BPS Catat Neraca Perdagangan RI Surplus USD 0,2 Miliar di Juni 2019
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, nilai laju ekspor dan impor pada Juni 2019 memang mengalami penurun. Meski demikian, kinerja ekspor jauh lebih tinggi. Hal ini membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2019 mengalami surplus sebesar USD 0,2 miliar. Realisasi surplus ini turun tipis dibandingkan dengan posisi Mei 2019 yang tercatat sebesar USD 0,21 miliar.
Kepala BPS Suhariyanto menyatakan, nilai laju ekspor dan impor pada Juni 2019 memang mengalami penurun. Meski demikian, kinerja ekspor jauh lebih tinggi. Hal ini membuat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus.
-
Kapan BPS dibentuk? Sejarah BPS dimulai pada tahun 1960, ketika Biro Pusat Statistik didirikan.
-
Apa yang menjadi catatan BPS tentang pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2023? Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,17 persen secara tahunan (yoy) pada kuartal II-2023.
-
Bagaimana BPS berperan dalam penyusunan kebijakan pemerintah? BPS memiliki peran yang sangat vital dalam memberikan data statistik yang akurat dan terpercaya. Serta dalam mendukung penyusunan kebijakan pemerintah, dan dalam menunjang kepentingan masyarakat umum.
-
Apa tugas utama dari BPS? Tugas BPS adalah melaksanakan tugas pemerintahan di bidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
-
Apa yang dimaksud dengan PBI BPJS? PBI BPJS merupakan bagian dari program pemerintah yang bertujuan untuk menanggung biaya iuran BPJS Kesehatan bagi individu atau kelompok yang memenuhi kriteria sebagai penerima bantuan.
Di mana nilai impor sebesar USD 11,58 miliar atau turun 20,70 persen dari bulan sebelumnya. Sedangkan ekspor tercatat sebesar USD 11,78 miliar atau turun 20,54 persen dari Mei 2019.
"Neraca perdagangan Juni 2019 tercatat tetap mengalami surplus sebesar USD 0,2 miliar," ujarnya dalam konferensi pers di Gedung Pusat BPS, Jakarta, Senin (15/7).
Pada komoditas non migas tercatat surplus USD1,16 miliar. Sedangkan, migas mengalami defisit sebesar USD 966,8 juta. Defisit migas terdiri dari nilai minyak mentah yang mengalami defisit USD 263,8 juta dan hasil minyak defisit USD 933,4 juta. Namun pada gas tercatat surplus USD 230,4 juta.
Adapun sepanjang Januari-Juni 2019 kinerja neraca perdagangan Indonesia masih tercatat defisit sebesar USD 1,93 miliar. Realisasi ini lebih baik dari periode Januari-Juni 2018 yang defisit sebesar USD 1,20 miliar.
Di mana laju komoditas non migas sepanjang paruh tahun 2019 tercatat surplus sebesar USD 2,84 miliar. Lebih rendah dari posisi Januari-Juni 2018 yang surplus USD 4,42 miliar.
Sedangkan untuk komoditas migas tercatat defisit sebesar 4,78 miliar, nilai itu lebih baik dari periode yang sama tahun lalu yang defisit sebesar USD 5,61 miliar. "Sepanjang Januari hingga Juni 2019 terlihat tren defisit pada migas mengalami penurunan, ini jadi mengecil," pungkasnya.
Baca juga:
Tekan Defisit, Pemerintah Harus Berani Kembangkan Industri Digital
IHSG Diperkirakan Terkoreksi Menunggu Neraca Perdagangan
Neraca Perdagangan Migas Defisit, Arcandra Sebut Lebih Banyak Dipakai Dalam Negeri
Impor Migas Tinggi, Presiden Jokowi Tegur Menteri Jonan dan Rini Soemarno
Arcandra Klaim Sumbangan Migas Pada Defisit Neraca Perdagangan Semester I Mengecil