Bos OJK beberkan tips agar perbankan kuat di tengah guncangan kondisi global
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, pihaknya terus mendorong industri perbankan Indonesia untuk mempersiapkan diri guna menghadapi kondisi perekonomian global yang dinamis.
The Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 1,75 persen hingga 2 persen. Selain menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin, The Fed juga menyatakan akan menaikkan empat kali suku bunga acuan untuk merangsang ekonomi.
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, pihaknya terus mendorong industri perbankan Indonesia untuk mempersiapkan diri guna menghadapi kondisi perekonomian global yang dinamis.
-
Apa yang dikatakan OJK mengenai sektor jasa keuangan Indonesia saat ini? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial. seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana OJK mendorong penguatan governansi di sektor jasa keuangan? OJK telah meminta agar Industri Jasa Keuangan terus memperkuat governansi antara lain dengan penerapan manajemen risiko dan manajemen anti-fraud serta penyuapan.
-
Kenapa OJK menyelenggarakan Pasar Keuangan Rakyat (PKR) di Sumbawa Barat? Perluasan akses keuangan merupakan salah satu strategi yang efektif untuk menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan stabilitas sistem keuangan. Melalui akses pembiayaan yang mudah dan murah, penciptaan pusat-pusat kegiatan ekonomi baru di berbagai daerah akan dapat terwujud,” kata Ogi, Minggu (29/10).
-
Kenapa OJK mengimbau masyarakat waspada terhadap penipuan keuangan? Masyarakat Indonesia diimbau agar selalu waspada terhadap modus penipuan layanan di sektor jasa keuangan. Pasalnya sudah terjadi penipuan yang merugikan banyak korban.
-
Bagaimana OJK mendorong pengembangan perbankan syariah? Berbagai kebijakan dikeluarkan OJK untuk mendorong pengembangan perbankan syariah bersama stakeholders terkait beberapa inisiatif seperti: Mulai dari perbaikan struktur industri perbankan syariah yang dilakukan melalui konsolidasi maupun spin-off unit usaha syariah (UUS). Lalu penguatan karakteristik perbankan syariah yang dapat lebih menonjolkan inovasi model bisnis yang lebih rasional, serta pendekatan kepada nasabah yang lebih humanis; Pengembangan produk yang unik dan menonjolkan kekhasan bank Syariah, sehingga dapat memberikan nilai tambah bagi masyarakat untuk meningkatkan competitiveness perbankan syariah. Lalu, peningkatan peran bank syariah sebagai katalisator ekosistem ekonomi syariah agar segala aktivitas ekonomi syariah, termasuk industri halal agar dapat dilayani dengan optimal oleh perbankan syariah; dan Kelima, peningkatan peran bank syariah pada dampak sosial melalui optimalisasi instrumen keuangan sosial Islam untuk meningkatkan social value bank syariah.
-
Mengapa OJK meminta agar Industri Jasa Keuangan memperkuat governansi? “Penerapan manajemen risiko di Sektor Jasa Keuangan perlu bertransformasi dari compliance- driven menjadi terintegrasi pada proses bisnis sehingga dapat meningkatkan kinerja, mendorong inovasi, dan mendukung pencapaian tujuan organisasi sehingga tercipta ekosistem keuangan yang bersih dan sehat,” kata Sophia.
"Artinya kita harus lebih efisien bahwa suatu saat itu akan lebih dinamis. Kita harus prepare baik perbankan maupun non perbankan. Dengan efisiensi otomatis cost lebih sedikit sehingga ruang untuk tidak mem-pass through kepada nasabah itu lebih besar. Kenaikan suku bunga yang ada tidak harus di-pass through kepada nasabah 100 persen. Selama kita bisa jaga operasi kita lebih efisien," ungkapnya ketika ditemui, di kediamannya, Jakarta, Jumat (15/6).
"Kami harap bukan hanya perbankan yang efisien dan gunakan teknologi. Industri lain juga. Kalau lebih efisien kita bisa saving untuk cost dan lebih kompetitif. Kalau kita banyak likuiditas, otomatis akan ada banyak ruang untuk tidak menaikkan suku bunga. Toh kalau pun harus naikkan suku bunga terukur," tambahnya.
Dia pun menjelaskan kenaikan suku bunga yang dilakukan The Fed, tidak berarti Industri perbankan langsung menaikkan suku bunga kredit. Sebab repricing suku bunga kredit perbankan mesti dilakukan dengan perhitungan yang matang.
"Itu tidak instan. Repricing kredit itu kan ada waktunya sehingga semua industri punya waktu menyiapkan diri supaya dampaknya bisa smooth. Otomatis ada term of condition-nya. Kalau harus di-reprice. Tidak mesti kalau Amerika naik sekian basis poin kita naikkan sekian basis poin. Tidak mesti begitu," jelas Wimboh.
Selain Industri perbankan, pasar modal diharapkan dapat tumbuh lebih baik lagi. Wimboh mengatakan pihaknya akan terus berupaya agar pasar modal Indonesia menjadi lebih tahan terhadap guncangan apalagi yang bersifat eksternal.
"Pasar modal kita harapkan bisa lebih likuid, emiten makin banyak, instrumen akan kita perbanyak. Ini akan membuat instrumen bervariasi. Kalau pasar likuid, instrumen banyak, enggak terlalu sensitif terhadap guncangan. Di samping itu pasar hedging yang selalu kita tingkatkan. Kemarin hegding Rupiah valas sudah kita hilangkan marginnya 10 persen sehingga memberi room yang leluasa. Terus kita upayakan," ujarnya.
Ketika ditanya apakah kenaikan suku bunga acuan The Fed bakal mengharuskan Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga, Wimboh enggan berkomentar banyak. "Itu terserah Bank Indonesia, saya rasa Bank Indonesia punya perhitungan yang cermat berapa dan kapan harus menaikkan suku bunga," tandasnya.
Baca juga:
Bos OJK sebut kenaikan suku bunga The Fed positif bagi Indonesia, ini alasannya
Ini makna Idul Fitri bagi Bos OJK
Ini respons bos BEI soal rencana pengetatan MTN dan penundaan RUPS
Resmi, OJK cabut izin usaha BPR Mega Karsa Mandiri
Buntut pembekuan SNP Finance, OJK bakal terbitkan MTN lewat bursa saham
Hingga hari ini, baru 54 fintech tercatat di OJK
OJK uji kelayakan 4 paket calon direksi baru Bursa Efek Indonesia