Rp90 triliun per tahun," tuturnya.
"Lah kalau angka itu sekarang kita bisa bikin berapa banyak pendidikan di Indonesia, berapa banyak industri, dan seterusnya dan seterusnya," pungkas Luhut.